elf

827 146 8
                                    

Aku tengah terjebak tiga rasa yang tak satu pun di antaranya menyenangkan. Marah, cemburu, dan tidak paham, bersama Hoseok yang menjadi korelasi ketiganya.

Marah karena Hoseok tak mengindahkan peringatanku terhadap seorang perempuan.

Cemburu sebab Hoseok sedang dekat dengan perempuan hasil kencan buta yang sudah kuwanti-wanti untuk dijauhi.

Tidak paham lantaran Hoseok merentangkan tangan lebar-lebar guna merengkuh perasaan perempuan lain ketika ia sendiri mengakui perasaannya masih jatuh di genggamanku.

Walau berpendar gagasan tersebut di bawah kendali alam tak sadar, aku yakin demikianlah adanya. Lagi pula, seseorang pernah bilang, jika kejujuran akan lahir di tiga keadaan. Pertama, memang sedang atau punya perangai jujur. Kedua, ketika terdesak. Ketiga, saat orang tersebut dalam pengaruh alkohol.

Konklusinya, tentu hati Hoseok masih milikku.

Namun, fakta itu tidak cukup efisien menyegarkan emosiku. Barangkali bukan di situasi ideal, barangkali juga aku sudah beranjak memikul lelah. Kuselami samudera cokelat mengkilap Hoseok bersama serbuan kejengkelan setara, yang perlahan melemah kemudian pindah haluan peluki kepasrahan.

Lantas aku menghela. Koridor tempat karaoke ini kosong dan agak redup nampak selaras dengan air muka yang sedang kupasang. "Jangan buat aku menjadi seperti pengemis, padahal kau sendiri yang memberiku celah untuk kembali ke sisimu."

Aku lelah.[]

Meine LuftWhere stories live. Discover now