eins

3.7K 275 1
                                    

Barangkali jika jadwal kepergianku ke Gwangju tidak batal, barangkali jika aku tidak membuka kafe yang padahal sebelumnya telah dikibarkan bendera tutup dan libur untuk dua-tiga pegawaiku, barangkali jika hujan sebesar koin lima sen tidak turun, maka mustahil hal ini akan terjadi.

Mengakibatkan mataku impulsif membeliak dengan organ dalam dada yang konstan mencelos. Bibir tidak lagi terkatup. Bukan hendak meloloskan kalimat, karena nyatanya tak satu pun kata terlafal. Kerontang membengisi tenggorokan, dan kabut menghalangi pandanganku pada entitas di balik kaca.

Udaraku kembali, dengan sentuhan kontradiksi terhadap yang seringkali kubayangkan.[]

Meine LuftWhere stories live. Discover now