17 • Kehilangan Alasan

2.4K 468 35
                                    

Halo!🌸

Happy reading!✨

---

Saga baru selesai menerima panggilan dari Lano ketika pintu kamarnya diketuk pelan sebanyak dua kali. Pemuda itu beranjak untuk membukakan pintu, menemukan Key yang berdiri dengan wajahnya yang pucat dan kehilangan rona. Gadis itu terbatuk beberapa kali sebelum berkata, "Saga, kayaknya aku nggak bisa ikut ke tempat Lano. Maaf, ya."

"Don't think about it. Are you okay?" Key yakin ia salah ketika menemukan kekhawatiran di dalam suara Saga.

"Hanya nggak enak badan biasa—"

Key tak lagi meneruskan kalimatnya ketika merasakan punggung tangan Saga di dahinya. "It's slightly too warm. Lo balik ke kamar lo dulu, gue mau kabarin Lano kalau kita nggak jadi ke acara dia."

"Ki—kita?"

Saga yang sedang mencari kontak Lano di ponselnya mengangkat wajahnya. Ekspresinya menunjukkan bahwa tidak seperti Key, ia tidak merasa ada yang salah dengan kata-katanya. "Bunda sedang nggak ada di rumah, dan lo lagi sakit, jelas gue nggak bisa memaksa untuk tetap kesana."

Sepenggal kalimat itu, dan sebentuk rasa hangat seketika meluruh di dalam dada Key.

He's actually a warm person.

Key ingat Lano pernah berkata begitu tentang Saga. Mungkin ini maksudnya.

Key kehilangan alasan untuk bertanya lagi dan memilih untuk masuk ke dalam kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Saga. Gadis itu lalu bergelung di dalam selimutnya yang bahkan tak cukup untuk mengusir rasa dingin yang menyelubungi tubuhnya walaupun Key sudah mematikan pendingin ruangan. Tubuhnya terasa begitu lemas. Kepalanya memang sudah terasa pening sesaat setelah selesai membereskan rak buku di ruang keluarga sore tadi, namun sakitnya semakin terasa usai makan malam tadi.

Samar-samar, Key bisa mendengar suara Saga yang sedang berbicara dengan Lano melalui telepon. Hampir dua menit, sebelum kemudian suara Saga tak lagi terdengar, berganti dengan suara ketukan di pintu kamarnya. Gagang pintu ditekan secara perlahan dari luar lalu pintu terkuak. Saga berdiri di ambang pintu, terlihat ragu sekaligus salah tingkah. "Gue... boleh masuk?"

Key mengubah posisinya menjadi setengah duduk sembari bersandar pada kepala tempat tidur. Gadis itu mengangguk perlahan, membiarkan Saga melangkah masuk ke dalam kamarnya setelah merapatkan pintu kembali.

Saga tidak pernah masuk ke kamar ini lagi setelah resmi dirombak menjadi kamar Key. Hanya sekali, ketika hari pertama Key pindah kesini dan Saga membantu membawakan barang-barang gadis itu ke kamarnya. Oleh karena itu, ada sebentuk rasa canggung yang menyelimuti Saga ketika masuk ke dalam kamar ini. Tak jauh berbeda dengan kamarnya, kamar Key juga tertata dengan rapi. Namun jika kamar Saga didominasi dengan warna biru tua dan putih, maka kamar Key didominasi dengan warna kuning gading dan putih, menciptakan kesan hangat ketika Saga masuk.

Saga melepaskan jaket hitam yang ia kenakan menyisakan kaus hitam yang memeluk tubuhnya, kemudian duduk di sofa yang berada di sisi kamar Key, berjarak beberapa langkah dari tempat tidur. "Gue temenin lo disini."

Key merubah posisinya menjadi berbaring kembali, namun gadis itu tak langsung memejamkan matanya. "Lano bilang kamu sebenarnya hangat, hanya terlalu kaku."

Ada sebuah tawa kecil yang lolos dari bibir Saga, membuat Key berpikir apa yang terjadi pada pemuda itu hari ini karena hanya dalam satu hari, Key bisa melihat senyum dan tawa Saga sekaligus, dua hal yang sama sekali tak pernah ia lihat di hadapannya secara langsung seperti ini. Sekali lagi, rasa itu kembali mengaliri dada Key;

Lacuna [Completed]Where stories live. Discover now