Part 8

161K 9.5K 473
                                    

Aku rencana mau terbitin cerita ini dalam bentuk E-book ( ada tambahan extra part ) apa kalian berminat?

****

Rika mengayuh sepedanya dengan terburu-buru, berusaha secepat mungkin untuk menjauh dari kediaman sahabatnya.

Harusnya tadi begitu tiba, dia langsung mengajak Raka pulang, bukan malah memilih mengobrol dengan Vira. Mungkin, jika tadi ia langsung pulang, ia tidak akan bertemu dengan Damar.

"Mama kenapa cepet-cepet?" tanya Raka yang duduk di boncengan belakang, merasa jika kali ini Ibunya mengayuh sepeda dengan begitu cepat. Bahkan, tangan Raka sampai mencengkram baju yang dikenakan Rika dengan begitu erat karena merasa takut.

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka itu,  berhasil membuat Rika sadar. Hembusan napas keluar dari mulut wanita itu, jantungnya masih berdebar dengan cepat karena merasa takut, panik dan khawatir. Tapi, Rika tetap memelankan laju sepedanya, tidak mau membuat Raka merasa takut. "Maaf ya, sayang. Mama buru-buru, soalnya udah sore," dalihnya.

"Tapi Raka takut, Mam," kata Raka.

"Maafin, Mama. Mama bakal bawa sepedanya pelan-pelan," ujar Rika merasa bersalah.

Akhirnya, Rika melajukan sepedanya dengan normal. Membawanya menuju kontrakan, dengan ditemani suara kendaraan di sepanjang perjalanan.

****

Tiba di kontrakan, Rika menemukan kamar kontrakan di sampingnya -milik Citra- terlihat cukup ramai. Terlihat di depan kamar kontrakan itu, ada Citra bersama tiga orang anak muda lainnya -satu perempuan dan dua laki-laki- yang sepertinya teman kuliah Citra. Ya, setahu Rika, Citra sudah kembali ke Bandung sejak dua hari yang lalu. Dan benar seperti dugaannya, anak kuliahan itu ternyata baru saja pulang ke kota kelahirannya, Bekasi.

"Baru pulang, Mba?" tanya Citra yang menangkap kehadiran Rika bersama Raka.

"Iya," jawab Rika sebelum menampilkan senyumnya. Menstandarkan sepedanya sebelum mengajak Raka untuk masuk, tapi anak itu tidak mau dan mengatakan ingin menghampiri Citra.

"Tapi kak Citranya lagi belajar, lho." Rika menunjuk Citra dan teman-temannya dengan dagunya, terlihat mereka tengah sibuk dengan laptop dan ada beberapa buku yang berserakan.

"Ga pa-pa ko, Mba," kata Citra, ia lalu beralih menatap Raka. "Raka, sinii," ajaknya.

Raka melirik Ibunya, menampilkan senyum sebelum berjalan mendekat pada teras depan kontrakan Citra, duduk bergabung bersama Citra dan teman-temannya.

"Mba, masuk duluan ya, Cit." Rika tersenyum pada Citra, juga pada beberapa teman perempuan itu. Setelahnya, Rika melirik Raka dan berkata, "ga boleh nakal, ya."

Raka mengangguk, kembali tersenyum pada Ibunya yang mulai melangkah memasuki kontrakan. Raka lalu beralih melihat-lihat buku dan benda yang menarik perhatiannya.

"Cakep bener nih bocah, Cit," celetuk salah satu teman perempuan Citra yang bernama Sonia, saat menatap wajah Raka dengan jelas. Perempuan itu satu jurusan sekaligus satu angkatan dengan Citra dan sama-sama berasal dari Bekasi. Tapi, Sonia tidak mengontrak seperti Citra karena memiliki saudara di Bandung, "pasti bapaknya cakep," sambungnya.

"Ibunya juga manis, si." salah satu teman laki-laki Citra, Devon ikut membuka suara.

"Mama muda."

Rockabye [ TAMAT- PUBLISHED]Where stories live. Discover now