vierzehn

742 123 16
                                    

Aku yang datang seraya menggandeng Hoseok di acara reuni di suatu restoran milik teman kontan membikin mata-mata yang menyoroti hampir melompat. Terang saja, Hoseok adalah idola sekolah semasa Menengah Atas, dan aku ialah gadis beruntung yang bisa memilikinya. Omong-omong aku suka reaksi mereka. Hiburan pembuka yang terbilang lumayan.

Di sepanjang meja, kami sibuk menggali kenangan di masa sekolah. Baik susah, senang, bahkan gila.

"Masakan ini benar-benar enak. Aku akan minta resepnya pada Jimin. Mohon jadi tukang cicipnya, ya?" mintaku setengah lirih seraya menyikut pelan lengan Hoseok. Masih dalam menguyah tempo pelan bersama pandangan atraktif, ia mengangguk. Baru hendak semat cengir gembira, sekonyong-konyong Hoseok berdiri sambil membekap mulut.

"Ugh, aku permisi," ucapnya dengan intonasi aneh lalu bergesit pergi.

Mengapatiskan keheranan teman-temanku yang lain, lekas kususul jejak Hoseok. Tidak sulit menerka ia sedang ke mana ketika fenomena ini telah berkali-kali terulang.[]

Meine LuftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang