ANTARIKSA 26 || KEHANCURAN PETINGGI JUPITER

116K 5.5K 367
                                    

"Sulit menghapus kenangan yang hanya menyisakan luka di masa depan."

#AntariksaSabhara

©©©

Resapi saat baca part Antariksa dan Senjana 🎶

©©©

Tidak ada yang lebih menyakitkan melihat segala hal yang menjadi penyebab perpisahan sang Mama dengan Papanya saat dia sudah dewasa. Dulu dia hanya seorang anak kecil yang polos dan tidak mengerti apapun. Saat kedua orang tuanya bertengkar, dia hanya bisa bersembunyi di dalam kamar sembari menangis mendengar suara teriakan keduanya. Saat dia dibawa pergi oleh Mamanya, dia hanya menangis memanggil nama sang Ayah. Antariksa kecil tidak bisa melakukan apapun selain berteriak dan menangis.

Sekarang dia sudah dewasa, dia bukan anak kecil polos lagi seperti dulu yang bisa tenang dan berhenti menangis hanya dengan diberi mainan. Sekarang dia sudah bisa mengerti dan merasakan perasaan sakit yang dulu tidak bisa dia rasakan. Dia tidak tahu bagaimana caranya menghentikan perasaan ini. Dia tidak tahu caranya agar hatinya tidak sesakit ini. Dia tidak bisa menangis dan justru itu semakin membuatnya sesak sekarang. Rasa marah dan kecewa itu bersarang lebih besar daripada keinginannya untuk menangis sedih menerima kenyataan ini. Apa yang harus dilakukannya sekarang?

"Kita sudah sampai."

Antariksa hanya diam dan keluar tanpa berbicara apapun. Dia menatap pintu rumahnya dengan tatapan sendu. Bagaimana dia akan memberi tahu Ibunya tentang ini? Bagaimana dia bisa membicarakan hal yang membuat luka lama Ibunya itu kembali terbuka? Dia merasa sangat bersalah telah membuat Riana hidup menderita karena dia yang selalu mengungkit tentang Rivaldi. Dia terlalu bodoh tidak mendengarkan perkataan wanita itu. Dia telah menjadi anak pembangkang membuat Ibunya selalu sedih setiap saat.

Dia baru sampai di teras dan pintu sudah terbuka. Menampakkan sang Mama yang tersenyum lembut namun kentara sekali kalau wanita itu baru selesai menangis. Pipinya yang merah dan dipenuhi bekas-bekas air mata terlihat jelas. Wanita itu mendekat ke arah putra tunggalnya lalu mengulurkan tangan mengusap wajah putranya dengan penuh kasih sayang.

"Maafin Mama, Antariksa."

Antariksa menggenggam kedua tangan Riana yang mengusap wajahnya. Dia menatap mata wanita itu yang sudah berkaca-kaca.

"Mama baik-baik aja? Maaf, baru tanya sekarang. Pasti berat buat Mama ngejalanin semua sendiri. Antariksa cuma buat Mama semakin sedih selama ini. Disaat Mama butuh Atar, justru Atar gak ada disana menemani Mama. Atar anak yang gak berguna."

Riana menggeleng keras membuat air matanya terjatuh. Dia memaksakan senyum dihadapan putranya.

"Kamu hadiah terindah yang ada di hidup Mama. Mama bisa bertahan selama ini karena ada kamu, Atar. Walau Mama sering marah sama kamu, dan berkata hal yang menyakiti kamu. Dalam hati Mama, kamu alasan Mama bisa bertahan hidup sampai sekarang. Harta Mama yang paling berharga. Anak Mama."

"Yudhis... Bohongin Atar, Ma. Dia... Dia anak..." tenggorokan Antariksa terasa tercekik tidak bisa meneruskan perkataannya.

"Mama tau. Kamu gak perlu jelasin lagi," ujar Mamanya lalu memeluk Antariksa.

Lelaki itu tidak pernah merasa sangat hancur seperti sekarang. Dia tidak mengerti, kenapa semua seperti menyerangnya secara bersamaan seperti sengaja membuatnya hancur. Antariksa memeluk erat Riana dengan air mata yang membasahi pipinya untuk pertama kali setelah mengeluarkan berbagai emosinya sebelum ini. Rasanya lega dia masih memiliki seseorang untuk bersandar. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kalau tidak ada Mamanya di dunia ini.

Antariksa (JUPITER SERIES #1) [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang