21. - Katanya Mitos

356 57 18
                                    

Libur panjang sekolah memang hal yang amat diminati bagi banyak pelajar, kadang kala mereka sudah menyiapkan rencana berlibur untuk mengisi hari yang panjang agar tidak terasa kosong tanpa agenda. Sama halnya dengan kedua anak Tita yang bersorak senang karena hari libur telah tiba namun mereka belum menyiapkan agenda apapun, sedangkan Tita hanya bisa mengulam senyum sembari menyeruput teh hangat. Sore ini udara kota Makassar terasa dingin. Musim hujan telat tiba.

"Bu, kita nggak liburan? Teman Tamara pada liburan masa!" seru Tamara.

"Nggak tahu deh, belum ada rencana." sahut Tita.

"Yah, masa liburan cuman di rumah doang?" keluh Fajar.

Belum sempat menyahut, kedua anaknya berlarian berlomba siapa yang lebih dulu mengangkat telepon yang tengah berdering. Tita hanya bisa geleng-geleng kepala, kedua anaknya sudah remaja tetapi masih saja seperti anak kecil.

"Bu, ada telepon!!" teriak Tamara yang ternyata lebih cepat mengambil langkah.

"Dari siapa?" tanya Tita sembari berjalan menghampiri.

"Katanya dari sepupu ibu." kata Tamara yang langsung menyodorkan telepon tersebut.

Tita langsung mengambil telepon dan mengambil alih posisi Tamara.

"Halo, ini siapa?" tanyanya.

"Dian, Ta." sahut suara riang di seberang sana.

"Eh Yan, kamu nomor baru lagi?" tanya Tita yang baru menyadari jika menerima nomor panggilan asing.

"Bukan, ini pakai hape suamiku."

"Oalah, ada apa, Yan?"

"Ini loh, kamu kan kemarin nggak sempat datang karena aku lahiran. Jadi aku mau undang kamu ke acara aqiqahan anak bungsuku. Datang ya ke kampung, bawa Fajar dan Tamara juga!"

"Acaranya kapan, Yan?"

"Lusa, mumpung libur. Sekalian jalan-jalan. Pokoknya aku nggak menerima penolakan." Tukas Dian.

"Iya-iya, Insya Allah. Kalau jadi aku bakalan hubungin kamu lagi."

"Ya sudah kalau gitu Ta, aku tutup telepon ya. Ditunggu kabarnya." Dian pun memutuskan sambungan telepon sepihak.

Tita kembali ke ruang tamu yang masih di isi oleh kedua anaknya.

"Pada mau ikut nggak sama ibu?" tanya Tita dengan nada riangnya.

"Mau kemana?" tanya Fajar.

"Ke kampung sepupu ibu."

"Loh, kalau kampung sepupu ibu berarti sama aja kampung ibu juga 'kan?" protes Tamara tertawa.

"Hahaha iya, tapi ini kampung suami sepupu ibu jadi otomatis juga jadi kampung dia." terang Tita.

"Ohh gitu."

"Di sana enak loh, ada permandian air terjunnya ditambah lagi udaranya dingin."

"Oke, ayo berangkat!" seru kedua anaknya sepakat.

Tita pun menelepon Dian untuk memberitahukan kabar bahwa ia akan datang. Letak kampung Dian berada di kabupaten kota tempat tinggal Tita, biasanya hampir setengah hari lebih baru tiba di sana. Saat menerima kabar, Dian langsung bergegas menelepon mobil travel langganannya untuk menjemput Tita dan kedua anaknya esok pagi. Tita baru pertama kali ke kampung suami Dian jadi wajar harus memakai mobil travel walaupun Tita memiliki mobil, mencari alamat tidak semudah dibayangkan. Bisa-bisa tersesat.

Fajar dan Tamara ke kamarnya untuk menyiapkan segala perlengkapan yang akan mereka gunakan nanti, apalagi sudah dijanjikan akan pergi ke permandian air terjun.

GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang