26. ραят σƒ єη∂ιηg

162 23 15
                                    

Bianca dengan langkah ringan memasuki rumah mewah milik keluarga Renan dengan santai tanpa beban. Wajahnya berseri-seri, terlihat bahagia ditambah senyumnya yang mengisyaratkan sesuatu yang misterius.

Gadis itu telah tiba di depan pintu utama, membuka pintu besar dan masuk ke dalam tanpa mengucap kata permisi. Dengan langkah yang masih santai, dia berjalan ke suatu tempat untuk menemui seseorang. Ya, Renan.

"Selamat pagi, Om Renan!" Seru Bianca dengan ceria, menyapa Renan yang tengah duduk di kursi ruang tamu.

Renan menoleh usai menyeruput secangkir kopi. "Pagi, Bianca. Tumben pagi-pagi udah datang, ada apa?" Tanyanya.

Bianca tersenyum, kali ini senyuman yang tidak dimengerti oleh Renan.

"Aku bawa kabar terbaru soal Teo, Om."

"Teo? Ada apa dengan anak itu? Apa dia kena masalah di sekolah?" Tanya Renan sedikit cemas.

Bianca menggeleng cepat, bukan itu yang ingin dia katakan pada Renan.

"Teo masih bertemu dengan Sangkara dan teman-temannya, dia juga terlihat masih bermain basket bersama anggota klub. Bukankah itu cukup mengkhawatirkan?" Ungkapnya.

Alis Renan terangkat satu. "Mengkhawatirkan? Apa maksud kamu?" Bingungnya.

"Teo melanggar perjanjian, dan dia masih suka bertemu dengan Sangkara dan teman-temannya. Kalo aku jadi Om, aku udah kecewa banget sama Teo. Bukan begitu, Om?" Cibir Bianca. Renan memalingkan wajahnya dari Bianca sambil menghela nafas kasar.

"Bianca, Om sudah tau semuanya.

Bianca terkejut. "Beneran, Om?" Ucapnya tak percaya. Dia tersenyum puas melihat respon Renan yang sepertinya akan percaya pada ucapannya. Dengan begini Bianca tidak perlu menjelaskan panjang lebar mengenai Teo di sekolah. Renan tersenyum tipis.

"Om sudah tau tentang peran kamu dalam semua ini. Om juga sudah tau sifat buruk kamu yang sebenarnya, Teo dan teman-temannya sudah mengatakannya kemarin." Ungkapnya.

"A-apa?" Kaget Bianca, hampir tercekat di hadapan Renan.

"Om tidak menyangka kalau kamu melakukan cara selicik itu untuk menjatuhkan seseorang yang tidak bersalah, kamu sudah membuat orang lain terluka, Bianca." Papar Renan.

"M-maksud Om apa? A-aku nggak ngerti." Kata Bianca berpura-pura tidak tahu. Renan sudah bisa menebak raut wajah Bianca yang nampak panik dengan melihat gerak-geriknya yang suka menggigit bibir saat sedang menyembunyikan sesuatu.

"Bianca, udah cukup aktingnya," seru Teo tiba-tiba, muncul di ambang pintu dan menatapnya tajam.

"Teo ...?" Bianca menoleh dengan pupil melebar sempurna. Sangkara, Yozar, Bumi, dan Haru juga tiba-tiba muncul entah dari mana dan kini berada di belakang Teo. Wajah mereka datar dan tajam saat menatap Bianca yang tegang di tempatnya berdiri saat ini.

"Jawab yang jujur, lo kan orang yang udah mencelakai Sangkara?" Tanya Yozar dengan nada sedikit emosi. Bianca tersentak usai dituduh oleh Yozar.

"Apa? Kenapa lo nuduh gue?" Tampiknya. Yozar berdecak sebal melihat ekspresi wajah tak bersalah yang diperlihatkan oleh Bianca. Benar-benar membuatnya kesal setengah mati, untung saja dia perempuan mungkin kalau laki-laki sudah bonyok dipukuli olehnya.

"Bianca, apa benar lo yang mencelakai gue?" Tanya Sangkara dengan nada tenang.

"Lo punya bukti kalo gue yang mencelakai lo? Lihat, Om, mereka berusaha untuk menyudutkan aku yang nggak tau apa-apa. Aku berani bersumpah bukan aku yang melakukan itu." Sergah Bianca, dan mengadu kepada Renan.

LINGKAR BINTANG [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang