10. - Terusik

1.3K 130 21
                                    

AN: Mohon maaf lama updatenya, berapa bulan? Dua? Tiga? Empat? Enggak selama itu kan ya? Wlwkwl. Jangan lupa vote, comment dan share cerita ini bagi kalian penyuka cerita horror. Pastikan cerita ini berada di dalam library kalian. Happy reading!


🌼🌼🌼

PERJALANAN panjang Tita dan Brian diluar kota sudah selesai, itu berarti mereka sudah bisa kembali ke rumah untuk melepas rindu kepada putra dan purtinya yang ditinggal selama beberapa hari terakhir.

Setelah kepulangannya di rumah, Brian dan Tita kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Hari ini Brian keluar untuk bertemu temannya dan Tita memilih berada di rumah saja, mengingat dia adalah ibu rumah tangga yang baik. Sedangkan kedua anaknya sedang keluar rumah untuk bermain dengan anak tetangga.

Tita pun memilih membuat camilan untuk ia makan seorang diri, mungkin gorengan dengan teh hangat adalah perpaduan yang sempurna di sore hari, ia pun melangkah menuju dapur, sebelumnya Tita sudah menyalakan telivisi diruang keluarga agar tidak terasa sepi.

Selama sibuk di dalam dapur, entah sudah berapa kali Tita mondar-mandir hanya demi mengubah siaran televisi yang ia tonton seperti awal. Kali ini hantu di rumahnya sungguh gencar menganggunya, bagaimana tidak? Hantu itu berulang kali mengganti siaran telivisi tanpa sebab. Karena geram, Tita pun mematikan telivisi. Saat camilan dan teh hangat yang ia buat sudah selesai, Tita pun memilih ke kamar.

Ia menghabiskan sepiring camilan dengan teh hangatnya. Perut yang kekenyangan mengundang efek kantuk, perlahan-lahan mata Tita tertutup rapat. Membawanya ke alam bawah sadar yang jauh.

Perlahan Tita merasakan tangannya tengah dicengkram dengan kuat, karena saat ini kantuknya lebih mendominan, ia pun tak merespons. Kedua kalinya, tangan Tita dicengkram lebih kuat serta digoyang-goyangkan secara kasar.

"Siapa?" tanya Tita dengan suara paraunya, ia masih memejamkan matanya yang sulit untuk dibuka.

Tak ada jawaban dari lawan bicara. Mengundang rasa curiga, Tita pun membuka matanya perlahan agar bisa melihat siapa yang telah berani menganggu tidurnya.

Samar-samar Tita melihat seorang anak kecil yang berdiri disamping tempat tidur, ia laki-laki. Dia lah orang yang mencengkram dan menggoyang-goyangkan tangan Tita.

"Kamu siapa, nak?" tanya Tita yang merasa terganggu tapi berusaha untuk melembutkan suaranya.

"Apa? Anak katamu?!" jawabnya tidak sopan-yang lebih mirip seperti sedang menantang.

Siapa dia? Apa dia anak tetangga?

"Mama kamu mana, nak?" Tita kembali bertanya.

"Apa?!" anak lelaki itu kembali menyahut dengan tidak sopan.

"Lihat aku!" katanya.

Tita pun menoleh untuk menatap anak kecil tersebut lebih seksama, masih sama. Ia hanya melihat figur seorang anak laki-laki.

"Hei! Lihat aku!" bentak anak itu tak sopan.

Sontak Tita terkejut saat melihat tubuh anak kecil itu berubah secara drastis. Makin ia melihat anak itu, makin membesar dan tinggi tubuh anak tersebut. Perubahan fisiknya terus bertambah ketika Tita menatapnya. Ada rasa ketakutan, bohong jika Tita tak merasakan perasaan itu. Ia baru pertama kali melihat kejadian seperti ini.

Hantu yang tadinya menyerupai anak kecil itu itu tertawa, suara tawanya menggelegar. Lalu tangannya bergerak mencekik leher Tita.

"Apa? Tadi kau menyebutku anak?!" ia makin mencekik leher Tita.

Tita memegang lehernya, berusaha untuk melepaskan cekikan kuat ini.

"L-lepaskan!" napas Tita sempat tercekat, ia tak mau terlihat takut.

"Lepaskan katamu? Berani sekali kau denganku!" hantu itu tak mau kalah, ia makin mencekik Tita dengan amat kuat. Tidak mungkin ia akan mati hanya karena hantu, mati konyol namanya.

Tita menatap wajah hantu itu lebih tajam, makin tajam. Sejak alamnya terbagi menjadi dua, ia selalu menegaskan bahwa dirinya jauh lebih mulia dibandingkan 'mereka' semua. Tidak ada yang bisa berani menggertaknya!

Tita membaca lantunan ayat-ayat Al - Qur'an dalam hati. Mari kita lihat, siapa yang akan menang? Ini belum akhir. Melihat lagak hantu tersebut, Tita merasa bahwa hantu itu mengklaim dirinya lah pemenang.

Makin banyak Tita membaca do'a dan surah, perlahan sosok hantu yang menjelma menjadi anak kecil itu menghilang seketika.

"Dia terlalu percaya diri!" Tita menarik napasnya yang tertahan sedaritadi.


• • •

I'm back, tidak terlalu panjang. No bad lah ya🐒

Buat yang baca cerita ini, aku mau nanya dong. Di simak ya pertanyaan di bawah ini.

Apa yang akan kalian lakukan jika memiliki indra ke-enam seperti Tita?
A. Bersyukur
B. Takut
C. Sulit menerima kenyataan
D. Yang lainnya (tuliskan)

Mari dijawab, aku pengin semuanya menjawab ya. Tanpa terkecuali.

Best regards,
Adilta Putri.

GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang