zwanzig

732 118 12
                                    

Menjelajah taman bermain, menerima tantangan di permainan arkade, mampir ke toko kue, itu telah Hoseok dan aku tuntaskan dengan suka cita. Tersisa satu jadwal, yang kebetulan sudah menginjak puncak. Puncak dari film romantis yang tengah kami rekam melalui retina. Sejatinya, romantis bukanlah pilihan utama. Namun, berhubung tontonan yang diincar tidak tersedia lagi pada jam sekarang, alhasil terjebaklah kami di sini bersama beberapa penonton lain.

Tapi tidak masalah, mengingat sejauh film itu terputar mampu membikin penyaksinya hanyut dalam cerita. Aku menyeledet ke kiri, Hoseok agaknya juga terpaku. Lihatlah posenya begitu mendalami; bersedekap, abaikan popcorn yang sedari awal ia kunyah seakan enggan berhenti. Mengembalikan fokusku ke layar, aku sekonyong-konyong menutup mulut.

Prosesi sakral di film ini akhirnya muncul, di mana si pria meringkuk sambil sodorkan kotak cincin pada si wanita. Begitu haru, jika ingat betapa perjuangan mereka hingga sanggup saling mengikat.

"Kemarikan tanganmu."

Kuberi tanganku tanpa tanya pada Hoseok, sebab aku tetap mau fokus. Akan tetapi, seluruhnya buyar tatkala kurasakan jari manisku tercekik.[]

Meine LuftWhere stories live. Discover now