Prolog

6K 188 4
                                    

Bandung, Juni

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Bandung, Juni

"Pak Karlos?!"

Pria yang di panggil Karlos itu menoleh, lalu menyimpan ponselnya dalam saku celana dan menghampiri dokter tadi.
"Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan istri Anda." Dengan berat hati, dokter perempuan itu memberitahukan kabar duka pada pria di depannya.

"Dokter, tolong dok! Selamatkan istri saya. Saya akan bayar berapa pun," ujar Karlos yang mencoba bernegosiasi. Dia benar-benar frustrasi mendengar kabar tidak mengenakkan itu.

"Maaf pak Karlos, kami sudah mengerahkan seluruh kemampuan kami. Ini sudah takdirnya, Pak."
Setelah mengatakan itu, dokter mengucapkan belasungkawa, lalu pergi meninggalkan Karlos. Pria yang menginjak usia kepala tiga itu berdiri mematung dengan tatapan kosong. Sungguh, bukan ini yang ia harapkan.

"Karlos! Apa yang terjadi sama Naya?" dari arah samping, terlihat seorang wanita paruh baya berlarian kecil ke arahnya dengan gurat wajah yang khawatir.

"Semua udah berakhir, Ma," jawabnya seperti orang yang kehilangan harapan hidup. Lelaki itu bersimpuh di lantai dengan tangan yang mengepal kuat.

"Apa maksud kamu?" Dewi, sang mama menjadi geram dengan kalimat ambigu yang dituturkan putranya. Sejak tadi dia sudah kerepotan mengurus cucunya yang tak henti-hentinya menangis, dan sekarang dia harus menghadapi putranya yang mulai berperilaku aneh.

"Naya meninggal, Ma," lirih Karlos, bersamaan dengan kalimat itu setetes cairan bening merembes dari pelupuk matanya. Dia tidak bisa menahannya lagi, terlalu sakit jika di pendam.

Dewi juga tak bisa membendung air matanya, perlahan cairan bening itu membasahi pipinya. Namun, ia memilih menangis dalam diam agar tak membuat putranya semakin terluka.

"Maaf, bayi dari ibu Naya menangis. Sepertinya dia membutuhkan ASI," ujar salah satu suara lain diantara mereka.
Mendengar hal itu, keduanya menoleh pada seorang perawat menghampiri mereka dengan keadaan panik.
Kedua orang itu masih diam di tempat selama beberapa menit, sampai suara bariton milik Karlos menginterupsi.

"Ini semua karna bayi itu! Gara-gara dia, Naya meninggal, Ma!" sentak Karlos dengan suara lantang, langsung membombardir hati Dewi.

"Karlos! Sadar nak, bayi itu darah daging kamu. Anak itu tidak bersalah." Wanita itu berusaha menyadarkan Karlos, meski dadanya terasa sesak sekalipun.

"Enggak, Ma, Cepat singkirkan bayi itu!" Kini Karlos malah membentak.

"Karlos, ini anak kamu dan Naya. Istrimu bakalan tidak tenang nanti, Nak." Dewi masih saja membujuk, kini wanita itu tak bisa lagi menahan isak tangisnya.

"Enggak, Ma! Gara-gara dia Naya meninggal, dia anak pembawa sial." Karlos masih saja mengutuk bayinya sendiri, bahkan perawat yang menghampiri mereka tadi menjadi saksi bagaimana bencinya Karlos terhadap sang anak.

Dewi tak bisa menahan amarah Karlos, wanita paruh baya itu menarik perawat tadi untuk ikut bersamanya. Dia harus menyelamatkan anak itu dari ayah kandungnya sendiri. Dewi tidak ingin cucu semata wayangnya, menjadi sasaran empuk Karlos untuk melampiaskan amarahnya.

Setelah mengurus administrasi dan semua data yang terkait, Dewi mulai menghubungi seseorang untuk membantunya. Wanita itu keluar dari gedung rumah sakit dengan langkah yang tergopoh-gopoh.

"Maaf nyonya Dewi, saya terlambat." Seorang wanita yang hampir se-umuran dengan anaknya datang. Menghampiri Dewi dengan kepala yang tertunduk.

"Tidak apa-apa. Saya ingin meminta bantuan kamu." Dewi mendekati asisten di rumahnya itu, dan memberikan bayi di gendongannya.

"Ini anak siapa, Nyonya?" tanya perempuan itu saat melihat seorang bayi berpindah ke gendongannya.

"Ini anaknya Karlos dan Naya, cucu saya. Tapi ...." Perempuan itu mendongak saat ucapan sang majikan seperti tertahan. "Naya meninggal." Ternyata Dewi sedang menahan isak tangisnya.

"Innalillahi." Dia ikut merasa kehilangan, pasalnya perempuan yang bernama Naya itu berhati mulia. Dia bahkan dengan senang hati membantu para asisten rumah tangga semasa hidupnya. Maka dari itu, Naya mempunyai nilai tersendiri di mata dirinya.

"Saya ingin kamu membawa bayi ini sejauh mungkin dari Karlos." Kalimat itu tentu saja membuat matanya terbelalak, pasalnya yang ia tahu jika Karlos itu kan ayah bayi ini. Lalu kenapa harus di pisahkan?

"Nyonya meminta saya untuk membawa bayi ini? Tapi kenapa?"
Dewi menceritakan semua yang terjadi beberapa menit yang lalu dan bagaimana sikap Karlos terhadap bayi ini. Maka dari itu, dengan berat hati Dewi menyerahkan cucunya pada orang lain agar bisa dijaga sampai dewasa.

"Saya yakin pak Karlos begitu sebab pikirannya sedang kacau karena kehilangan non Naya." Perempuan itu menjadi lebih sedih setelah mendengar cerita dari sang majikan. Dia menatap bayi di gendongannya penuh iba, sungguh malang nasibnya.

"Saya yakin kamu bisa menjaga bayi ini, tolong rawat dia seperti kamu merawat anakmu sendiri." Dewi tahu jika asistennya yang ini memang mempunyai seorang bayi perempuan yang baru berusia tiga bulan. Makanya dia memberikan bayi itu agar dia juga juga bisa menjadi ibu susunya.

"Saya janji akan merawat bayi ini seperti anak kandung saya sendiri, Nyonya. Kalo begitu saya permisi."

"Tunggu dulu," cegah Dewi lagi, tanpa diduga wanita itu malah mengeluarkan sesuatu dalam tasnya. Dia memberikan ponsel miliknya beserta sebuah cek kosong.

"Gunakan ini. Jika kurang, kamu bisa menghubungi saya lagi."

"Tapi nyonya-"

"Ini untuk cucu saya," potong Dewi sebelum sang asisten itu menolak.

"Sayang, Oma titip kamu saya Bibi dulu ya? Oma janji, kalo semuanya udah baik-baik aja. Oma bakalan jemput kamu." Dewi mencium seluruh wajah cucunya yang baru lahir beberapa jam itu. Dia hanya bisa melepaskan kepergiannya dengan air mata yang berlinang.

Sekarang aku punya tanggung jawab yang besar, batin perempuan itu. Wanita itu mengelus kepala bayi yang ada di gendongannya dengan lembut.

"Ibu akan merawat kamu, seperti itu merawat kakak juga," lanjutnya lagi.
Sesampainya di jalan raya, dia menghentikan sebuah taksi yang akan membawanya kembali ke kediaman Karlos. Wanita itu akan mengemas semua barang-barangnya sebelum Karlos pulang, dan dimulai suasana duka di kediaman itu.

Kisah Shila [TAMAT]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora