Kepala dan tubuhku seakan terhantam beton tatkala mataku hendak menyibak payah. Tulang-tulangku yang patah dan retak pun bertingkah sama. Meski demikian, sensasi yang mendera itu tidak sebanding dengan sakit di hatiku. Seperti ditusuk, dikoyak, kemudian diinjak hingga lebur. Penglihatanku tidak akan berhenti mengabur, karena seluruh rongganya disesaki air mata yang terus melesak lalu merembes di pelipis.
Ketika semua orang diruangan bersorak-sorai gembira akan kesadaranku tidur panjang, aku justru menangisinya. Menangis tersedu-sedu bersama tenggorokan tercekat akibat udaraku yang memang telah mengihilang.
"... Hoseok."
Dia benar-benar menghilang.[]
YOU ARE READING
Meine Luft
Fanfiction[COMPLETED] Teruntuk udaraku yang pernah menghilang, Jung Hoseok. ©suyominie, 17-29 Agustus 2019.