Lembar Keenambelas: Sekadar Harapan

25 2 5
                                    


Playlist kali ini, adalah lagu galau sejuta umat pada masanya. Selamat membaca 😁

Jason

Sebotol minuman vitamin C menemani gue usai berlari maraton di lapangan GOR SMA Purnama. Beruntung, jarak lari gue dikurangi sama Pak Dodi biar enggak kelelahan karena punya penyakit asma. Seraya duduk di tribun, gue mengelap keringat dengan handuk dan membuka ponsel untuk bermain game Burger Shop yang malah bikin lapar.

Jadinya, gue traktir Samuel dan teman-teman makan di Burger King sekalian ngadem. Kak Ian, Kak Sonny sama Ardiano juga ikut, biar mereka bisa makin akrab dengan kita.

Gue duduk di sebelah Kevin yang lagi curhat seraya mengomel dan tangannya masih aja leluasa mengambil waffle fries milik gue.

"Gila, kemarin gue beli sepatu brand lokal yang hits itu sampai ngantri seharian dan giliran dapat malah ukurannya kegedean. Pengin 38, malah dapat 40. Sebel anjir, pengin nukerin ke tokonya tapi malas banget karena bakal penuh orang lagi."

"Gue bilang juga apa Vin, mending belinya nanti-nanti aja setelah hype-nya kelar. Atau, lo cari merk lain yang lebih bagus tapi terjangkau. Daripada beli mahal dan hasilnya nggak memuaskan, kan sayang."

Dean menimpali seraya menuangkan saus tomat ke cheese burger dan ayam goreng miliknya, lalu dimakan bersamaan. Kayaknya, cuma dia aja orang di dunia ini yang selera dan cara makannya cukup unik.

Kevin yang terlihat kecewa, memain-mainkan sedotan soft drink lalu menggigitinya.

"Ck, terus sepatu yang salah ukuran gue apain dong? Sayang deh, uang tabungan gue terbuang empat ratus ribu lebih...."

"Gue beli deh Vin, soalnya sepatu lama udah pada sempit jadi sakit banget kalau dipakai. Ntar sore gue ke rumah lo deh, biar bisa lihat model sepatunya juga."

Melihat raut wajah Kevin, gue jadi enggak tega dan spontan berniat membeli sepatu miliknya. Matanya pun berbinar, nada bicaranya kembali bersemangat.

"Oke Jas, makasih banyak ya. Gue milih warna hitam, biar bisa dipakai sekolah juga. Tenang aja, orang ganteng kayak lo sih pakai sepatu warna dan model apa aja cocok."

"Jas, bukannya Grandpa udah beliin sepatu converse waktu---shit, sakit tahu!"

Gue menginjak kaki Samuel supaya omongannya enggak menyakiti hati Kevin. Meski berbohong, gue pengin membantu Kevin yang udah lama menabung dan enggak berani minta uang ke ortunya buat beli sepatu itu.

"Kalau lo masih mau nukerin, mau gue bantu enggak? Kebetulan, ada saudara yang kerja di store-nya. Biar gue telepon, siapa tahu ukuran 38 masih ada. Tapi kalau warnanya beda, enggak apa ya?"

Kak Ian yang lagi menikmati kentang gorengnya, tanpa berbasa-basi langsung nawarin bantuan ke Kevin. Otomatis, dia berubah pikiran dalam sekejap.

Gue sih enggak masalah, sebab cara Kak Ian terkesan lebih menjanjikan. Kalau dipertimbangkan lagi, belum tentu juga sih gue bakal diizinin sama Papa buat pakai sebagian jatah uang jajan sebulan.

JASON'S LOVE LETTER: TROUBLE COUPLE SERIES  0.2 Where stories live. Discover now