05. - Dua Dunia

1.9K 226 31
                                    

Budayakan vote sebelum membaca.
Hargai karya orang lain🤗


🌼🌼🌼


Tapi, tunggu. Saat dibawah pohon tadi, wajah lelaki muda itu tidak hancur seperti sekarang. Tita memegang tangan kedua anaknya, sepanjang perjalanan tak henti-hentinya ia berdzikir seraya memejamkan matanya. Perlahan-lahan Tita membuka pejaman matanya, menoleh ke luar mobil. Syukurlah, lelaki muda itu sudah tidak bergelantungan. Lenyap begitu saja.

Setibanya mereka di rumah, Brian, Fajar dan Tamara sibuk dengan barang belanjaan mereka masing-masing. Mencoba baju baru mereja di depan cermin, senyum kedua anaknya tak pernah pudar selama mencobanya.

Sedangkan Tita, ia sibuk menutup jendela dan pintu rumahnya. Hari mulai gelap, sudah waktunya menutupnya. Namun saat Tita ingin menutup gorden ruang tamu, ia kembali terperanjat karena ulah lelaki muda tadi.

Lelaki itu berdiri diteras depan rumahnya sambil memelas meminta tolong. Beberapa kali ia berusaha ingin berkomunikasi dengan Tita, tetapi sayangnya Ibu rumah tangga itu menolaknya dengan cara menggelengkan kepala. Lalu, menutup gorden dan jendela rumahnya. Memang seharusnya begitu. Dunia mereka berbeda.

Tita tidak ingin menggubris atau bahkan menolong mereka yang tak kasat mata. Ia lebih memilih mengambil air wudhu, kemudian beribadah. Selepas itu, Tita bercengkeraman diruang tv bersama keluarga kecilnya.

Saat asyik menonton tv, sayangnya Tita merasa kedinginan. Tiba-tiba udara dalam rumahnya menjadi dingin. Tita beranjak, berjalan menuju ruang tamu untuk mengintip dibalik gorden, ia melihat ke arah teras. Ternyata hujan deras telah mengguyur kota Makassar, mereka ber-empat tak menyadari cuaca diluar berubah menjadi dingin, karena sibuk bercengkerama dan sesekali bercanda.

Saat Tita ingin kembali ke ruang tv, tiba-tiba Indra pendengarnya mendengar suara orang yang meminta tolong. Tanpa berpikir panjang, Tita dengan seksama mencoba mencari dari mana arah suara lirih tersebut, karena begitu penasaran, sampai-sampai langkah kakinya membawanya keluar rumah. Tepatnya, kini ia menginjakkan kaki di teras rumahnya.

Tita menoleh, ia sedikit terkejut karena kembali melihat lelaki muda tadi sore. Masih saja setia berdiri di situ.

"Tolong, aku tidak bermaksud untuk mengganggumh ataupun menakutimu. Aku hanya ingin meminta tolong kepadamu, karena hanya kamu yang bisa menolongku. Sudah lama aku berdiri dibawah pohon dekat toko yang tadi kamu kunjungi bersama keluargamu. Namun sayangnya, hanya kamu satu-satunya orang yang dapat melihat dan merasakan kehadiranku. Sungguh, aku sangat bahagia saat menemukan orang yang tepat," ujar lelaki muda itu dengan lirih.

Aneh, Tita tak merasa takut sama sekali.

"Tidak. Aku tidak merasakan takut sedikit pun kepadamu. Sama sekali tidak." sahut Tita tenang.

Bahkan Tita merasa seperti melihat orang biasa. Bukan hantu penasaran seperti sekarang.

Jujur saja, Tita merasa iba melihat lelaki muda ini. Mungkin umurnya berkisaran dua puluh tahun saat ia tutup usia.

"Memangnya kamu kenapa?" tanya Tita penasaran.

Lelaki muda tersebut memasang wajah sedihnya. Ia pun mulai menceritakan segala kronologi yang menimpanya.

"Aku korban kecelakaan. Itu sebabnya wajahku hancur seperti sekarang," jawabnya bergelinang air mata.

"Sebenarnya, tidak lama lagi hari pernikahanku akan terlaksanakan. Aku sudah bertunangan dengan calon istriku. Aku sibuk mengurus acara pernikahanku saat hari itu. Memang salahku, aku pulang terlalu larut. Aku lelah, dan terjadilah kecelakaan. Dan nyawaku tidak dapat tertolongkan lagi."

GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang