15 • Diluar Dugaan

2.7K 472 40
                                    

Halo!🙆

Buat kalian yang udah baca lacuna untuk kedua kalinya setelah aku republish kemarin, ada yang nyadar dimana perubahannya?

Happy reading!✨

---

Matahari belum sepenuhnya pulang kembali ke peraduannya ketika bel rumah ditekan beberapa kali dengan sedikit jeda di setiap bunyi. Saga yang baru saja selesai berganti baju usai mandi dengan terpaksa harus beranjak dari kamarnya untuk membukakan pintu. Bunda yang kebetulan berada di rumah sore ini sedang pergi untuk berbelanja kebutuhan rumah dan meminta Key untuk menemaninya sehingga hanya menyisakan Saga sendiri di dalam rumah.

Sekilas, matanya melirik jarum jam dinding yang merambat ke angka 6. Seingatnya, ia tidak punya janji dengan siapapun hari ini, termasuk Lano. Lagipula, Lano tidak pernah sesopan itu untuk memencet bel terlebih dahulu jika  bertamu di rumahnya. Pemuda itu biasanya akan langsung masuk ke dalam begitu saja karena pintu depan yang jarang terkunci. Saga dan Lano memang bisa dibilang sedekat itu sehingga perbuatan-perbuatan yang mungkin terkesan seenaknya dan kurang sopan menjadi hal lumrah bagi keduanya.

Saga menuruni tangga yang membawanya ke lantai dasar rumah, kemudian melangkah menuju pintu depan dan membukanya. Ekspresinya tidak berubah sama sekali walau sebentuk rasa geram langsung menguasai tubuhnya begitu mendapati siapa yang berdiri di depannya sekarang.

"Wow, what a surpise." Kavin mengucapkannya dengan nada terkejut yang begitu terdengar dibuat-buat seiring dengan sebuah seringai yang muncul di wajahnya. "Gue bermaksud untuk menemui Key, tapi justru lo yang menyambut kedatangan gue disini."

Saga tidak merasa perlu untuk repot-repot bertanya darimana Kavin mendapatkan alamat Key—yang juga sekaligus alamat rumahnya—karena dengan posisi yang cowok itu miliki di sekolah, mendapatkan informasi siswa seperti alamat rumah rasanya bukan hal yang sulit.

"Who is this girl, actually?" Ada raut heran sekaligus menantang di wajah Kavin. "Well, gue sebenarnya bisa dengan mudah mencari taunya sendiri. Tapi sepertinya akan lebih menyenangkan jika mendengarkannya langsung dari mulut lo."

"Lo nggak perlu tau apa-apa tentang dia, karena kalau lo lupa, lo bahkan sama sekali nggak mempunyai hak untuk itu." Saga menukas dengan tenang, namun entah kenapa terdengar dingin dan tajam. "Tapi satu hal yang harus lo ingat, dia adalah gadis yang nggak akan pernah gue biarkan untuk disentuh oleh bajingan seperti lo. So, you have no choice but—" Saga memberi jeda sejenak, menatap Kavin dengan tenang sekaligus meremehkan. "Fuck. Off."

"Woah, someone is mad, huh?" Kavin mendengus geli, kemudian mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Melihat lo marah seperti ini rasanya nggak asing. Ah, this whole situation feels familiar, isn't it?"

"Gue sama sekali nggak peduli dengan tujuan lo berdiri disini sekarang." Saga bersuara, mengabaikan semua kata-kata Kavin yang berhasil mengusiknya. "Tapi kalau niat lo hanya untuk mencari tau tentang Key, like i said before, you better fuck off. Cause the next time i see you around her, i'll crush you, without mercy. I mean it."

"Easy, man." Kavin terkekeh. "Okay, okay. I go now. Lo tetap Sagara yang dulu, ternyata. Selalu berusaha melindungi seseorang sekuat yang lo bisa."

Saga tak berkata apa-apa. Pemuda itu diam, terlihat teduh sekaligus mencekam. Kavin tersenyum, mengangkat alisnya dengan pongah. Pemuda itu lalu berbalik, namun baru beberapa langkah berjalan, ia kembali memutar arahnya untuk menatap pada Saga yang masih berdiri di tempatnya, seakan tersadar bahwa ada sesuatu yang belum diselesaikannya. "Ah, gue hampir lupa. Here's a reminder for you, Nawasena. The last time you tried so hard to protect someone from me" Kavin memiringkan kepalanya, terkesan mengejek. "you failed."

Lacuna [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt