36 • Berlawanan Arah

1.9K 386 32
                                    

Halo!💓

Happy reading!✨

---

Lewat tengah malam, Kavin duduk di dalam mobilnya yang berhenti di tempat parkir supermarket 24 jam depan kompleks perumahan Key.

Tempat dimana ia pertama kali mengantar pulang Key waktu itu.

Pemuda itu menekan lebamnya dengan sekantung es batu yang baru saja ia beli, sedangkan tangannya yang bebas memegang ponsel yang menunjukkan sebaris nama dan nomor ponsel milik seseorang.

Keysha.

Kavin sebenarnya sudah lama memiliki kontak gadis itu. Posisinya di Pelita jelas mempermudah dirinya untuk mendapatkan apa saja yang ia inginkan, apalagi hanya untuk persoalan kecil seperti nomor telepon siswa.

Pemuda itu mendesis pelan. Kepalanya kembali memutar apa yang baru saja terjadi kepada dirinya sekitar satu jam lalu. Seperti biasa, Kavin pulang ke rumahnya larut malam, sengaja ingin menghindari Papanya. Namun sepertinya malam ini bukanlah malam keberuntungan Kavin, karena ketika ia sampai ke rumah, Papanya justru sedang duduk di ruang tamu, jelas tengah menunggu kepulangannya.

Seperti biasa, Papa marah besar setelah mendengar semua perbuatan buruknya di sekolah. Karena perusahaan Papa yang bekerja sama dengan pemilik yayasan sekolah, Papa jadi lebih mudah mendapatkan informasi tentang apa saja yang ia perbuat di sekolah. Dan jelas saja, semua kelakulan Kavin di sekolah yang jauh dari kata baik membuat Papa naik pitam.

Dan lebam di tulang pipi Kavin sekarang adalah penutup dari kemarahan Papa tadi kepadanya.

Kavin menghembuskan nafas keras, masih menatap pada sebaris nomor di layar ponselnya, menimang-nimang apakah ia akan menelpon perempuan itu atau tidak.

Bodoh. Karena disaat seperti ini dirinya ingin sekali menghubungi gadis itu.

Kavin berdecak, mengunci layar ponselnya lalu membuat benda itu ke tempat duduk penumpang di sebelahnya dengan kasar. Ia mendengus, mengasihani dirinya sendiri. Apa yang ia pikirkan sampai ia ingin menghubungi gadis itu? Lagipula apa juga yang ingin ia katakan jika gadis itu mengangkat teleponnya?

Kavin menurunkan tangannya yang memegang kantung es batu dari wajahnya, menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

Kadang ia membenci dirinya sendiri disaat-saat seperti ini. Saat di rooftop waktu itu, ia tidak punya alasan untuk membuat Key tinggal sedikit lebih lama dengannya. Dan sekarang, ia masih juga tidak punya alasan yang dapat ia gunakan untuk bisa menghubungi gadis itu dan mendengar suaranya.

Kavin mendesis frustasi, memilih untuk menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari sana sebelum ia benar-benar kehilangan akal sehatnya.

Kavin mendesis frustasi, memilih untuk menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari sana sebelum ia benar-benar kehilangan akal sehatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi tadi, ketika Saga bangun, Key sudah tidak ada disebelahnya, padahal ia ingin melihat wajah gadis itu ketika baru bangun tidur. Namun walau begitu, ada senyum yang terbit di wajah Saga mengingat Key semalaman tidur bersamanya, di dalam dekapannya.

Lacuna [Completed]Where stories live. Discover now