22. ∂αмαι

185 37 1
                                    

Teo berdiri di dapur, meraih gelas dari lemari dan menuangkan segelas air dingin. Saat dia berbalik, dia hampir menabrak Janessa---kakak perempuannya yang jarang dia ajak bicara sejak perpisahan orang tua mereka.

"Teo, pulang sekolah nanti ada waktu senggang?" tanya Janessa dengan nada yang agak ragu.

Teo sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Kenapa tiba-tiba Kakak bertanya?"

Janessa menggeleng pelan. "Ada yang mau Kakak sampaikan ke kamu."

Teo mengernyit, merasa sedikit bingung. "Nggak biasanya Kakak mau ngomong sama aku."

Kata-kata itu membuat Janessa tertohok karena merasa bersalah. Ia tidak bisa menggantikan posisi ibunya di rumah yang selama ini tidak pernah harmonis sejak ibunya memutuskan pergi.

"Pulang sekolah nanti Kakak jemput," ucap Janessa tanpa menambahkan apapun lagi, lalu pergi dengan langkah cepat.

Saat pulang sekolah, Teo tiba di depan gerbang sekolah, dia melihat Janessa sudah menunggu dengan mobilnya.

Perjalanan mereka berlanjut tanpa ada pembicaraan yang berarti. Teo merasa penasaran dan sedikit gugup dengan tujuan perjalanan mereka.

Setelah beberapa saat, mereka sampai di sebuah lapangan golf yang indah. Teo memandang sekeliling dengan penuh keheranan.

"Kita mau ngapain?" tanya Teo, tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

Janessa hanya tersenyum dan memimpin Teo menuju ke arah seorang wanita yang sedang berdiri di samping lapangan golf.

"Jane, Mama kira kamu nggak datang," kata wanita itu, tersenyum lembut saat melihat kedatangan Janessa dan Teo.

"Jane pasti datang, Ma," jawab Janessa sambil memeluk wanita itu erat.

Teo terdiam melihat sosok wanita yang ada di hadapannya. Itu adalah ibunya, Zahria. Matanya berkaca-kaca saat dia merasakan kehadiran ibunya yang begitu dirindukannya selama ini.

"Kamu sudah makan, Jane?" Tanya seorang pria betubuh kekar yang berada di samping Zahria.

"Sudah, Pah," kata Janessa kepada seorang pria yang berdiri di samping Zahria. Pria itu bernama Liam, suami baru ibunya.

"Pah?" gumam Teo dalam hatinya, merasa semakin bingung dengan semua yang terjadi.

"Teo ...." Zahria memanggil nama Teo dengan lembut, membuat hatinya berdebar.

Zahria menghampiri Teo dan memeluknya dengan hangat. Teo merasakan kehangatan yang telah lama dia rindukan dalam pelukan ibunya.

Di dalam pelukan itu, Teo merasakan semua kebingungannya dan pertanyaan yang ada dalam pikirannya perlahan-lahan lenyap. Hanya ada kehangatan, cinta, dan rasa damai yang terasa begitu nyata.

Setelah beberapa saat, Zahria melepaskan pelukannya dan menatap Teo dengan penuh kasih sayang. "Maafkan Mama, Sayang. Selama ini Mama selalu merindukanmu, tapi Mama tidak bisa mendekatimu karena berbagai alasan."

Teo menggelengkan kepala dengan lembut. "Nggak apa-apa Ma. Teo juga merindukan Mama."

Perasaan lega dan bahagia meluap dalam hati Teo saat dia melihat senyum bahagia di wajah ibunya.

LINGKAR BINTANG [TAMAT]Where stories live. Discover now