25. тєяѕєѕαт ʝαυн

222 36 14
                                    

Di tengah hari yang cerah, markas geng motor Yozar menjadi tempat yang ramai oleh kehadiran warga sekitar. Suasana yang tercipta di sana penuh dengan keceriaan dan rasa syukur. Para warga tertawa dan berbicara dengan santai, menikmati hidangan makan siang gratis yang disediakan oleh geng motor Yozar. Mereka melihat para anggota geng motor tersebut dengan penuh rasa hormat dan ucapan terima kasih, menganggap mereka sebagai pahlawan yang telah menjaga wilayah mereka dari gangguan geng motor lain.

Di antara keramaian tersebut, Sangkara dan Bumi tiba. Mereka melihat dengan jelas bagaimana para warga begitu dekat dengan geng motor Yozar, tanpa rasa takut sedikit pun. Sangkara menyadari makna kata-kata Yozar di rumah sakit bahwa "teman-temannya membutuhkannya". Namun, kali ini bukan hanya teman-teman geng motor Yozar yang membutuhkannya, melainkan seluruh masyarakat di sekitar mereka. Tanpa ragu, Sangkara dan Bumi mendekati Yozar dan teman-temannya.

"Yozar."

Yozar menoleh saat namanya dipanggil oleh suara yang sangat dia kenali. Dan benar, orang tersebut adalah Sangkara. Setelah pertemuan yang terasa canggung itu, Yozar mengajak Sangkara dan Bumi untuk bicara di tempat lain agar tidak menganggu teman-teman dan para warga sedang makan siang.

"Zar, ada yang mau gue jelasin-"

"Bagi gue nggak ada yang perlu dijelasin lagi," potong Yozar saat ucapan Sangkara belum selesai.

Sangkara menarik nafas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk mulai menjelaskan. "Zar, gue minta maaf." Ucap Sangkara dengan tulus.

Yozar tersentak mendengar kata maaf keluar dari mulut Sangkara.

"Gue salah karena merahasiakan soal beasiswa itu. Tapi, bukan karena itu gue mau jadi tutor lo, Zar. Gue bersedia menerima permintaan bu Erina karena gue mau lebih dekat sama lo. Gue mau jadi sahabat yang akan selalu ada buat lo." Jelas Sangkara.

Namun, Yozar kembali terdiam usai penjelasan yang dikatakan oleh Sangkara padanya.

"Gue nggak tau siapa yang membuat kita jadi saling salah paham. Tapi, siapapun orangnya gue udah maafin dia." Ujar Sangkara dengan tulus.

"Zar, kok diam aja sih? Jawab dong, Sangkara udah ngomong yang sejujur-jujurnya lho," timpal Bumi saat melihat tak ada respon dari Yozar setelah Sangkara menjelaskan semuanya.

"Jadi, apa lo tetap menerima beasiswa itu?" Tanya Yozar mengalihkan topik.

"Kalo lo nggak ikhlas, gue akan lepas beasiswa itu, Zar." Jawab Sangkara dengan lapang dada.

Yozar menautkan kedua alisnya bingung. "Kenapa? Bukannya itu salah satu impian lo, kuliah di luar negeri?"

"Iya, itu memang salah satu impian gue. Tapi, gue lebih memilih untuk melepaskannya supaya nggak terjadi kesalahpahaman lagi." Rela Sangkara.

Yozar berdecak mendengar ucapan Sangkara yang menurutnya sangat naif. "Nggak perlu." Ucapnya.

Sangkara dan Bumi menatap Yozar dengan ekspresi bingung.

"Lo harus tetap ambil beasiswa itu, lo pernah bilang kalo lo mau mengubah nasib keluarga lo, kan?" ujar Yozar mengingat beberapa percakapan yang sudah berlalu.

"Yozar ...."

Yozar menghela nafas pelan sebelum mengucapkan sesuatu. "Gue udah maafin lo."

Sangkara dan Bumi yang awalnya menganga tiba-tiba tersenyum lebar saat mengetahui bahwa Yozar telah memaafkan Sangkara, merekapun memeluk Yozar tanpa aba-aba.

"W-woi, apa-apaan ini? Lepasin gue ...." Yozar yang terkejut berusaha melepas pelukan tersebut, dia malu dilihat banyak orang yang sedang berlalu lalang. Namun, kedua orang itu tak peduli dan tetap memeluk Yozar dengan sangat erat.

LINGKAR BINTANG [TAMAT]Where stories live. Discover now