13. яυмαн

209 55 21
                                    

Apa arti rumah bagi kalian?

Inilah tempat yang menjadi persinggahan baru bagi Sahara, sekaligus menjadi tempat perlindungan dari keluarga yang tidak bertanggung jawab. Rumah Nenek.

Meski sederhana, tempat ini dipenuhi hangatnya kasih sayang yang mampu membuat siapa pun merasa aman.

Pergolakan batin Sangkara masih sangat panjang. Tapi, dengan adanya teman-teman dan Nenek yang mendukung, ia merasa lebih mampu untuk menghadapi segala tantangan yang menunggu di masa depan.

Sangkara, jangan lupakan misimu.

Deg!

Jangan lupakan misimu

Deg ... deg ... deg!

Jantung gue rasanya sakit. Sial, gue sulit untuk bernapas. Siapa dia? Berhenti! Tolong berhenti!

Nafas Sangkara tak beraturan, ia seperti dikejar atau dijerat oleh sesuatu yang mengikat tubuhnya agar tak bergerak.

"Kak ...."

Seseorang tolong ....

"Kakak, bangun!"

Sangkara terbangun dengan sedikit tersentak akibat tubuhnya diguncang-guncangkan oleh Sahara yang sedari tadi berusaha membangunkannya.

"Lagi-lagi mimpi yang sama." Sangkara memijat dahinya untuk meredakan rasa sakit hebat di kepalanya.

Sangkara yang sedang terduduk berusaha mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

"Kakak kenapa?" Sahara mengernyit bingung melihat wajah sang kakak yang begitu pucat.

Sangkara menyadari Sahara yang tengah duduk di sebelahnya dengan raut khawatir, "Kakak ggak apa-apa, kok. Cuma mimpi buruk."

"Demam kamu udah turun?" Tanya Sangkara memeriksa suhu tubuh Sahara dengan memegang kening sang adik.

Sahara mengangguk dan tersenyum, "Aku udah sembuh, Kak."

Sangkara tersenyum lalu mengelus pucuk kepala sang adik dengan lembut. Ia merasa lega karena demam adiknya sudah turun.

"Sangkara, Sahara, sarapan dulu." Seru Nenek memanggil kedua cucunya untuk sarapan.

"Ayo, Kak, kita sarapan. Nenek buat nasi goreng kesukaan Sahara, lho." Ajak Sahara.

Sangkara merespon ajakan tersebut dengan tersenyum. "Iya, kamu duluan aja, Kakak mau mandi dulu."

"Okey."

**

Sangkara berjalan santai dalam perjalanan pulang. Tubuhnya pegal dan mati rasa membuatnya ingin secepat mungkin merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Sebelum memasuki daerah rumahnya, dia dikejutkan dengan suaru kejadian yang membuat matanya terbelalak.

Tempat singgah dan tempat untuk yang rencananya ingin dijadikan tempat peristirahatan, kini telah dilahap si jago merah. Api mengamuk dengan ganas, merobek-robek kepingan kenangan yang pernah indah pada masanya.

Tiba-tiba ingatan mengerikan muncul, namun tersembunyi dalam benaknya dan terjebak di antara kebingungan dan kehancuran. Kepalanya berputar-putar, mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan yang menyiksa.

Ia berlari menuju ambulans yang sedang menempatkan salah satu korban di dalamnya, hanya untuk mengetahui bahwa korban itu adalah orang yang ia kenali.

Seseorang dinyatakan meninggal akibat api yang menggerogoti tubuh sang korban dengan ganas. Ya, korban itu adalah ayah Sangkara.

LINGKAR BINTANG [TAMAT]Where stories live. Discover now