Part 15

504 42 6
                                    

Mata ku terbuka lebar, aku terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan Irene, aku mendengar suara tangisan yang sangat histeris. Tangan ku sudah berlumuran darah begitupun dengan baju ku. Tubuhku bergetar dan air mata ku lolos sangat deras.

" J-Jessica. "

Aku menatap wajahnya dan menangis sejadi-jadinya. Yeoja itu melindungi ku dari senjata api Irene. Ia memeluk ku sangat erat dan menjadikan tubuhnya sebagai perisai.

" Do...wh-what I said.... "

" Andwae ... andwae.... , Jessica. "

" See you, Tae. "

JESSICA !!!!!!!

Aku berteriak dan tak bisa lagi menahan air mata ku. Aku benar-benar hancur melihat seorang yeoja melindungi diri ku dari awal mengenalnya.

" Kau yeoja yang tidak memiliki perasaan ! "

Aku mendengar suara yang tak henti menangis sedari tadi, aku mengerti perasaannya pasti jauh lebih hancur daripada ku. Aku mengangkat tubuh Jessica dan mencium keningnya.

Thankyou for always stay by my side.

* * *

Mau tidak mau, Taeyeon dan Tiffany harus menerima kenyataan bahwa Jessica sudah tiada. Keduanya kini berada di rumah duka menunggu proses dari rumah sakit. Air mata seolah habis, Taeyeon sudah tidak bisa lagi menangis, matanya sudah terlihat sangat lelah begitu pun dengan Tiffany.

" Fany-ah! ", ucap Mr. Jung.

" Mr. Jung. ", ucap Tiffany yang langsung berlari dan memeluk ayah dari Jessica itu.

" Apa yang sudah terjadi ?! Mengapa bisa seperti ini ?! ", tanya Mr. Jung.

Tiffany tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi pada Mr. Jung, Ia tidak tahu bagaimana untuk menceritakannya.

" Aku tidak tahu apa yang terjadi, paman. ", jawab Tiffany.

Ia terpaksa menutupi kejadian yang sebenarnya, Ia meyakini jika Jessica masih bisa berbicara, pasti cara itulah yang akan dipilih sepupunya.

A few hours later . . .

Para pengurus pemakaman di rumah duka mengeluarkan peti mati dan meletakannya di tengah-tengah ruangan. Taeyeon adalah orang pertama yang memberikan penghormatan pada Jessica. Ia berlutut dan membungkuk sangat lama. Air matanya kembali mengalir, Ia merasa sangat bersalah dan semua keluarga yang hadir ikut haru ketika melihat Taeyeon memberikan penghormatan terakhir.

" Mianhae, Sica-ya. ", gumam Taeyeon.

Saat sedang dalam keadaan yang sangat lemah, halusinasi Taeyeon muncul lagi dan kini halusinasi itu juga ikut memberikan penghormatan terakhir pada Jessica.

" Dia sudah memaafkan mu. Bahkan dia tidak ingin kau merasa bersalah. Dia sangat menyayangi mu. "

Tidak membantu menguatkan, ucapan itu justru membuat Taeyeon menangis sejadi-jadinya.

" Dia baru percaya jika selama ini kau berteman dengan halusinasi. Dia terkejut menemui di dunia yang sama dengannya saat ini. Dia bilang kau harus berhenti menangis dan menguatkan Tiffany. "

Taeyeon menenangkan dirinya dan perlahan Ia berdiri menegakan dirinya.

Tenanglah bersama halusinasi ku, Sica.

* * *

3 Years Later . . .

Sudah tiga tahun sejak kepergian Jessica, Taeyeon sudah menjalani kehidupan normal seperti orang pada umumnya. Ia mendirikan sebuah perusahaan yang Ia beri nama International Convention Economic. Ia juga mendirikan rumah sakit Seoul International Cancer Association. Sampai saat ini kepergian Jessica masih menjadi misteri bagi pihak keluarga dan Taeyeon sudah menyepakati hal itu dengan Tiffany. Keduanya enggan untuk mengungkapkan apa yang sudah terjadi pada hari itu.

S.I.C.A Hospital

Di rumah sakit yang didirikan langsung oleh Taeyeon, Tiffany memiliki jabatan sebagai kepala rumah sakit, karena keterbatasan Taeyeon dalam dunia medis. Taeyeon membiayai seluruh kebutuhan Tiffany untuk membangun rumah sakit itu dan Ia membiarkan Tiffany mengurusnya.

Hingga di suatu ketika, Taeyeon datang ke pemakaman tempat Jessica beristirahat. Taeyeon selalu menyempatkan dirinya untuk mengunjungi Jessica dan Tiffany mengetahui hal itu.

" Hey, Sica. ", ucap Taeyeon sambil tersenyum menatap makam Jessica.

Meskipun sudah berlalu tiga tahun, Taeyeon tetap saja menangis saat sedang berada di hadapan Jessica. Saat sedang berdiam diri, Taeyeon kedatangan tamu, yaitu Tiffany.

" Aku tahu kau pasti ada di sini. ", ucap Tiffany.

" Ne. Wae ? ", tanya Taeyeon.

" Aniyo. Aku hanya ingin menemui sepupu ku. ", jawab Tiffany.

Taeyeon melihat ke arah foto Jessica.

" Surga pasti sangat dingin saat ini. ", ucap Taeyeon.

" Wae ? ", tanya Tiffany.

" Because the real ice princess already there. ", jawab Taeyeon.

Tiffany hanya tersenyum melihat Taeyeon mencoba mencairkan suasana.

" Tae. ", ucap Tiffany.

" Ne. ", jawab Taeyeon.

" Apakah kau pernah berharap Jessica kembali pada mu ? ", tanya Tiffany.

" Fany-ah, kau tahu ? Jika aku bisa memutar waktu, aku berharap Jessica kembali dan tidak bertemu dengan ku. ", jawab Taeyeon.

" Wae ? ", tanya Tiffany.

" Agar aku tidak menemui akhir seperti ini. ", jawab Taeyeon.

" Tae . . . ", gumam Tiffany.

" Tapi, jika memang aku harus mengakhiri semuanya dengan akhir yang seperti ini, maka aku katakan ini belum akhir. ", ucap Taeyeon.

Taeyeon menatap Tiffany dan Ia meraih tangan Tiffany.

" Aku harus benar-benar mengakhiri semua ini, Fany-ah. Jessica bilang ini semua belum berakhir sampai aku . . . ", Taeyeon terhenti dan Ia menarik nafas panjang.

Tiffany menunggu Taeyeon melanjutkan ucapannya sendiri.

" Memilih mu untuk menggenggam tangan ku melangkah ke kehidupan baru. ", jawab Taeyeon.

Seketika, Tiffany terdiam dan Ia terkejut dengan jawaban Taeyeon.

" Mungkin aku tidak romantis dengan mengatakan hal ini di pemakaman. Tapi aku ingin, sepupu mu menyaksikan hal ini. I gave you my world. ", ucap Taeyeon.

" Tae..", gumam Tiffany.

" Aku memberikan pada mu seluruh dunia ku, seluruh musim hidup ku dan aku ingin kau bertahan di dalamnya. ", sambung Taeyeon.

Matanya yang indah kini sudah dibasahi dengan air mata, namun sebuah senyuman terlukis di wajahnya. Perlahan Taeyeon menarik Tiffany dan menjatuhkan yeoja itu di dalam pelukannya. Tiffany membalas pelukan Taeyeon dan Ia menangis bahagia di pelukan namja yang selama ini berada di sisinya.

I knew it was a difficult path. But, we already know, you're the sunlight,

keeps my heart going and I love you.


THE END

Peek A Boo : To Be HumanWhere stories live. Discover now