Epilog

2.5K 96 2
                                    

Setiap cerita memiliki konflik dan sepak terjangnya masing-masing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setiap cerita memiliki konflik dan sepak terjangnya masing-masing. Namun, selepas dari itu, tetap ada akhir yang menunggu. sedih atau bahagia akan selalu menjadi sisi terbaik dalam sebuah cerita.

Tiupan angin di awal tahun, memang masih terasa dingin karena masuk penghujung musim hujan. Bunga-bunga mulai bermekaran setelah di siram oleh air yang tiada lelah turun selama beberapa bulan belakangan ini—musim hujan.

Semuanya masih sama. Tetap berjalan sesuai jalan takdir. Orang-orang yang awalnya bersedih pun mulai bangkit, melupakan kenangan pahit yang menjadi asam garam kehidupan.

Seorang pria paruh baya akhir lima puluhan menatap sendu batu nisan di depannya. Mau di pandang selama apa pun, batu itu tetaplah menjadi batu. Orang-orang yang terkubur di dalam sana pun tak akan kembali lagi, itu mustahil.

“Sayang, sudah bertahun-tahun, tapi rasa sakit itu masih sama. Seolah kejadian itu baru saja terjadi kemarin. Lucu sekali, ya, seharusnya bukan kamu yang berada di sana,” lirihan pelan itu terdengar memilukan, bagi siapa pun yang mendengarnya.

Pria itu semakin mengeratkan sweater rajut berwarna hitam yang membaluti tubuhnya. Rasanya semakin tua, tubuh itu sekian renta. Bahkan untuk berdiri dari duduknya saja sangat susah. Namun, dirinya memang keras kepala. Tetap saja berkunjung ke makam ini seorang diri. Mau bagaimana lagi, dia merasa separuh jiwanya telah mati, terkubur di bawah sana.

“Papa!”

Pekikan itu terdengar lantang saat pria tadi hampir tersungkur ke tanah. Si pemanggil yang merupakan gadis dengan rambut hitam sebahu berlari ke arahnya.

“Papa! Aku kan, udah bilang kalo mau ke sini biar aku temani. Jangan sendirian kayak gini,” omel gadis itu. Tampak jika dia sangat khawatir pada sang Ayah yang memang sudah renta.

“Shila, papa masih bisa sendiri,” sanggah Karlos.

“Ma, lihat papa bandel banget kalo di bilangin. Apa dulu papa juga kayak gini?”

Shila, gadis itu malah mengadu pada gundukan tanah yang berada di depannya dan Karlos. Gadis yang telah menginjak usia 25 tahun itu masih hidup dan kembali sehat seperti sedia kala.

Ya, dia memang sempat dinyatakan meninggal beberapa tahun silam. Namun, tampaknya Tuhan belum saatnya memanggil gadis itu kembali. Buktinya, dia sekarang berdiri tepat di depan Karlos, sang papa.

“Dokter! Detak jantung pasien kembali terdengar!” seruan itu membuat Karlos yang sudah putus asa, mendongak. Dia ikut berlari dalam ruang ICU untuk melihat putrinya meski sudah dilarang.

Kisah Shila [TAMAT]Where stories live. Discover now