EPILOG

78 3 2
                                    

Jakarta, lima tahun silam....

Jason

Pertama kali masuk SMP Tunas Kencana, gue dan Samuel dikerubungi cewek-cewek yang kepo sama kehidupan kita di Melbourne. Mungkin, karena mereka belum pernah punya teman berdarah blasteran kali ya? Hehe. Meski agak kurang nyaman, tapi ya gue coba ladeni mereka dengan ramah. Sedangkan Samuel, dia memilih pergi usai bersikap dingin sama para cewek itu. Tapi, mereka tetap aja enggak kapok.

Itu  baru di kelas, saat makan siang di kantin pun gue masih tetap dilihatin. Duh, memang harus sampai kayak begini ya?

"Hei, lo Jason kan kembarannya Samuel? Kenalin, gue Cecille. Kita tetanggaan dan satu sekolah juga, ternyata. Btw, gue boleh kan duduk di sini? Soalnya, belum ada teman yang klop sama gue selain Samuel. Biarpun cuek, dia tetap asik sih orangnya."

"Thanks ya, secara enggak langsung lo menghalangi tatapan cewek-cewek yang bikin gue merasa canggung. Kayak, aneh aja gitu lagi makan sambil dilihatin."

"Maklum Jas, di SMP Tunas Kencana belum pernah ada murid dari luar negeri. Santai, pelan-pelan mereka juga bakal terbiasa sama lo. Kalau ada yang ganggu, kasih tahu gue atau Bang Ega, kakak gue. Dia ketua komisi disiplin, jadi bisa lah nge-back up murid yang ditindas."

Sejak perkenalan gue dengan Cecille, kami jadi cukup akrab. Begitu juga Samuel, yang  awalnya sulit menerima orang baru untuk berteman. Cecille adalah sosok yang periang, seru, enak diajak sharing dan apa adanya banget. Sementara Bang Ega, lebih kharismatik, jail, tapi juga ramah.

Kalau udah begini, Jakarta akan benar-benar jadi rumah kedua buat gue dan Samuel juga Dylan, adik kecil kami.

💌💌💌💌

Ramona


"Lihat deh, kulit dia hitam dan jerawatan. Jangan temenin guys, jijik banget. Sana pergi, itik buruk rupa. Lo enggak pantas, dekat-dekat sama geng cewek cantik kayak kita berempat."

"Ta-tapi.... aku pengin kenalan sama kalian. Aku juga bawa cookies lho, dibikinin tanteku. Kalian harus coba, enak deh."

"Ew, enggak usah sok dekat deh. Lo pikir, ini taman kanak-kanak makanya lo mau ngasih cookies buat kita?"

Aku hanya bisa menangis saat empat orang teman baruku, menginjak-injak cookies yang kutawarkan. Mereka juga mengacak-acak rambutku dengan kasar, seraya tertawa dan mengataiku itik buruk rupa.

"Kalian ngapain sih?! Kenapa jahat banget sama teman baru? Memangnya, kalian diajarin untuk bersikap kasar kayak begini ke orang lain?"

Bentakan seorang cewek berbandana pink, membuat mereka semua ketakutan lalu kabur. Setelahnya, cewek itu membantuku berdiri dan membersihkan seragamku yang terkena remahan cookies.

"Mulai sekarang, lo enggak perlu takut lagi. Gue akan selalu siap jadi teman lo di sekolah ini. Nama gue, Belinda."

Aku menyambut uluran tangan Belinda meski sedikit takut, tapi senyuman tulusnya mampu meyakinkanku bahwa dia adalah orang yang baik.

💌💌💌💌

Belinda

Ternyata, masuk ke SMP Nusa Indonesia memang membuat siapapun jadi deg-degan setiap hari Senin pagi. Soalnya, selalu ada guru dan kakak OSIS yang patroli untuk mengecek apakah semua murid datang tepat waktu, memakai atribut lengkap seperti topi, dasi dan sepatu hitam, serta badge nama pada seragam.

Tapi paling enggak, guru-gurunya masih ada yang baik dan ramah. Paling, mode tegasnya cuma diterapkan saat mengajar. Dan juga, gue udah punya teman sebangku yang baru bernama Ramona.

Walau kami udah berkenalan, namun Ramona masih tetap gugup tiap gue ajak mengobrol sedikit. Gue cemas, kayaknya dia tertekan setelah di-bully sama geng empat cewek cantik tadi.

Sayang, saat gue ingin berteman dekat lagi sama Ramona dia justru pindah sekolah karena enggak kuat di-bully terus.

Gue harap, kami bisa bertemu kembali dan menjadi teman baik suatu hari nanti.



Author Note:

Halo readers, sekali lagi terimakasih sudah memasukkan cerita ini ke library kalian, memberi vote dan komentar yang membuat gue semangat. Apa kesan dan pesan kalian buat cerita ini atau tokoh JLL? Kepo nih, tulis di komentar ya 😁

Sebelum menulis JLL, gue menciptakan tokoh Jason hanya sebagai tokoh pendukung dalam cerita Samuel and Samantha. Lalu, lama kelamaan gue mendapat ide untuk mengembangkan karakter dan membuat kisah tentang dia. Gue juga banyak mencari inspirasi dari novel-novel teenfic, terutama dengan tokoh cowok yang humoris dan suka menggombal receh.

Untuk tokoh Ramona, gue sempat menjadikan Emma Roberts sebagai visual tapi akhirnya gue mengambil referensi karakternya aja dalam film Wild Child. Kalau Belinda, referensinya adalah Nimaz Dewantary dalam di series Cinta dan Rahasia.

Last but not least, gue harap JLL dapat menjadi cerita yang memberikan banyak nilai positif buat kalian.

Thank you and i love u,

gorgeousbiebs



JASON'S LOVE LETTER: TROUBLE COUPLE SERIES  0.2 Where stories live. Discover now