Makassar, 15 Juni 1984

9.5K 657 40
                                    


Makassar, 5 Juni 1984.

Malam itu, tepat pukul dua belas malam. Seorang anak kecil berambut hitam kemerahan tengah berjalan menuju kamar mandi dengan mata yang terkantuk-kantuk. Matanya segera terbuka sempurna untuk memperhatikan setiap langkahnya.

Baru saja kakinya ingin melangkah masuk, tiba-tiba tak sengaja pandangannya tertuju pada balkon atas rumahnya. Karena lantai atas terbuat dari kayu, serta kayu tersebut memiliki jarak beberapa senti, jadi ia dapat melihat jelas apa saja yang ada di atas sana.

Ia menatap seorang anak laki-laki, mungkin usianya berkisaran sama dengannya. Anak laki-laki itu melambaikan tangan seraya tersenyum. Sedangkan ia hanya mematung di tempatnya. Tak lama seorang Kakek-kakek yang mengenakan kopiah haji meraih tangan anak laki-laki itu dengan wajah datar, serta tatapan dingin yang mengarah padanya.

Anak kecil cantik itu mengusap matanya, mereka lenyap begitu saja dari pandangannya.

Esoknya, karena rasa penasaran yang besar, anak kecil itu pun menceritakan kejadian semalam kepada sang Mama.

"Mungkin kamu salah lihat. Mama sudah puluhan tahun tinggal di sini, tapi nggak pernah lihat Kakek-kakek dan anak laki-laki yang seumuran denganmu." jawab sang Mama.

Karena rasa penasarannya belum terjawab, ia pun menghampiri Om dan Tantenya yang sudah lama tinggal di sini, bahkan sebelum ia lahir di dunia.

Menurut cerita dari Tantenya, rumahnya yang sudah berumur tua ini pernah hampir terbakar akibat terjadi kebakaran di rumah tetangga. Konon, saat api menjalar ke rumah mereka, ada tetangga lain melihat seorang Kakek-kakek yang dengan gigihnya memadamkan api dengan segala cara. Entah Kakek itu menggunakan apa untuk memadamkan api yang menjalar. Yang jelas, Kakek tersebut tak memakai alat apapun.

Tetangga pikir, Kakek tersebut adalah Kakek yang juga tinggal di rumah mereka. Sebab, di rumahnya menampung banyak orang dari kampung. Sang Ayah yang selalu membantu banyak keluarganya memang mengizinkan dan membiayai mereka semua.

Tetapi, saat Omnya menjelaskan sesuatu tentang tetangganya, anak berumur delapan tahun itu pun menyadari, bukan hanya dia yang dapat melihat Kakek-kakek dan anak laki-laki itu.

Kata Omnya, tetangga tersebut dapat melihat sesuatu yang bukan pada dunianya. Dan, tidak semua orang dapat melihat kehadiran Kakek-kakek dan anak laki-laki itu. Setelah kejadian kebakaran itu, Omnya sudah tidak pernah mendengar cerita tentang Kakek-kakek dan anak laki-laki, ini kedua kalinya ia mendengar cerita itu lagi dari keponakannya.

Ia pun menerka-nerka, jika ia dihadiahkan kelebihan yang mungkin sama dengan tetangganya itu. Ia bisa melihat sesuatu yang bukan pada dunianya? Itu terdengar keren.

Seperti yang ada di dalam cerita fantasi yang dapat melihat peri, atau makhluk yang mungkin bisa mengabulkan semua permintaan. Apa Kakek-kakek dan anak laki-laki itu juga bisa mengabulkan sebuah permintaan?

Atau, mereka berbeda seperti apa yang ada di dalam pikirannya saat ini?




•••

Bismillah.

Untuk pertama kalinya aku keluar dari genre fiksi remaja, dan beralih ke genre horor. Bukan berarti fiksi remaja aku tinggalkan, ya. Hanya saja aku belajar menulis cerita yang genrenya berbeda dari tulisanku pada biasanya.

Dan kebetulan ada True Story yang mungkin bagus untuk diceritakan kepada kalian yang memiliki kelebihan yang sama dengan anak kecil cantik ini.

Jangan lupa vote dan comment, pastinya. Masukkan ke dalam reading list kalian, promosi ke teman-teman kalian juga bisa.

Salam,
Adilta Putri.

GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang