2. The Painful Longing

4.5K 570 30
                                    

Hello!

Please don't stingy vote why?

So,

Don't forget to vote, coment, and follow my account. Thank you!

Happy reading!

"Astaga kepalaku!" desis Jimin memijat kepalanya yang terasa pening akibat terlalu lama bergelut dengan pekerjaan nya.

"Permisi Sajangnim. Maaf mengganggu waktu istirahat anda, tapi saya ingin menyampaikan bahwa jam tiga nanti anda ada pertemuan dengan Klien di Caffe xxx" Jimin hanya mengangguk sebagai jawaban atas ucapan sekretaris nya itu.

"Lalu apa setelah ini aku ada pertemuan lagi?" tanya nya.

"Tidak Sajangnim. Anda hanya memiliki jadwal dengan Klien jam tiga nanti setelah itu anda free"

"Baiklah, terima kasih dan kau boleh keluar" sekretaris itu mengangguk kemudian membungkuk sebelum keluar.

Jimin kembali mengurut kepala dan juga pangkal hidungnya. Setahun yang lalu setelah ia memutuskan untuk pergi dan menghilang dari hidup Yoongi dan juga teman-temannya ia mulai di sibuk kan dengan kuliah dan juga pekerjaan nya di kantor. Jimin memilih kuliah dari rumah dan sesekali datang ke kampusnya yang baru. Sehari setelah ia memutuskan untuk pergi iapun juga sudah memutuskan untuk pindah kampus ke Busan. Yang mana di kampusnya yang sekarang tidak ada keempat temannya lagi.

Ya, saat ini Jimin berada di busan. Tanah kelahirannya sendiri. Jimin tidak pergi keluar negeri melainkan mengasingkan diri ke Busan. Kota yang penuh warna kata orang-orang.

Sudah hampir setahun Jimin berada di Busan. Selain untuk kuliah, Jimin juga bertanggung jawab atas perusahaan milik ayahnya disana. Dan semenjak Jimin yang memegang anak perusahaan milik ayahnya itu, perlahan-lahan perusahaan itu sedikit demi sedikit mulai berkembang pesat.

Jimin tidak datang ke kampus bukan berarti ia itu sombong. Dan walaupun Jimin jarang datang ke kampusnya nilai Jimin tetap selalu berada di atas nilai sempurna disebabkan ia memiliki otak cerdas seperti ayahnya.

Alasan mengapa Jimin jarang ke kampus karena sebenarnya waktunya juga terlalu banyak ia habiskan di kantor untuk membuat anak perusahaan itu semakin di kenal banyak orang. Dan yah usaha Jimin selama ini tidak sia-sia. Semua kerja kerasnya terbalaskan dengan nama perusahaan nya itu semakin di kenal banyak orang bahkan hingga ke pelosok-pelosok kota kecil maupun besar seperti Seoul. Dan yang ingin bekerja sama dengan anak perusahaan milik Park Company tersebut pun juga banyak.

"Sepertinya aku memang butuh refreshing sementara waktu" usai mengatakan itu Jimin lantas mengambil kunci mobilnya dan juga tidak lupa jas kantornya yang ia sampirkan di kursi kebesarannya.

Cklek

Saat di luar ruangannya Jimin menghampiri sekretaris nya yang memang berdiri tepat di luar ruangannya.

"Bisa kau hubungi Sungwoon? Sepertinya aku tak bisa datang ke pertemuan itu karena kepalaku tiba-tiba saja terasa pusing. Jadi bisa kau hubungi Sungwoon dan katakan padanya untuk menggantikan ku di pertemuan siang nanti. Aku sepertinya akan pulang untuk istirahat" jelasnya.

"Ne, Sajangnim. Dan semoga anda lekas sembuh"

"Terima kasih. Kalau begitu aku pergi dulu"

Bagi para karyawan nya Jimin itu begitu ramah. Ia mudah tersenyum, baik dan juga mudah bergaul dengan para karyawan nya. Tidak peduli bahwa status mereka adalah bawahannya. Itulah yang membuat para karyawan nya begitu menghormati dirinya tidak peduli bahwa atasan mereka itu masih begitu muda dari mereka.




••••



Jimin membuka pintu apartemen yang selama ini ia tinggali sendiri semenjak ia memutuskan tinggal di Busan. Walaupun sebenarnya orang tuanya memiliki sebuah rumah di Busan, akan tetapi Jimin menolak dan lebih memilih tinggal di apartemen miliknya itu.

Meskipun ia tinggal sendiri disana apartemen miliknya tak pernah terlihat kotor sama sekali. Jelas, karena ia memiliki seorang pelayan yang selalu datang membersihkan apartemen miliknya agar selalu terlihat rapi dan bersih saat ia pulang bekerja ataupun kuliah. Selain bertugas membersihkan apartemen, pelayan tersebut juga yang memasak untuknya pagi, siang ataupun malam. Bibi Kim begitulah Jimin memanggilnya selama ini. Lalu Bibi Kim akan pulang sekitar jam delapan malam setelah selesai membuatkannya makam malam untuknya.

Selama ia tinggal disini Bibi Kim lah yang selalu menyiapkan segala keperluan nya. Seperti mengingatkan dirinya untuk tidak lupa makan. Bibi Kim sudah seperti ibu bagi Jimin, karena itu Jimin begitu menghargai wanita paruh baya itu dan ia telah menganggap Bibi Kim seperti ibunya karena ibu kandungnya saat ini berada di Seoul jauh darinya bersama sang ayah disana.

"Eh? Tuan muda sudah pulang?" tanya Bibi Kim saat melihat Jimin pulang dengan wajah lelahnya.

"Kepalaku pusing, bi. Sepertinya terlalu lama di kantor membuat kepalaku pening" jawab Jimini sembari merebahkan dirinya di sofa.

Bibi Kim yang melihat itu lantas mendekat dan memeriksa suhu tubuh Jimin dengan meletakkan tangannya di atas kening tuannya.

"Hangat. Tuan muda demam?"

"Sepertinya memang begitu" cengir Jimin parau. Walaupun sedang sakit ia masih bisa bercanda juga.

"Kalau begitu tuan sebaiknya istirahat di kamar. Bibi akan buatkan bubur dan juga teh hangat untuk tuan muda" inilah yang membuat Jimin nyaman saat bersama Bibi Kim. Jiwa keibuan miliknya benar-benar membuatnya merindukan sosok ibu kandungnya di Seoul sana. Dan juga seorang lagi.

"Melihat perhatian Bibi padaku benar-benar membuatku rindu dengan seseorang" lirih Jimin sendu.

"Apa itu Nyonya Park?" tanya Bibi Kim.

Jimin menggeleng, "Seseorang yang teramat ku rindukan dan begitu sangat ingin ku temui sejak lama" ucap Jimin tersenyum pedih.

"Tapi aku tidak yakin dia juga merindukan ku. Sebab aku sudah pernah membuatnya terluka begitu dalam" lanjutnya lagi.

"Apa dia kekasih tuan?"

Entahlah Jimin tidak tau. Dulu mungkin Yoongi adalah kekasihnya, tapi karena kebodohannya Yoongi akhirnya membencinya.

Jimin kembali tersenyum masam lalu menggeleng.

"Dulunya ia memang kekasihku, tapi karena suatu kesalahan yang ku perbuat ia akhirnya pergi" lirih Jimin.

Bibi Kim yang melihat tuan mudanya menunduk ikut merasa sedih mendengar cerita tuannya itu. Ia tidak menyangka di balik senyuman yang selama ini ia lihat dari tuannya ternyata menyimpan sebuah kesakitan dan sebuah kerinduan yang mendalam.

"Bibi yakin, jika dia memang sudah ditakdirkan bersama tuan muda maka bibi yakin dia pasti tidak akan kemana-mana" terang Bibi Kim sembari menepuk pelan bahu Jimin.

"Sekarang tuan Jimin istirahat dulu. Tuan muda kan sedang sakit, tidak baik jika sedang sakit terlalu banyak pikiran" jelas Bibi Kim lagi.

Mendengar itu Jimin lantas mengangguk, kemudian berdiri dari sofa dan berjalan menuju kamarnya.

Melihat tuannya yang nampak tak bersemangat membuat Bibi Kim menatap nya sendih. Ia sudah menganggap Jimin layaknya putranya sendiri, jadi saat ia melihat Jimin seperti ini hati kecil miliknya pun tergerak ikut merasakan apa yang tengah Jimin rasakan.

"Bibi doakan nak Jimin bisa bertemu dengannya secepat nya" gumam Bibi Kim sembari menatap punggung Jimin yang semakin menjauh hingga kemudian menghilang di balik pintu kamarnya.







T.B.C

Aku udah minta baik2 ya di atas tapi ya terserah kalian sih klo gk mau vote ya udah sebaiknya minggat aja. Jangan baca kuy klo pelit ngevote. Lagian aku cuma minta vote aja bukan minta uang kalian sebagai bayaran karena udah gratis membaca.

Sekian!

28 Juli 2019
_Nurtinichan

You're My Light [ Sequel Fake Love ] || Minyoon✔Where stories live. Discover now