08| Challenge

57 7 0
                                    

MACHELA

Kata orang, hitam adalah warna yang menggambarkan kemuraman. Tapi menurut gue, hitam bahkan bukan bagian dari spektrum warna. Dia hanya hadir sebagai lawan abadi dari sang putih—tanpa sebuah makna selain kegelapan.

Lalu dengan warna apa gue menggambarkan sebuah kemuraman?

Abu-abu. Seperti outfit yang gue kenakan hari ini.

Tadinya gue nggak menyadari kebiasaan gue yang selalu memilih warna pakaian sesuai suasana hati. Orang pertama yang menyadari kebiasaan tersebut adalah Ladisha, beberapa tahun yang lalu—sebelum hubungan kami seperti sekarang. Waktu itu, untuk pertama kalinya gue memakai outfit serba merah muda ke kampus. Ladisha bilang, pakaian serba merah muda menandakan kalau gue sedang jatuh cinta.

Dia benar. Because that day, I was madly in love.

Hari dimana gue mengenakan outfit serba merah muda adalah hari pertama Dino menjemput gue di kampus. Such a cheesy thing. Namun nggak bisa diingkari kalau secara instingtif, gue sedang menunjukkan kepada dunia kalau gue jatuh cinta.

Tetapi hari ini, walaupun outfit gue serba abu-abu, gue sedang nggak berusaha memberitahu dunia kalau gue tengah dilanda kemuraman. Cause I know, nobody would care.

"Lo habis maling jemuran di komplek Abnegation?"

Gue menoleh dan mendapati sebentuk cengiran lebar yang sangat, sangat tengil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gue menoleh dan mendapati sebentuk cengiran lebar yang sangat, sangat tengil. Siapa lagi kalau bukan Erza?

"Emangnya orang Abnegation doang yang boleh pakai baju abu-abu?" Gue membalas ketus seraya bergeser menjauhi Erza.

"Kalau dalam film Divergent sih iya," Erza menyahut sambil lalu, sementara tangannya sibuk mengibas kerah kausnya. "Duh, panas ya hari ini?"

"Makanya, sebelum ke kampus tuh mandi dulu biar nggak gerah."

Erza menjitak pelan kepala gue. "Sembarangan! Pantang seorang Erzanio Ganendra keluar rumah tanpa mandi! Emangnya gue elo?"

"Persediaan air bersih di Indonesia Timur tuh susah ya!" Seru gue sembari mengusap bekas jitakan Erza. "Sebagai manusia sosial yang peduli terhadap lingkungan, gue harus ikut serta dalam menjaga ketersediaan air bersih demi kesejahteraan bersama."

"Alibi banget lo."

Gue mengabaikan ejekan Erza dengan menyumpal headset di telinga. Namun belum sempat suara Taeyang terdengar, sebelah headset gue kembali dilepas dengan tidak sopan oleh Erza.

"Woy rese!" Gue refleks mengumpat.

"Woy sangar," Erza tergelak. "Lagian siapa yang suruh lo kacangin gue?"

"Lagian, siapa yang suruh lo gangguin gue?" Gue menduplikasi kalimat Erza dengan nada sarkastik. "Gangguin cewek lo sana! Ngapain sih gangguin gue terus?"

RWhere stories live. Discover now