"Baiklah."
Aku menyeka sisa genangan air mata. Berkedip banyak-banyak, mengambil dan mengembus napas panjang, arkian tersenyum penuh ketulusan kepada figura yang tampak begitu bersinar meski bersembunyi di balik etalase. Barangkali Jung Hoseok memang diberi berkat khusus. Senantiasa ceria, biarpun sudah naik ke nirwana.
"Maaf mengulur waktu begitu lama, karena butuh waktu demikian untuk perbaiki keadaanku yang mesti hidup tanpamu," ujarku pelan sebelum di kalimat lanjut, aku menaikkannya, "Tapi aku bertekad, aku berjanji. Mulai sekarang, aku tidak akan menyalahkan diri lagi, dan tentunya akan lebih bahagia. Ah iya, Hoseok. Bisa tolong beritahu Tuhan supaya kirimkan aku malaikat penjaga lain yang sama sepertimu?"
Aku terkekeh renyah atas guyonanku sendiri. Lantas, sekian sekon kemudian, kulenyapkan resonasi tawaku tanpa hilangi bulan sabit di bibirku. "Teruntuk udaraku yang pernah menghilang." Menenggelamkan diri pada sosok Hoseok yang tersenyum penuh dalam bingkai. "Sampai jumpa di lain masa."
Dan kuharap saat itu bahagia kita akan jauh lebih lama.
—e n d e—
baris bacod →
JE LEEST
Meine Luft
Fanfictie[COMPLETED] Teruntuk udaraku yang pernah menghilang, Jung Hoseok. ©suyominie, 17-29 Agustus 2019.