15. αѕα

181 44 4
                                    

Suasana di ruang inap rumah sakit terasa hening, hanya terdengar bunyi mesin-mesin medis yang berdenting pelan. Haru, dengan wajah pucat dan bibir yang terkulum, terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit. Di sekelilingnya, Sangkara, Teo, Bumi, dan Yozar, berusaha memberikan semangat kepada Haru yang tampak putus asa.

"Haru, lo harus semangat. Kita yakin lo bakal sembuh," ucap Sangkara sambil memegang tangan Haru dengan penuh kehangatan.

"Betul tuh. Kita semua di sini buat lo. Gue yakin lo pasti bisa sembuh," tambah Bumi dengan senyuman menggembirakan.

"Yang gue tau dari beberapa kasus dan penelitian, penyakit jantung itu nggak bisa disembuhin sepenuhnya." Ujar Teo tiba-tiba dengan nada serius.

"Apa?" Bumi dan Yozar terkejut.

"Teo, jangan ngomong gitu. Lo punya hati nggak sih?" Bisik Yozar.

"Apa? Tapi, gue ngomong fakta." Jawab Teo jujur.

"Iya, tapi, kan nggak perlu ngomong kayak gitu di depan orangnya. Duhh, peka dikit dong." Ucap Yozar kembali dengan berbisik-bisik.

"Iya gue salah. Haru, maaf ya gue nggak bermaksud bilang gitu." Ungkap Teo merasa bersalah.

"Nggak apa-apa kok."

Namun, meskipun terlihat tersenyum, di dalam hati mereka, kekhawatiran dan kegelisahan masih menghantui. Mereka tahu bahwa penyakit jantung Haru sangat serius, dan setiap detik menjadi berharga bagi kehidupannya.

Beberapa saat kemudian, suasana ruangan berubah ketika Om dan Tante Haru tiba membawa makanan untuk Haru.

"Wahh, ada teman-temannya Haru juga, untung aku bawa makanan banyak." Seru Tante Haru sambil tersenyum hangat.

"Selamat siang Tante ...," Sangkara dan yang lain menyapa kembali dengan hangat.

"Kenalin, ini Tante Rena dan Om Daniel." Haru memperkenalkan keduanya.

"Halo, Om Daniel, Tante Rena." Sangkara dan yang lainnya kembali menyapa.

"Halo juga, kalian udah lama di sini?" Tanya Om Daniel.

"Lumayan lama, Om." Jawab Yozar.

"Ini Tante bawa makanan, dimakan ya bareng sama Haru."

"Om nggak nyangka kalo Haru punya teman-teman sebaik dan perhatian kayak kalian. Haru pasti beruntung banget, iya, kan?" Puji Om Daniel.

Sangkara dan yang lainnya tersipu malu mendengar pujian tersebut.

"Iya, aku beruntung banget punya mereka di hidup aku yang udah nggak akan lama ini." Ucap Haru dengan santainya.

"Haru, kok ngomongnya begitu, Sayang?" Ucap Tante Rena.

"Kenyataannya hidup aku udah nggak lama lagi, kan, Tante? Aku tau kok." Balas Haru.

"Haru ...,"

"G-gimana kalo kita makan sekarang? Nanti makanannya keburu dingin." Ucap Bumi mengalihkan topik yang canggung.

"Bener tuh, ayo kita makan bareng, Om dan Tante juga." Sahut Yozar ikut menengahi suasana yang masih canggung.

"Nggak usah, Tante dan Om sudah makan kok." Tolak Tante Rena dengan lembut.

"Iya, kalian habiskan makanannya, Om dan Tante mau urus administrasi dulu." Tambah Om Daniel.

"Wahh, asik nih bisa makan sepuasnya." Seru Bumi yang terlihat bersemangat.

"Ekhem!" Sangkara berdehem tiba-tiba, sambil menatap Bumi dengan tajam.

"Eh? M-maksudnya, semua makanannya pasti enak-enak. Hehe." Bumi terkekeh. Semuanya tertawa melihat tingkah Bumi yang selalu melawak.

LINGKAR BINTANG [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang