Part 6

2.6K 243 5
                                    

"Kemari! Aku membutuhkanmu!"

Jisoo kembali menghubungi Seok Jin. Kali ini ia sedang membutuhkan teman untuk bercerita. Entah mengapa ia menjadi seperti ini.

"Apa kau berada ditaman belakang?"

Sahut Seok Jin disebrang sana. Sebenarnya ini masih jam pelajaran, dan waktu istirahat pun masih lama. Karena Seok Jin sudah berjanji akan menuruti apapun perintah Jisoo, dengan berat hati Seok Jin harus membolos pelajaran.

Bahkan, Seok Jin sudah berani mengangkat telpon dijam pelajaran seperti ini. Ini hal yang baru bagi murid teladan seperti dirinya.

Dan hari ini, akan menjadi pengalaman pertama Seok Jin untuk membolos. Semoga saja ada yang mengerti posisinya.

"Tidak. Aku sedang di kantin. Cepat kemari!"

"Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan meminta izin."

"Ya!"

Jisoo mematikan telpon nya secara sepihak, seperti biasa.

Setelah bertemu Seok Jin waktu itu, Jisoo merasa bahwa ia tidak bisa sendirian. Padahal selama 2 tahun kebelakang, ia selalu menjauh dari orang-orang. Tapi sekarang? Ia mengundang seseorang untuk menemaninya.

Jisoo yakin ada yang salah dengan dirinya. Tapi ia tidak bisa menghindarinya. Seok Jin adalah orang yang bisa mengerti dirinya, ia bisa mengerti apa yang dirasakan Jisoo. Maka dari itu, Jisoo membutuhkan Seok Jin.

Setelah seminggu yang lalu Jisoo membeli buku bersama Seok Jin, entah mengapa Jisoo selalu membutuhkan Seok Jin. Dan ia mulai menceritakan apa yang selalu ia rasakan, dan penyebab dari sikapnya yang buruk selama ini.

Setelah bercerita hal itu, Jisoo jadi tidak bisa lepas dari Seok Jin. Setiap harinya, Jisoo merasa bahwa ia harus menceritakan keluh kesahnya.

Semua orang benar. Hanya Tuhan yang mampu membolak-balikan hati manusia.

Setelah Jisoo menunggu beberapa menit, Seok Jin datang. Ia langsung menghampiri Jisoo yang sedang duduk sendirian, sembari bertopang dagu.

"Hai!" sapa Seok Jin seperti biasa.

Ia mengambil tempat duduk yang berhadapan dengan Jisoo.

"Mengapa kau lama?!" tanya Jisoo dengan ketus.

"Maafkan aku. Aku harus meminta izin, aku sudah mengatakannya di telpon. Kau tahu sendiri, ini adalah pertama kalinya aku membolos." Seok Jin tersenyum, menampilkan semua deretan giginya.

"Ya aku tahu! Ketika kau memberi alasan, secara tidak langsung kau selalu menyindirku!" gerutu Jisoo.

"Aku tidak berniat menyindirmu sama sekali. Itulah kenyataannya," ucap Seok Jin.

"Terserah lah!" Jisoo memalingkan wajah nya.

Seok Jin hanya diam, sembari menatap Jisoo. Ia yakin, bahwa Jisoo sedang merutuki dirinya saat ini. Dua minggu ini, Seok Jin merasa sudah mengenal Jisoo dengan dekat. Apalagi setelah Jisoo mulai terbuka padanya.

"Omong-omong, mengapa kau memintaku kemari?" Seok Jin memecah keheningan diantara mereka.

"Aku sedang tidak ingin sendirian." Jisoo menjawab tanpa menoleh.

"Jadi, apa ibumu membuat dirimu kesal lagi?" tanya Seok Jin.

Kali ini, Jisoo menoleh ke arah Seok Jin. "Apa kau berusaha menjadi peramal?" sinisnya.

"Mungkin. Aku selalu meramal bahwa kau akan sering menghubungiku." Seok Jin terkekeh pelan.

"Itu karena kau pelayanku!" gerutu Jisoo.

Kim Jisoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang