17. Dua hati yang hancur

91.7K 8K 562
                                    

Azka, Aldi, Sandy, dan Zivan tak tahu harus apa sekarang, setelah mendengar kejujuran dari Regi yang menceritakan semua masalahnya yang timbul sejak tujuh tahun lalu. Sekarang, Regi benar-benar terlihat kacau, tangisannya menyiratkan bahwa dirinya benar-benar lelah, hancur, kesakitan yang terus saja menekan batinnya.

“Sekarang apa bedanya lo sama Julian, Regi? Lo melakukan dosa besar yang pernah Julian lakukan sama adik lo, seharusnya saat itu lo bisa berpikir. Perasaan Ayanna akan hancur sama seperti adik lo, yang punya masalah itu lo dan Julian. Jangan ikut-ikutan cara Julian yang balas dendam pada lo dengan menjadikan adik lo sebagai korbannya, sekarang lo nyesel sendiri, kan. Lo balas dendam pada orang yang salah.” Regi tak begitu mendengarkan ucapan Azka, karena sekarang ia tengah berpikir cara apa yang harus ia lakukan agar Ayanna mau memaafkannya.

“Gue harus melakukan sesuatu, agar Ayanna nggak melarang gue untuk bertemu Altar. Tapi, gimana caranya?” batinnya.

Regi memeriksa saku belakang celananya, memastikan jika benda yang sering ia bawa ada di sana. Mungkin, ada satu cara yang bisa ia lakukan agar Ayanna mau memberikannya kesempatan. Dan, ia berharap dengan cara ini ia bisa mendapatkan kesempatan ini. “Maafkan aku, Ayanna. Maaf, jika caraku nanti terlalu egois. Maaf, jika aku harus memanfaatkan kelemahan kamu. Aku hanya ingin satu kesempatan, dan caraku ini yang bisa aku lakukan sekarang.”

Ia pun bangkit dari posisi duduknya karena jatuh tadi, lalu ia pergi begitu saja tanpa mempedulikan keempat sahabatnya. Ia ingin melihat Altar-nya. 

“Regi!” panggil keempat sahabatnya bersamaan.

“Ayo, ikutin dia lagi. Takutnya dia melakukan yang nggak-nggak,” ucap Aldi yang langsung dibalas dengan anggukan mereka.

---

Regi berlari sepanjang koridor menuju ruang IGD, ia tak peduli jika Ayanna akan mengusirnya lagi, ia tak peduli jika Ayanna akan menceritakan semua keburukan Regi pada Altar nanti, yang ia pedulikan hanya Altar. Ia ingin anaknya, ingin Altar memanggilnya Ayah, Regi ingin mengabulkan semua keinginan Altar yang ingin bertemu dengan ayahnya, dipeluk ayahnya, di antar sekolah sama ayahnya. Ia ingin melakukan semua itu, Regi ingin memperbaiki semua penyesalannya.

 “Ayanna ....”

“Ngapain kamu ke sini lagi? Aku tidak ingin melihatmu lagi!” 

“Aku ingin melihat anakku, Ayanna. Aku mohon ... aku tidak ingin meninggalkannya, aku ingin berada di dekatnya. Altar membutuhkan aku, Ayanna,” mohon Regi, tak bisakah ia mendapatkan kesempatan sekali saja untuk memperbaiki semua kesalahannya.

Regi tahu, apa yang telah ia rusak tidak akan kembali seperti semula, meskipun ia berusaha untuk memperbaikinya. Tetapi, Regi menginginkan kesempatan untuk semakin berusaha memperbaikinya. Meski tidak akan kembali seperti dulu, tapi ia berjanji akan tetap menjaganya. 

“Raga tidak membutuhkan kamu, jadi pergilah. Jangan ganggu aku dan Raga lagi, belum puaskah selama ini kamu membuat hidup aku dan Raga menderita? Kamu mau buat kami menderita apa lagi setelah ini? Gara-gara kamu, Raga harus menderita. Seandainya dulu aku tidak mempertahankan dia agar lahir ke dunia ini, mungkin Raga tidak akan menderita seperti sekarang. Tapi, aku cukup sadar untuk membunuh anakku sendiri saat itu.”

“Sekarang kamu datang, dan ingin bertemu Raga? Apa kamu lupa? Jika dulu kamu tidak mau bertanggung jawab, kamu malah mengusir aku dan menyuruh aku agar tidak menemui kamu lagi, setelah itu aku juga diusir oleh ayahku. Kamu nggak pernah rasain apa yang dulu aku rasakan, Alta. Ketika aku bingung nggak tau harus apa? Aku nggak punya siapa-siapa lagi selain ayah, tapi ayahku malah ikut mengusirku saat itu. Mempertahankan atau membunuh bayiku sendiri adalah pilihan tersulit bagi aku saat itu.” Tangisan Ayanna benar-benar pecah saat menceritakan apa yang dialaminya dulu saat dua orang yang dicintainya, dengan tega mengusirnya begitu saja.

Altar >< Altarik ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora