Part 26

19.1K 608 0
                                    

**

Di sebuah ruangan VVIP rumah sakit, terlihat seseorang dengan setia duduk di kursi sebelah ranjang rumah sakit menunggu orang yang berarti di hidupnya. Selama dua minggu orang itu betah berbaring memejamkan matanya, seakan dunia di sana lebih indah dari pada di sini. Walaupun begitu seseorang yang menunggunya tak pernah lelah dan putus asa. Ia senantiasa merawat dan menjaganya dengan baik, ia juga yakin orang itu akan segera bangun dan kembali bersamanya.

Seseorang itu menggenggam telapak tangan orang terkasihnya. Menatapnya dalam penuh harapan. Hingga sebuah sentuhan di pundaknya mengalihkan perhatiannya.

"Papa" ujarnya.

"Makanlah dulu. Kamu belum makan sejak tadi pagi kan?"

"Nanti aja Pa. Gerald belum lapar" ujar orang itu yang tak lain adalah Gerald. "Gerald masih ingin menjaga Keyla" ujarnya seraya menatap kembali Keyla.

Mr. Alex menghembuskan napasnya "Kalau kamu ikutan sakit gimana. Siapa yang akan jagain Keyla. Udah mendingan kamu makan dulu sekarang, biar Papa yang jagain Keyla. Nanti kalau Keyla bangun, Papa pasti akan beritahu kamu"

Gerald masih terdiam memikirkan ucapan Mr Alex. Ia pun akhirnya mengangguk mengiyakan. "Gerald titip Keyla ya Pa"

"Iya" Jawab Mr. Alex.

Gerald berdiri dari duduknya lalu melangkah keluar dari ruang rawat istrinya. Gerald mengingat kembali kejadian dua minggu yang lalu.

Flashback On

Keyla tersenyum sinis melihat para musuhnya sudah terkapar. "Gue nggak semudah itu di kalahin" ujarnya bangga. Ia pun membalikkan badan mencari Gerald. Namun ia melotot kaget saat menatap Gerald. Salah satu bodyguard musuhnya yang masih setengah sadar tengah mengacungkan pistolnya pada Gerald.

"Aldo awasssssss!!!"

Keyla berlari secepat kilat menuju Gerald lalu memeluk suaminya.

Dorrrrrrr

Bughhh

Keyla meluruh di dekapan Gerald.

"Key"

"Key loe ..."

Keyla yang masih setengah sadar menatap Gerald dengan senyum lemahnya.

"Al ..."

"Ya" sahut Gerald. "Kenapa Key? Apa sangat sakit? Gue mohon loe tahan dan tetap jaga kesadaran loe, gue akan bawa loe ke rumah sakit" ujar Gerald cemas.

Keyla menggeleng lemah.

"Ak-aku men-cintaimu Al" ujar Keyla lalu mulai menutup matanya.

Gerald mematung mendengarnya. Ia sungguh tak percaya jika istrinya akan berkata seperti itu. Menatap Keyla kembali, Gerald lalu menggendong istrinya bridal dan membawanya ke rumah sakit.

**

Gerald duduk di kursi tunggu di depan ruang ICU menunggu Keyla. Ia berdoa pada Tuhan akan keselamatan istrinya.

"Bertahan lah Key gue mohon" gumamnya penuh harap.

Setelah dua jam menunggu akhirnya pintu ruang ICU terbuka dari dalam, muncul lah seorang dokter berusia empat puluh tahunan yang di ikuti beberapa perawat.

Gerald bangkit dari duduknya dan menghampiri dokter tersebut.

"Gimana keadaan istri saya dok?" tanyanya cemas.

Dokter tersebut menghela napasnya lalu menatap Gerald serius.

"Istri anda telah melalui masa kritisnya. Kami juga telah mengeluarkan peluru yang ada di dalam tubuhnya. Tapi ..."

"Tapi apa dok?" sela Gerald.

"Istri anda sekarang koma"

Deg

Jantung Gerald rasanya seperti di remas begitu kuat setelah mendengar ucapan dokter tersebut.

"Posisi peluru itu sangatlah dalam, hampir mengenai jantung pasien, apalagi di tambah pasien yang kehilangan banyak darah, hal itu membuat kondisinya lemah dan akhirnya koma. Kami tidak tahu kapan istri anda akan sadar, namun kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan istri anda. Kalau begitu saya permisi dulu Pak Gerald" pamit dokter tersebut pada Gerald yang tak lain adalah pemilik rumah sakit ini.

Gerald mengangguk "Terima kasih dok"

Dokter tersebut tersenyum lalu pergi.

Sepeninggalan dokter tersebut Gerald terduduk kembali di kursi tunggu dan mengusap wajahnya kasar. Semua ini salahnya, ia gagal melindungi Keyla. Istrinya yang begitu ia cintai. Ia gagal menepati janjinya pada Papa mertuanya.

"Papa" gumam Gerald lirih. Ia lupa jika ia sama sekali belum menghubungi Papa mertuanya tentang keadaan Keyla. Gerald mengambil ponsel di saku celananya lalu menghubungi Papa mertua dan adik iparnya.

Flashback Off

**

Gerald menghembuskan napasnya setelah mengingat kembali kejadian dua minggu yang lalu.

"Permisi. Silahkan menikmati pesanan anda" ujar seorang pelayan di Foodcurt rumah sakit tersebut mengalihkan perhatian Gerald.

"Terima kasih" Balasnya.

Setelah pelayan tersebut pergi, ia mulai memakan makanannya.

**

Di sebuah ruangan terlihat seseorang yang terbaring di ranjang mulai membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang ada di sekitarnya. Hingga sebuah suara memanggilnya.

"Key, kamu sudah bangun sayang" ujar orang itu senang. Tak lama orang itu memencet tombol panggilan untuk dokter. Ia memandang Keyla sekali lagi.

"Akhirnya kamu bangun juga sayang" ujarnya lega.

"Permisi Tuan. Biar kami periksa dulu Nona Keyla" ujar seorang dokter yang ikuti beberapa suster. Orang itu menyingkir memberi ruang untuk dokter tersebut memeriksa Keyla.

"Sulit dipercaya" decak kagum dokter tersebut pada orang itu. "Nona Keyla dapat tersadar secepat ini. Dia benar-benar gadis yang kuat Tuan"

"Ya, dia gadis yang kuat" sahut orang itu.

"Untuk saat ini tidak ada hal yang perlu di khawatirkan pada pasien. Ia baik-baik saja, namun kami akan selalu memantaunya, memastikan hingga Nona Keyla benar-benar sembuh" ujar dokter tersebut.

"Terima kasih dokter" jawab orang itu.

"Iya Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu" ujar dokter tersebut lalu pergi meninggalkan ruangan Keyla.

Setelah kepergian dokter tersebut, orang itu mendekat ke arah Keyla.

"A-air" gumam Keyla pelan.

"Ini sayang minumnya" ujar orang tersebut seraya memberikan sebuah air mineral yang ada sedotannya pada Keyla.

Setelah beberapa saat Keyla selesai dengan minumnya, gadis itu memandang tajam pada orang yang ada di sampingnya.

"Masih ingat juga kalau punya anak" ujar Keyla sinis pada orang itu yang tak lain adalah Papanya.

"Maafin Papa sayang. Gara-gara Papa kamu jadi seperti ini. Maafin Papa juga karena Papa nggak ngabarin kamu waktu Papa balik ke Jerman. Waktu itu Papa takut ganggu kamu sama Gerald" ujar Papanya sendu seraya memeluk putrinya erat. Keyla pun membalas pelukan Papanya tak kalah erat. Ia sangat merindukan Papanya.

Tersadar sesuatu, Keyla melepaskan pelukannya dan menatap Papanya.

"Pa di man-"

Brakkkkkkk

Pertanyaan Keyla terpotong saat tiba-tiba mendengar pintu ruangannya dibuka secara kasar dari luar.

Deg

** 

My Lover's Secret (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang