Lembar Keempat: Bidadari SMA Purnama

90 6 2
                                    

Jason

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jason

Jelang lomba melukis tingkat SMA, gue rehat sejenak dari latihan basket supaya penyakit asma kronis gue enggak kambuh. Sampai-sampai, Mama selalu mengingatkan gue buat minum obat dan vitamin. Samuel juga jadi rajin ngomelin gue kalau belajar sampai larut malam setelah les privat, kadang lucu banget kalau lihat dia jadi cerewet.

Bukan cuma Mama atau Samuel aja yang semakin perhatian sama gue, Ramona pun begitu. Dia jadi sering bawain bekal dan jus buah buatannya setiap gue selesai latihan melukis di taman perumahan Anggrek, juga bantuin gue salin catatan pelajarannya Dean yang sempat tertinggal.

Sesekali, gue memperhatikan tulisan Ramona yang rapi dengan pulpen bertinta biru. Dia juga menandai judul materi dengan stabilo, katanya supaya gampang dibaca sewaktu belajar. Kalau begini caranya, gue enggak bakal rela minjemin catatan ke Kevin lagi.

Sambil membereskan beberapa buku tulis yang diletakkan di meja ruang tengah, gue menyodorkan segelas sirup rasa jeruk serta brownies cokelat buatan gue untuk Ramona. Kami duduk bersisian di sofa, membuat gue bisa memandangi iris hitam Ramona yang indah dan bulu mata lentiknya.

"Mona, gimana soal Sheren? Lo udah ketemu sama dia belum? Kalaupun benar Sheren nge-stalk gue dan nulis hate comment di Instagram lo, please jangan benci sama dia ya. Kita enggak boleh membalas kejahatan orang dengan kejahatan juga, karena nanti akan berujung jadi dendam. Gue udah maafin Sheren, makanya gue berharap lo bisa melakukannya juga."

"Oh, soal itu...gue udah ngobrol empat mata sama Sheren di kelas. Sheren bilang, dia nyesal dan malu akan perbuatannya, karena dia enggak punya cara buat ngungkapin perasaannya sama lo. Jadi ya, gue nasehati Sheren supaya berhenti stalking lo dan enggak melampiaskan rasa cemburunya dengan cara yang salah. Syukurlah, dia mau dengerin dan kita baikan deh..."

Ramona meletakkan pulpennya di tempat pensil berwarna pink dengan motif bunga. Dia menoleh dan mengerutkan dahinya sebelum menjawab ucapan gue, seakan sedang mengingat sesuatu. Lalu, Ramona menggaruk kepalanya seraya berusaha terlihat tenang.

Gue mengangguk, menyandarkan kepala di sofa seraya tersenyum lega sebab Ramona enggak bersikap gegabah sama Sheren.

"Glad to hear that, Mon. Gue sempat khawatir kalau gosip soal Sheren yang dilabrak sama lo, Amanda dan Winona itu benar terjadi. Karena, gue enggak suka sama orang yang selalu menyelesaikan masalah dengan cara menindas atau meremehkan lawannya. Itu hanya menunjukkan, betapa piciknya diri kita."

"Thanks ya Jas, berkat motivasi lo gue pelan-pelan bisa introspeksi diri. Gue mau meninggalkan image Ramona si queen bee yang sombong dan tukang bully, dan menggantinya jadi Ramona Anastasia yang lebih baik. Bukan supaya gue diterima sama banyak orang, tapi demi berhenti mengejar popularitas."

Ucapan Ramona sore itu, terbukti dengan perubahan sikapnya di sekolah. Tutur katanya jauh lebih lembut, murah senyum, mau bergaul dengan siapapun, dan enggak pernah lagi bersikap sombong seperti yang dibilang teman-teman.

JASON'S LOVE LETTER: TROUBLE COUPLE SERIES  0.2 Where stories live. Discover now