5. кєρυтυѕαѕααη

368 92 20
                                    

Haru, begitulah ia disapa oleh orang-orang di sekitarnya. Seorang siswa kelas 12 yang pendiam dan penuh dengan misteri. Siswa yang terus menjadi sasaran bully oleh siswa kelas lain di sekolahnya. Ia adalah anak yatim piatu yang saat ini tinggal bersama paman dan bibinya. Meskipun dihadapkan pada kenyataan yang keras, Haru tidak pernah mengadu pada siapapun, termasuk paman dan bibinya yang telah merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Suatu hari, kelompok siswa dari kelas sebelah yang sering merundung Haru membawanya ke taman belakang sekolah. Di sana, Haru disiksa seperti ditampar dan dipukul habis-habisan oleh siswa-siswa tersebut. Hingga mencapai puncaknya, Haru hampir saja dipukul di bagian wajah menggunakan kayu oleh salah satu siswa yang sedang merundungnya.

Sejak kecil Haru memang memiliki fisik yang lemah sehingga membuatnya tak mampu melawan, dan ia hanya bisa pasrah. Namun, pertolongan datang dari seseorang yang tidak dikenalnya.

Orang itu muncul dengan tegas, mengancam kelompok siswa yang hampir melukai wajah Haru dengan melaporkan kejadian tersebut pada kepala sekolah dengan memperlihatkan bukti rekaman kekerasan yang dilakukannya. Rasa takut membuat para pelaku melarikan diri.

Ternyata orang yang membantu Haru adalah Teo. Siswa kelas sebelah yang terlihat sehat, cerdas, dan percaya diri. Teo menyarankan Haru untuk pergi ke UKS agar luka-luka yang ada di tubuhnya segera diobati. Dengan kepala tertunduk, Haru menuruti saran Teo, meskipun ia hanya mengingat nama Teo tanpa mengenal lebih jauh.

Namun, entah kenapa Haru sangat berharap untuk bisa bertemu dengan Teo. Walaupun memang, Teo mengatakan bahwa tadi merupakan pertemuan pertama dan terakhir bagi mereka karena status sosial yang dimiliki sangat berbeda. Tetapi, Haru akan selalu ingat pertolongan yang Teo berikan padanya, karena itu sangat berarti baginya.

Beberapa waktu kemudian, Haru mencari pengobatan di UKS. Di sana, ia bertemu dengan Sangkara yang sedang mengobati luka seorang gadis kecil.

"Nah, lukanya udah diobati. Lain kali jangan lari kenceng-kenceng, ya?" Kata Sangkara dengan lembut.

"Okie dokie! Kalo gitu aku mau main lagi, ya?" Ujar Sahara dengan ceria.

Sangkara mengangguk dan tersenyum. "Ingat, jangan berisik dan mengganggu siswa lain, Sahara."

"Siap, Kak."

Setelah gadis kecil itu pergi, Haru melangkah menghampiri Sangkara yang sedang membereskan peralatan P3K. Saat itu Sangkara menyadari kehadiran Haru, tampaknya ia memahami penderitaan yang dialami Haru saat ini.

"Lo terluka cukup parah, sini duduk, biar gue obati luka lo."

"Ahh, i-iya."

Haru duduk di kursi yang disediakan Sangkara. Dengan telaten dan penuh kesabaran ia mengobati luka-luka Haru dengan penuh empati.

"Tadi itu, siapa?" Tanya Haru tiba-tiba mengisi kekosongan di antara keduanya.

Sangkara yang sedang fokus mengalihkan pandangannya. "Ohh, tadi itu adik gue." Jawabnya.

"Adik? Kok adik lo bisa ke sini?" Tanya Haru.

"Gue sengaja bawa dia ke sini, karena di rumah dia terus disakiti sama ayah gue yang suka mabuk dan berjudi."

Haru tersentak mendengar ucapan Sangkara. Apa seharusnya ia tidak mendengar hal itu dari mulut Sangkara?

"M-maaf gue jadi tau masalah keluarga lo." Kata Haru gugup.

"Nggak apa-apa, santai aja, Haru."

"Eh? Lo tau nama gue?"

"Gue tau, lo yang sering dibully sama geng nggak jelas dari kelas lain itu, kan?"

LINGKAR BINTANG [TAMAT]Where stories live. Discover now