13. - Pasukan Berkuda

1.1K 108 14
                                    


TAK selang seminggu, Tita kembali mengalami kejadian aneh. Setelah ratu dan puluhan dayang-dayang mendatanginya, kini ia kembali bertemu dengan anggota kerajaan. Entah masih kerajaan yang sama atau berbeda, Tita kurang paham dengan darah biru yang mengalir ditubuhnya.

Sebelum kejadian, Tita sangat sibuk membereskan ruko yang kini menjadi tempat tinggal sekaligus tempat usahanya. Seharian penuh ia melakukan pekerjaan rumah, dari lantai atas sampai lantai bawah harus ia bereskan. Asisten rumah tangganya sedang izin. Alhasil, urusan rumah harus Tita ambil ahli untuk sementara waktu.

Melepas sedikit rasa lelahnya, Tita duduk sejenak. Indra pendengarannya menangkap suara air dari dalam kamar mandi, selama ia membereskan rumah, tak ada satu orang pun yang masuk ke dalam sana.

Tita mendekati kamar mandi karena rasa penasarannya terus menyelimuti.

"Siapa yang ada di dalam?" tanyanya mengetuk pintu kamar mandi.

Tak ada sahutan dan tak ada lagi suara guyuran air.

"Ah, nggak lucu!" Tita berdecak kesal. Lalu menjauh dari kamar mandi.

Tita berjalan menuju kamar utama, niatnya untuk menghilangkan keringatnya. Tapi, lagi-lagi ia dibuat terkejut saat melihat kedua anaknya sibuk dengan ponsel masing-masing. Seharian ini, hanya mereka bertiga yang ada di dalam rumah. Lantas, siapa yang ada di dalam kamar mandi tadi?

Apa perasaanku saja ada orang di dalam kamar mandi?

Tita berusaha menghibur dirinya sendiri. Tak mau memikirkan hal yang aneh lagi.

Lima belas menit kemudian Tita kembali ke kamar mandi untuk mandi. Saat sampai, kamar mandi masih berbau sabun, seperti ada yang habis mandi. Artinya Tita tidak salah dengar tadi dan ini bukan imajinasinya, memang ada seseorang yang mandi. Tapi masalahnya, apakah itu manusia?

Tita bukan tipe wanita yang penakut. Toh, ini bukan hal aneh yang terjadi untuk pertama kalinya. Tita berlagak tak peduli atas kejadian ini. Ia bergegas untuk mandi.

Setelah selesai mandi, Tita langsung menyiapkan makan malam untuk kedua anaknya. Saat makanan sudah siap, ia tak ikut bergabung di meja makan. Tita yang kelelahan membereskan rumah memilih tidur lebih dulu, ia akan makan saat terbangun nanti.

Selama berjam-jam tertidur, akhirnya Tita terbangun. Saat itu jarum pendek bertengger pada pukul satu subuh, sebelum makan ia memeriksa kedua anaknya terlebih dahulu. Fajar dan Tamara sudah tertidur lelap. Tita pun berjalan menuju dapur untuk mengambil sepiring nasi dan lauk.

Selesai mengambil sepiring makanan, Tita mengambil posisi duduk di depan televisi. Selama makan, ia tiba-tiba menarik kupingnya secara bergantian.

"Kenapa satu harian ini terasa ada yang ganjil, ya?" guman Tita pada dirinya sendiri. Aneh sekali, kenapa ada suara derap langkah kaki kuda jam segini? Suara derap langkah kaki kuda itu seperti berjarak cukup jauh. Dan, bukan hanya satu kuda saja. Melainkan banyak, layaknya pasukan berkuda.

Tita kembali menarik kupingnya secara bergantian. Suara derap langkah kaki kuda masih terdengar, seperti nyata. Ia tak mau diganggu, Tita pun menambahkan suara televisinya lebih besar.

Tidak ada lagi suara derap langkah kaki kuda. Lalu, Tita kembali mengecilkan suara televisinya. Kembali. Suara itu kembali terdengar, tapi jaraknya kini begitu dekat. Sedangkan tadi masih berjarak cukup jauh.

Tita mengikuti sumber suara tersebut, tangannya dengan sigap mengikat rambutnya. Lalu mematikan sakelar lampu ruangan dan mengambil ponselnya sebagai pencahayaan. Ia tak takut, tapi merasa tertantang. Suara makin terdengar jelas, langkah kaki Tita mulai pendek. Arahnya dari dalam kamar utama, saat masuk ke sana, Tita makin mendengar derap langkah kaki kuda yang sangat jelas.

Memang lampu kamar utama juga mati, ia juga tak berniat untuk menyalakannya. Benda pipih yang sedaritadi ada ditangannya masih setia sebagai pencahayaannya. Tita mengarahkan senter dari ponselnya ke seluruh sudut ruangan, tak ada hal aneh. Tak ada kuda seperti yang ia dengar. Benar-benar aneh.

Ia hidup di jaman yang sudah modern, masa sih ada yang memakai kuda sebagai transportasi? Pikiran Tita menjadi kalut, sebab suara derap langkah kaki kuda itu masih saja tedengar. Tanpa sadar, Tita membawa dirinya menuju jendela.

Saat suara kuda yang mengikik terdengar, kaki Tita spontan mundur beberapa langkah agar menjauh dsri jendela. Cukup kaget dengan suara itu, ia memeriksa kembali kamar utamanya. Masih sama, masih tetap berada di dalam kamar. Tita pikir ia sedang tersesat di dimensi yang berbeda. Mungkin tersesat di dunia penjajahan? Atau hal-hal yang menyangkut pautkan kuda. Hal mustahil.

Rasa penasarannya menggebu-gebu, Tita membuka gorden jendala. Kini pandangannya terpusat diluar sana, ia melihat pasukan berkuda yang sangat banyak. Tita tak ada waktu untuk menghitung mereka, yang jelas sangat banyak. Pandangan Tita beralih menatap seorang pria yang menurutnya adalah pimpinan pasukan tersebut.

Belum sampai situ, rasa terkejutnya kembali datang. Pimpinan pasukan itu melempar senyum ke arah Tita, namun ibu rumah tangga itu tak membalas karena cukup kebingungan. Cukup lama ia menatap mereka semua, Tita menyadari sesuatu. Jika diperhatikan, pimpinan pasukan berkuda itu lebih mirip seorang raja.

Dari wajahnya yang berwibawa, pakaiannya yang layaknya raja dan kuda yang ia tunggangi begitu indah dan paling berbeda di antara semua penunggang kuda lainnya.

Penunggang kuda dibelakang pimpinan pasukan tampaknya adalah prajurit. Mereka juga menatap ke arah Tita dan tersenyum tipis, lalu menundukkan kepala sejenak. Tita bagaikan patung, ia hanya bisa terdiam membisu melihat mereka semua. Kenapa mereka seperti menyambut Tita?

Setelah itu, para pasukan berkuda kembali melanjutkan perjalanan mereka. Tita yang dapat melihatnya kembali kehilangan kata-kata, mereka sangat banyak. Ratusan? Ribuan? Entah lah jumlahnya tak dapat terhitung. Mereka begitu gagah dengan tombak dan kuda berwarna hitam.

Sejak tadi Tita berdiri di depan jendela bagaikan patung. Tidak menampakkan ekspresi apapun dan tidak merespons melalui kata-kata. Kemudian setelah pasukan itu sudah bergerak jauh, barulah Tita terduduk lemas di lantai.

Di mulai hari itu, Tita kerap di datangi oleh mereka setiap tahunnya.


🌼🌼🌼


Pendek dulu ya partnya, next panjang-panjang.


Jangan lupa vote dan comment.

Follow instagram @adiltaputri dan @wattpadilta_

Best regards,
Adilta Putri.

GivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang