Part 2: Someone From The Past

9.1K 1.8K 327
                                    

Seokjin berdiri dengan gugup di dalam ruang kerja Namjoon, seseorang bernama Taehyung itu mengantarnya ke sini lalu pergi setelah mengatakan dia akan mengambilkan teh untuk Seokjin.

Pandangan mata Seokjin bergerak menatap seisi ruangan, sudah lima belas tahun berlalu, tapi dia ingat dulu Namjoon dan dirinya sering berkunjung ke kantor ayah Namjoon untuk bermain. Namjoon lebih tua dua tahun dari Seokjin sehingga biasanya kunjungan mereka ke kantor hanya berakhir dengan Namjoon menjaga Seokjin yang sibuk berlarian ke sana-sini.

Ruang kerja ini bisa dibilang sangat berbeda dengan yang ada di ingatan kabur masa kecil Seokjin. Dulu ruangan ini berwarna off-white dengan kursi dan sofa berwarna krem, serta rak-rak buku besar berwarna coklat kayu.

Namun sekarang semuanya berubah, karpet berwarna maroon, diikuti dengan rak-rak buku besar berwarna hitam, sofa putih tulang dan juga meja kopi yang terbuat dari batu berwarna hitam kelam. Kursi kebesaran ayah Namjoon yang dulu diingatnya berwarna coklat gelap sudah berubah menjadi kursi besar berwarna khaki, dan itu adalah satu-satunya benda dengan warna paling 'lembut' menurut Seokjin.

Seokjin berjalan menuju sofa dan dengan ragu mengelus permukaannya, sofa itu jelas berharga lebih mahal daripada seluruh tabungan Seokjin selama ini. Seokjin menarik napas dalam dan akhirnya duduk dengan perlahan di sana, dia tersenyum tipis merasakan kenyamanan material di sofa itu dan mulai berpikir dia bisa saja jatuh tertidur di sini.

Lima belas tahun sudah berlalu, waktu mungkin terasa cepat tapi tidak untuk Seokjin. Dia masih mengingat semua yang terjadi padanya, dia bertemu Namjoon saat berusia tujuh tahun dan Namjoon berusia sembilan tahun. Namjoon adalah teman terbaik Seokjin, hasil tes mengenai secondary sex mereka baru akan muncul saat usia dua belas tahun tapi Seokjin kecil sudah sangat ketakutan.

Seokjin anak tunggal, begitu pula dengan Namjoon, Seokjin sangat khawatir dia akan mengecewakan keluarganya jika ternyata dia bukan Alpha. Sementara Namjoon benar-benar terlihat seperti Alpha kecil berjalan, semua orang di sekitar mereka sudah menduga bahwa Namjoon adalah Alpha dan itu tidak mungkin salah.

Namjoon selalu ada untuk Seokjin, dia menenangkan Seokjin dan mengatakan bahwa tidak peduli apapun secondary sexnya, dia akan tetap bersama Seokjin. Seokjin melihat sebuah harapan dari janji Namjoon dan meminta Namjoon untuk berjanji apabila salah satu dari mereka adalah Alpha dan Omega, maka mereka akan menikah.

Perjanjian itu diucapkan ketika Seokjin berusia sembilan tahun dan Namjoon sebelas tahun. Itu satu tahun sebelum secondary sex Namjoon diketahui, dan Namjoon sudah menyatakan dengan sangat mantap bahwa dia akan menikah dengan Seokjin, tidak peduli bagaimana hasil akhir dari pemeriksaan secondary sex mereka.

Lalu satu minggu setelah ulang tahun Namjoon yang kedua belas, teman baik Seokjin itu menghampirinya dan mengatakan bahwa dia adalah Alpha. Seokjin bisa menduganya, semua sel dalam diri Namjoon seolah berteriak bahwa dia adalah Alpha.

Hari itu Seokjin mengucapkan selamat, dan mengatakan dia akan memenuhi janjinya pada Namjoon. Dia bahkan berkelakar jika dirinya adalah Alpha juga, maka dia akan tetap berusaha menikah dengan Namjoon walaupun mungkin itu akan sulit.

Dua tahun setelah Namjoon mendapatkan hasil secondary sexnya, Seokjin pun mendapatkan hasilnya. Seokjin sudah bisa menduga apa hasilnya, tapi tetap merasa sedikit sedih karena dia adalah Omega. Namun ibunya mengatakan bahwa menjadi Omega adalah tugas mulia.

Ya, itu tugas mulia jika kau kebetulan lahir di keluarga terpandang yang akan menjamin harga dirimu.

Sejak mengetahui bahwa Seokjin adalah Omega, Namjoon menjadi sangat protektif, dia akan menemani Seokjin kemanapun, melakukan apapun, dan menjadi apapun untuk Seokjin. Seokjin hidup dalam semua yang berada di genggamannya selama tahun itu hingga usianya tiga belas tahun.

LiéNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ