BAB 25: Cemburu lagi?

176K 12.8K 1.1K
                                    

"Giliran gue."

"Lah mana ada. Habis Tito itu gue! Main nyerobot aja." Lily merebut dadu dalam genggaman Chiko.

Cowok dengan perban membungkus kepalanya itu mendengus kesal. Jika lawannya adalah cowok mungkin dia akan memberikan satu bogeman atau menendang bokongnya. Tapi kali ini lawannya adalah Lily, jangankan menendang bokong, menjitak kepalanya saja dia akan dikroyok oleh tiga orang yang pindah rumah diruang inapnya ini.

Benar, kecuali Alex. Karena cowok itu tak peduli dengan cewek manapun kecuali pacarnya.

Eva mengalihkan perhatian dari televisi kearah teman-temannya yang heboh sendiri karena permainan ular tangga, lalu mendongak kebelakang menatap Alex saat merasakan rambutnya dibelai lembut oleh tangan besar itu. Cowok itu membalas tatapan Eva dengan sebuah senyuman lalu mengecup dahinya singkat, membuat Eva melebarkan mata karena kaget.

Gadis itu kembali menatap kedepan, lebih tepatnya kearah televisi untuk menutupi pipinya yang diyakini sudah bersemu merah. Walaupun begitu dia masih saja ragu, karena bukan hanya pipinya saja yang bereaksi atas ciuman Alex, tapi jantungnya juga. Sedangkan posisinya sekarang sedang duduk bersandar pada dada bidang milik cowok itu. Pasti Alex dengan mudah mampu mendengar detak jantungnya.

Eva menggigit apel pemberian Mama Chiko untuk menetralisir kegugupan. Wanita paruhbaya itu tadi datang dengan membawa banyak cemilan, karena beliau tau kalau team hore dari anak bengalnya pasti akan sering menjenguk.

Tapi kenyataannya mereka bukan hanya menjenguk, melainkan menginap diruangan anaknya. Bahkan Mama Chiko sempat mendengar mereka berkata 'Pantang pulang sebelum Chiko sembuh'. Membuatnya geleng-geleng kepala tidak percaya.

"Bagas. Itu Si Chiko setelah gagar otak apa bakal jadi jenius?" Tanya Eva polos.

Sejurus kemudian semua orang yang berada disana tertawa lepas mendengar pertanyaan frontal dari pacar bosnya. Sedangkan Chiko sudah memasang wajah tidak enak dilihat.

"Bukan tambah pinter Va, tapi tambah sedeng."  Ujar Bagas.

"Sok tau lo!" Chiko menjitak kepala Bagas gemas. "Tambah pinter gue. Bahkan gue bisa menerawang masa depan."

"Beneran?" Mata Eva berbinar menatap Chiko.

"Gak usah percaya omongannya si kutil kuda. Langsung aja uji coba kepintarannya." Tantang Tito.

"Oke. Siapa takut." Ucap Chiko enteng.

"Gue mau kasih pertanyaan." Pinta Lily. "Dibalik angka lima puluh juta tujuh ratus enam ribu dua ratus lima rupiah, ada berapa angka nol?"

"Nah mampus lo!" Revan melempar kulit jeruk kearah Chiko yang terlihat kelabakan.

"Berapa Chik?" Tanya Indah membuat Chiko semakin gugup.

"Emm.... anu, ssstt..." Chiko menggesekkan kedua tangannya ragu, "aduh! Kepala gue kok cenut-cenut gini ya? Wah ini kebanyakan mikir pasti. Mau tidur dulu gue." Cowok itu memposisikan diri tidur terlentang diatas bangkar.

"Minggir lo!" Chiko menendang tubuh Tito yang ikut duduk diatas bangkarnya.

"Ck! Parah lo Chik, sama temen sendiri jahat bener." Akhirnya mau tidak mau Tito turun dari bangkar.

Eva tertawa melihat kekonyolan teman-temannya. Bersama mereka dia mengerti arti sebuah kegembiraan. Tak perlu terlihat keren ataupun kaya, hanya dengan sebuah tawa tulus maka mereka bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Gadis itu mendongak menatap Alex, memastikan apakah dia juga menikmati candaan dari teman-temannya atau tidak.

Senyum Eva luntur perlahan. Alex tidak menikmati candaan itu, malah jika dilihat dari raut wajahnya dia seperti menahan marah.

Lu-Gu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang