Part 1

505K 13.4K 337
                                    

Tidak ada yang dirubah. Hanya merapikan typo yang bertebaran saja. Tolong ditandai jika kalian masih menemukan typo.

Lalu buat yang tanya, Kak cerita ini ada serie pertamanya ngga? Ko begini, ko begitu? Jawabannya, cerita ini sebenarnya berdiri sendiri. Cuma, beberapa tokoh yang ada dalam cerita ini, pernah muncul di cerita Consequent MBA.

****

"Kamu harus segera menghabiskan sarapanmu, sayang ..., atau kita akan terlambat," kata Rika kepada anaknya yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk nasi goreng yang berada di piring.

Raka Matteo, anak laki-laki berusia enam tahun itu mengalihkan tatapannya dari piring, melirik Ibunya yang kini tengah merapikan tas miliknya. "Raka males pergi ke sekolah, Mam," katanya.

Rika yang baru saja selesai meresletingkan tas milik Raka, melirik putranya itu yang kini tengah menatapnya dengan wajah murung. "Lho, kenapa? Ga biasanya anak Mama males sekolah?" tanyanya.

"Theo sama dua temennya masih suka ledekin Raka ga punya Papa," katanya sembari menunduk.

Rika tertegun, dadanya terasa sesak seketika saat mendengar penuturan putranya. Ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya sebelum bangkit berdiri dan mendekati Raka. Tangannya ia gerakan untuk mengelus rambut Raka yang terasa lembut. "Jangan didengerin, biarin aja Theo sama temennya mau bilang apa pun sama Raka."

Raka mendongakan kepalanya menatap Ibunya. "Papa kapan pulang si, Mam?" tanyanya yang membuat Rika terdiam.

Rika sendiri bahkan tidak tau kapan pria itu akan datang. Tidak. Ia sendiri sebenarnya tidak ingin pria itu datang kembali, dirinya bahkan selalu berdoa kepada Tuhan, agar pria itu jangan hadir kembali dalam hidupnya dan mengacaukan semuanya. Karena Sudah cukup pria itu mengacaukan hidupnya dan menghancurkan mimpi-mimpinya dulu.

"Mam ...."

Rika tersadar dari pikirannya saat mendengar suara dan merasakan sentuhan lembut di tangannya. "Ayo, selesaikan sarapan kamu, kita harus segera berangkat," kata Rika lalu mengecup pipi anaknya.

"You haven't answered my question, Mam," kata Raka sebelum mengerucutkan bibirnya.

Rika yang tadinya hendak beranjak, langsung mengarahkan kedua tangannya untuk menangkup wajah Raka. Tersenyum, kembali berusaha menguatkan hatinya karena harus menjawab pertanyaan anaknya yang cerdas itu. Jika dulu air matanya akan mengalir ketika Raka bertanya sepertu itu, maka tidak untuk sekarang. Ia sudah cukup kebal dan kuat dengan pertanyaan yang sangat sering ditanyakan oleh anaknya itu. "Mama udah pernah bilang, kan? Papa akan pulang kalo kamu bisa jadi anak yang baik dan cerdas," katanya memberi alasan.

"Raka berhasil jadi juara satu, pas pembagian rapot kemarin, Mam," kata Raka dengan wajah yang tertekuk.

Memang, meskipun masih duduk di bangku taman kanak-kanak, anak dari seorang Rikania Putri itu bisa dikatakan cerdas. Saat pembagian rapot semester ganjil pun, Raka berhasil mendapatkan juara satu dengan nilai yang bagus. Mungkin kepintaran Rika menurun kepada anaknya itu, karena bahkan Raka sudah bisa membaca dengan baik saat usianya baru akan menginjak empat tahun. Bahkan sekarang, Raka sudah bisa berbicara menggunakan bahasa Inggris dengan cukup lancar karena Rika yang selalu mengajarinya. Dan Rika tidak pernah merasa kesulitan selama mengajari anaknya, karena putra semata wayangnya itu sangat gampang dalam memahami sesuatu.

"Kalo gitu, lancarin bahasa Inggris kamu. Karena kamu harus bisa bicara pake bahasa Inggris, supaya bisa ngobrol sama Papa." Rika mengecup kening anaknya sebelum tersenyum dan melepaskan tangannya dari wajah Raka.

Wanita yang sebentar lagi akan menginjak usia 29 tahun itu beranjak dari posisinya, berjalan menuju ruangan depan kontrakannya untuk menyiapkan sepatu yang akan dikenakan oleh Raka. Sementara itu, Raka semakin menekuk wajahnya karena jawaban Ibunya. Jawaban yang selalu sama ketika ia menanyakan kapan Ayahnya akan pulang.

Rockabye [ TAMAT- PUBLISHED]Where stories live. Discover now