Minhee

235 31 5
                                    

•°•°•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•°•°•

Focus: Minhee & Yujin

Setelah terpisah dengan Jungmo tadi, Minhee sekarang berjalan di koridor lantai 4 sendirian. Dia takut. Sudah pasti.

Ketika sampai di tengah-tengah, Minhee memastikan belokan itu tak ada Hideko, ataupun Wonyoung. Dia melangkahkan kakinya, hingga suara statik kembali terdengar. Minhee menghela nafas, bersiap menghadapi apapun yang mengarah padanya sekarang.

Tapi anehnya, suara statik itu tidak terdengar lagi. Dia kembali melangkahkan kakinya. Dia benar-benar tidak ada niat untuk bersembunyi.

"Lho, Minhee?"

Yujin dan Minhee bertemu. Wajah Yujin nampak sedikit gembira. "Alhamdulillah gue ketemu lu" ucap Yujin. Minhee juga hamdallah dalam hati, dia tak sendirian akhirnya. Mereka berdua kembali berjalan.

"Wonyoung udah jadi penjaga" ucap Yujin pelan, namun masih bisa didengar oleh Minhee.

"Pantes tadi dia nyerang Jungmo ama gue" batin Minhee. Mereka berdua terus berjalan hingga sampai di lantai lima.

Di lantai lima, beragam sekali tempat persembunyian. Karena di lantai lima, banyak ruangan yang digunakan untuk ekstrakulikuler. Minhee dan Yujin masuk ke ruang tennis meja. Mereka berdua menutup pintu ruangan itu lalu mencari tempat bersembunyi.

"Ngapain kita kesini? Tempat persembunyiannya minim lho" ucap Yujin menatap Minhee bingung. Mata Minhee masih melihat detail ruang tennis meja ini. Mata Minhee terhenti di sebuah lemari yang menyimpan perlengkapan tennis meja. "Disitu?" tanya Minhee sambil menunjuk lemari itu. Akhirnya, mereka berdua sembunyi disitu, untungnya lemari tersebut cukup luas.

Tiba-tiba, suara statik terdengar. Namun, cukup pelan. Minhee menatap Yujin, lalu menatap bet yang tersusun rapi di belakangnya. Minhee mengambil dua bet lalu memberikan satu untuk Yujin.

"Buat apa?"

Minhee berdecak kesal. Masa dia gak tau buat apa?

"Ya buat perlindungan lah biar gak mati, gimana sih" jawab Minhee dengan nada kesal. Yujin nyengir lalu mengambil bet itu dari tangan Minhee.

Saat itu juga, mereka berdua mendengar suara decitan pintu yang terbuka. Tapi, tidak ada suara statik. Minhee mengintip dengan membuka pintu lemari sedikit.

Minhee menyipitkan matanya untuk mengetahui siapa yang masuk ke dalam ruang tennis meja ini.

Ternyata

"Jinwoo?" ucap Minhee tak percaya. Minhee membuka sepenuhnya lemari itu lalu menghampiri Jinwoo, diikuti Yujin.

"Kak Minhee? Kak Yujin?" ucap Jinwoo sambil menatap Minhee dan Yujin secara bergantian.

Dalam hati Jinwoo, ia sangat bersyukur melihat mereka berdua. "Kak, Jinwoo gabung sama kalian ya?" izin Jinwoo. Minhee dan Yujin mengangguk. Mereka bertiga kembali ke tempat persembunyian.

Minhee tak lupa memberikan bet pada Jinwoo untuk berjaga-jaga.

Suara statik kembali terdengar, namun, lebih keras. Suara statik itu membuat 3 orang itu panik. Minhee berdiri sekitar 5 langkah di depan pintu dengan posisi kuda-kuda. Di belakang ada Yujin dan Jinwoo yang juga memasang posisi kuda-kuda.

BRAK!

Tanpa tanda-tanda, Hideko sudah menyerang Minhee. Minhee kaget, dia terjatuh. Yujin dan Jinwoo sama-sama panik. Bet yang dipegang Minhee terjatuh dan hilang entah dimana. Hideko sudah hendak menusuk kan pisaunya di dada Minhee, tangan Minhee menahan kuat pisau itu agar tidak menancap di dadanya. Yujin menutup matanya lalu memukul boneka itu dengan bet yang ia pegang sedari tadi.

Hideko nampak lebih kuat dari sebelumnya. Boneka itu menyerang Yujin. Perempuan itu berusaha keras agar pisau Hideko tak menancap di matanya. Minhee dengan sigap menyerbu Hideko dan mengunci tangannya.

"YUJIN, JINWOO, LARI!" seru Minhee. Ia sibuk menghindari pisau Hideko.

Jinwoo pengen lari karena dia ketakutan, tapi tak mungkin meninggalkan Yujin dan Minhee.

Jinwoo memukul Hideko sekuat tenaga dengan bet yang dipegangnya. Lalu, Jinwoo membantu Minhee berdiri.

Mereka bertiga kabur bersama, keluar ruang tennis meja itu.

Langkah kaki mereka berlari tak karuan. Kaki mereka membawa mereka hingga ke gudang, tepatnya di lobby bagian paling belakang. Bayangkan betapa lelahnya untuk sampai ke sana.

Setelah masuk dalam gudang itu, mereka menghela nafas lega. Yujin perlahan melihat situasi di sekelilingnya, bisa dilihat ada Jinwoo yang sedang mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Yujin sendiri juga mengatur nafasnya.

Tapi

Tunggu

Sepertinya ada yang kurang.

"JINWOO MINHEE MANAA??!!" teriak Yujin. Namun, ia segera sadar dan menutu mulutnya. Kalau dia berteriak bisa-bisa Hideko menemukan mereka disini.

Jinwoo nampaknya juga baru sadar Minhee tak berada bersama mereka. "Kak Minhee mana?! Jangan-jangan kepisah gara-gara kita larinya kecepatan? Atau... Jangan sampai..." Ucapan Jinwoo terpotong. Ia langsing bergidik. Yujin tegang banget. Gue liat tadi Minhee ngikutin kita dari belakang, kok tiba-tiba ilang sih?!" tanya Yujin sambil mengacak rambutnya frustasi. Jinwoo juga pusing. Sebenarnya permainan apa sih ini? Memang kurang ajar si Sakura ini.

Jinwoo menutup kedua matanya dengan punggung tangan kanannya. Dia tak percaya liburan ini akan se-intens ini. Dia kira liburan kali ini ia akan semakin menempel pada ranjang, maraton drakor ataupun film, bermain dengan kakaknya yang tak lain adalah Jo Yuri yang sekarang keadaannya tak diketahui olehnya. Ternyata, perkiraannya sungguh meleset. Hanya karena permainan aneh ini.

Yujin hanya duduk bersila lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia menangis tanpa suara. Ia ingin segera terbebas dari permainan ini.

Ada satu hal yang langsung membuat dua orang di dalam gudang ini berdiri tegang.

Suara statik.

•°•°•

Aku tau ini pendek :(

Peek-A-Boo [Pdx101 Ft. Iz*one]Where stories live. Discover now