Part 11

159K 8.5K 437
                                    

San Francisco, California, USA. 6,5 tahun lalu.

Air mata masih saja mengalir dari kedua mata bulatnya, masih menatap tidak percaya kepada alat tes kehamilan yang dipegangnya dengan tangan bergetar. Bahkan tubuhnya yang saat ini tengah duduk di atas kloset yang tertutup pun, terasa dingin dan bergetar. Dia takut, panik dan bingung.

Tanda plus. Alat tes kehamilan yang digunakannya menunjukan tanda plus, yang menandakan bahwa si pengguna alat tersebut positif tengah mengandung.

Rika tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Tujuannya datang ke negeri paman Sam, bukan untuk berakhir hamil seperti ini. Padahal kuliahnya beberapa bulan lagi selesai, tapi kenapa hal ini harus terjadi. Rika tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kuliahnya? Beasiswanya? Dan hidupnya setelah ini.

Knock knock

"Rika, apa kau baik-baik saja?" terdengar suara pintu dibarengi pertanyaan dengan nada khawatir dari luar pintu kamar mandi.

Rika mengenal suara itu, itu suara Evelyn. Maka dengan segera, Rika menghapus air matanya dan bangkit dari atas closet yang ia duduki untuk membuka pintu kamar mandi. Saat sudah membuka pintu, ia menemukan wajah khawatir Evelyn, sahabat sekaligus teman sekamarnya selama ia menempuh pendidikan di negeri paman Sam ini.

"Hei, kau baik-baik saja?" tanya Evelyn kembali, nampak sekali khawatir dengan kondisi Rika yang terlihat kacau. Wajah perempuan di depan Evelyn itu, terlihat sembab.

"A-aku hamil," kata Rika dengan air mata yang kembali menetes.

Mendengar itu, mata Evelyn membulat dengan tangan yang membekap mulutnya tidak percaya. "Ka-kau serius?" tanya Evelyn setelah berhasil menguasai dirinya.

"Ya." mata Rika kembali memanas. Ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai, ketika tidak bisa lagi menahan rasa sedih dan syok yang menyerangnya. Hilang sudah Rika yang selalu nampak tenang dan tegar selama ini.

Evelyn turut menjatuhkan dirinya di lantai, menarik Rika ke dalam pelukannya mencoba memberi kekuatan. "A-apa waktu itu, kalian tidak mengenakan pengaman?" tanyanya hati-hati.

"Ak-aku bahkan tidak ingat apapun, Eve." air mata mengalir dengan deras dari kedua mata Rika. "Selain, selain terbangun di, di ...."

"Cukup, kau tidak perlu mengatakannya. Aku minta maaf," kata Evelyn saat tahu jika Rika tidak bisa untuk kembali menceritakan kejadian yang menimpa perempuan itu.

Kejadian itu terjadi sekitar lima minggu yang lalu. Rika tidak ingat apapun selain dirinya yang pergi ke pesta bersama Evelyn, dan terbangun di sebuah kamar bersama seorang laki-laki pada pagi harinya. Seorang laki-laki yang Rika kenali karena mereka berada dalam satu jurusan, juga laki-laki yang Rika kenali sebagai teman SMAnya. Laki-laki itu adalah Axel.

Waktu itu, sebenarnya Rika tidak ingin datang ke pesta yang diadakan oleh salah satu teman kuliahnya. Tapi Nicholas, orang yang menyelenggarakan pesta itu memberikan ancaman pada siapa pun yang tidak hadir. Maka dari itu, karena tidak ingin mencari masalah, Rika memilih datang yang mana ternyata masalahnya malah muncul setelah ia mendatangi pesta sialan itu.

Evelyn melepaskan pelukannya, mengusap kedua pipi Rika yang basah karena air mata. Evelyn memegang kedua bahu Rika, dan menatap temannya itu tepat di kedua bola matanya. "Kau harus meminta pertanggung jawabannya, Rika," katanya.

Haruskah? Rika bertanya pada dirinya sendiri. Waktu itu, ketika Rika terbangun dengan kondisi kepala yang berdenyut nyeri, Rika hanya menemukan Axel yang duduk di sofa menghadap ke arahnya sembari merokok. Rika masih ingat, waktu itu Axel hanya tersenyum miring dan mengucap "Makasih." sebelum berlalu meninggalkannya seorang diri. Bahkan saat itu, Rika merasa benar-benar seperti seorang wanita penghibur yang sering melakukan one night stand, dengan seorang laki-laki. Bedanya, dia tidak dibayar.

Rockabye [ TAMAT- PUBLISHED]Where stories live. Discover now