Third

3.7K 431 80
                                    

Sebagai seorang yang hampir terkena kesialan, tentu saja Ron merasa sangat bersyukur. Kedatangan orang tersebut membuatnya sedikit merasa lega.

Tanpa sempat bertanya, Ron segera ditarik keluar oleh penyelamatnya itu. Mau tak mau, ia harus mengikutinya.

Dalam diam, Ron berusaha menghapus air matanya yang masih terus-terusan mengalir. Dia masih takut. Dan seolah mengerti perasaan Ron, lelaki di depannya menghentikan langkah tiba-tiba.

"Maaf," ucapnya kemudian sambil melepaskan ikatan tangan mereka, "lo tenangin diri lo dulu, nanti pulang bareng gue, motor lo ditinggal aja."

"Gue.. Gue gak apa-apa, kok.. Makasih," Ron menjawab sekenanya, masih berusaha menenangkan diri.

Sosok itu tersenyum, miris. Tubuhnya masih enggan berbalik, membiarkan Ron menatap punggungnya.

Maaf udah bohong sama lo, Ron..

"Ayo ke kamar mandi, gue anterin lo cuci muka,"

"Gue gak apa-apa,"

"Benerin dulu penampilan lo itu, mata lo keliatan banget habis nangis."

Penyelamatnya itu tertawa renyah, kemudian berbalik dan kini secara langsung berhadapan dengan Ron. Kedua manik coklat itu menatap Ron sendu.

"Sok kuat banget sih, Ron.."

"Meh, gue emang kuat kali," bantah Ron dengan nada mengejek.

.
.
.

-Sorry-
A Snacking FanFiction

Written by: Akasa_75

Pairing: RikoXRoni
All characters is Abiguellix's

Enjoy :)

.
.
.

"Cukup sekali ini aja, jadiin pelajaran, jangan gampang percaya sama orang.." ucap sang 'Penyelamat' itu sambil memutar balik motornya.

Dia baru saja mengantar Ron pulang, dan sekarang bersiap untuk pulang. Yah, dia tetap melakukannya walau bisa dibilang sekarang sudah sore.

"Makasih, Gar."

"Sans, gue pergi dulu, ya? Lo hutang satu ke gue btw hahaha.." Tegar tertawa renyah mendengar perkataannya sendiri.

"Pasti, bakal gue balas suatu saat,"

Dengan kecepatan sedang, Tegar segera memacu motornya kembali ke rumah. Begitu sampai, langsung dilangkahkan kakinya menuju kamar dan kemudian menjatuhkan badannya di atas kasurnya.

Ck, capek banget..

Dengan posisi telentang menghadap langit-langit kamar, dan satu lengan menutupi wajahnya, Tegar berusaha menenangkan pikiran. Batinnya merasa bersalah, bersalah karena telah berbohong kepada temannya sendiri.

Baru saja ia beristirahat, sebuah deringan mengganggunya. Dengan cepat Tegar mengambil ponselnya yang ada di dalam tas.

"Apa?" tidak ada salam atau sapaan apapun, ia langsung memulai pembicaraan tersebut.

"Ron gak papa?" sebuah suara justru bertanya balik pada Tegar.

"Dia gak apa-apa, mungkin agak shock aja.."

Sorry [Snacking/RiRon]Where stories live. Discover now