Part 13

165K 7.6K 316
                                    

Sorot mata itu terus menatap tajam pada gerbang taman kanak-kanak yang tampak ramai. Disana terlihat anak-anak kecil berhamburan keluar menghampiri orang tua masing-masing yang menjemput mereka.

Sekarang sudah jam pulang sekolah bagi anak-anak itu. Yang mana artinya, sudah tiga puluh menit berlalu sejak mobilnya terparkir tidak jauh dari gerbang taman kanak-kanak dimana anaknya belajar. Matanya terus mengawasi, sampai akhirnya sosok yang sedari tadi dicarinya keluar bersama seorang anak perempuan berbando pink. Dapat ia lihat dari posisinya, dua anak itu bergandengan tangan dengan raut gembira terpasang di wajah mereka.

Axel mendesah frustrasi saat dua anak kecil itu memasuki sebuah mobil mewah yang membawa mereka pergi. Salah satu dari dua anak itu adalah Raka, anak laki-laki yang sedari tadi sangat ingin ia hampiri. Tapi sayangnya, hari ini Axel kembali bertingkah sebagai pengecut yang hanya bisa memandangi anaknya sendiri dari jauh. Anaknya? Ya, Raka Matteo adalah anaknya.

Setelah kejadian dimana dirinya menemui wanita dan anaknya di minimarket, Axel tahu jika dua orang yang selama ini dicarinya itu mengurung diri. Dan selama itu pula, Axel hanya bisa mendatangi area kontrakan tempat mereka tinggal dan mengamatinya dari jauh.

Axel tahu kesalahannya di masa lalu sangat fatal. Tapi apa memang tidak ada kesempatan untuk dirinya memperbaiki semuanya? Karena bahkan Axel sendiri tidak tahu alasan kenapa Rika meninggalkannya.

"Arrggh!" Axel berteriak frustrasi di dalam mobilnya, menjambak rambutnya kasar dan menjatuhkan kepalanya pada kemudi mobil dengan napas yang memburu karena emosi.

"Sialan, Rika! Bagaimana pun caranya, kalian harus kembali bersamaku," desisnya dengan suara yang terdengar tegas.

Axel menegakkan tubuhnya, menghela napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Setelah dirasa emosinya mereda, Axel mulai menjalankan mobilnya. Kali ini, laki-laki itu akan menuju tempat dimana wanitanya bekerja.

****

Sembari bersenandung pelan, Rika membersihkan meja yang baru saja ditinggalkan oleh pengunjung toko kue yang juga merangkap sebagai kedai kopi. Hari ini, Rika mencoba lebih rileks dan tidak mau membebani pikirannya dengan kejadian dua hari yang lalu itu.

Rika juga tidak perlu khawatir untuk menjemput Raka saat ini, karena tadi Vira sudah menelponnya dan mengatakan jika istri dari Zidan itu akan membawa Raka ke rumahnya.

Setelah dirasa bersih, Rika menyudahi pekerjaannya. Ia mengedarkan pandangannya pada sekitar, melirik beberapa pengunjung yang datang hari ini. Letak tempat ini yang strategis, membuat kedai kopi ini sering kedatangan cukup banyak pengunjung. Untuk sekedar minum kopi, maupun memesan dan membeli kue.

Sebenarnya, tugas Rika bukan hanya bersih-bersih. Perempuan itu juga terkadang mengantarkan pesanan, juga membungkuskan kue yang dipesan oleh pembeli. Temptnya bekerja ini tidak terlalu besar, maka dari itu tidak banyak pegawai yang dipekerjakan.

Setahu Rika, Vira tidak ingin membuat tempat ini bertambah besar. Karena beberapa tahun lalu, perempuan itu pernah berkata, "gue cuma iseng. Megang tempat ini juga karena mama yang minta."

Iseng, tapi entah kenapa Vira juga yang mencetuskan ide agar tempat yang semula hanya toko kue ini, diubah menjadi kedai kopi sekaligus.

Rika menggedikan bahu pelan, saat rasa ingin buang air kecil itu semakin menderanya. Dengan agak tergesa, Rika mendekati counter dan berkata, "Far, Teteh izin ke belakang dulu, ya."

Farah, salah satu barista yang saat ini bertugas itu mengangguk sembari mengangkat jempolnya.

Rika melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi, untuk menuntaskan panggilan alamnya. Beberapa waktu setelah selesai, Rika kembali ke depan tapi langkahnya tertahan karena Farah yang memanggilnya.

"Teh, tolong bantu anterin ini ke meja nomor empat, ya." Farah menyodorkan nampan yang di atasnya terdapat segelas minuman dingin.

Rika mengangguk, menerima nampan itu sebelum menuju meja yang dimaksud. Saat di dekat meja itu, Rika melihat seorang laki-laki yang duduk membelakanginya. Setibanya di sana, Rika menaruh minuman itu sembari berkata, "ini pesanan an—"

Perkataan wanita itu terpotong saat melihat siapa laki-laki yang tengah ia hantarkan pesanannya ini. Axel, laki-laki itu tengah tersenyum sembari menatap Rika.

"Hi, kita ketemu lagi," ujar Axel dengan santainya.

Jantungnya berdegup dengan kencang, Rika dapat merasakan itu. Rika takut, dan sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Rika lebih memilih untuk segera berlalu dari sana. Tapi sayangnya, langkahnya harus tertahan saat secara tiba-tiba Axel mencekal pergelangan tangannya. Tidak mengatakan apa pun, Axel hanya diam sembari mencekal pergelangan tangan Rika.

Rika mematung, kakinya mendadak kaku untuk digerakan karena sentuhan tangan itu. Rasa takut itu kembali menyerangnya sekuat apapun ia mencoba melawan. Rika menarik napas dalam, menghembuskannya perlahan. Setelah dirasa berhasil mengontrol diri, Rika membuka suaranya. "Lepas."

"Kita perlu bicara, please. Beri aku waktu," ujar Axel.




***********

Selengkapnya bisa kalian baca di versi cetak ( bisa order di shopee ) juga versi Ebook di playstore

Selengkapnya bisa kalian baca di versi cetak ( bisa order di shopee ) juga versi Ebook di playstore

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rockabye [ TAMAT- PUBLISHED]Where stories live. Discover now