Chapter Three - Secret Shelter

1.3K 197 17
                                    

Krist menunggu Singto di tempat biasa sejak sore hingga malam, namun sangat aneh, ini adalah pertama kalinya dalam dua tahun pria itu tidak dapat ditemukan di mana pun di sekitar kampus. Dia juga tidak bisa menemukan anjing-anjing liar yang dipelihara oleh Singto, dia bertanya-tanya apakah mereka telah pindah ke tempat baru atau mungkin terjadi sesuatu.

Krist merasa gelisah dan duduk di lantai, menatap plastik berisi sandwich dan susu sambil bersandar di kursi taman, melihat orang-orang mondar mandir tanpa minat.

Perasaan Krist jadi tidak enak dan berdebar-debar, dia berharap semuanya akan baik-baik saja, mungkin pria itu sakit dan beristirahat di rumah. Namun ia ingat, Singto mengatakan kepadanya bahwa ia tidak punya rumah, jadi ke mana Singto mungkin pergi.

Tanpa sadar Krist memperhatikan beberapa orang yang sepertinya kembali ke taman dua kali hingga tiga kali sejak siang, seolah mereka sedang mencari sesuatu.

Krist merasa curiga dan terus menatap apa yang mereka lakukan dari jauh.

Tiba-tiba salah satu dari mereka menoleh padanya, dan Krist dengan cepat mengalihkan pandangannya, pria yang mencurigakan itu lalu membisikkan sesuatu kepada rekannya dan berdiskusi sambil melihat ke arah Krist.

Berikutnya, dua orang berjalan menuju Krist dengan langkah lebar, namun Krist tidak merasa curiga atau takut. Dia hanya duduk diam di tempat dan bahkan tidak beranjak atau lari, karena dia berpikir bahwa situasinya akan lebih bahaya jika lari, jadi Krist berusaha bersikap normal, walaupun sebenarnya jantungnya berdegup kencang dan berdoa dalam hati agar mereka tidak menargetkannya.

Sayangnya doanya tidak di dengarkan, orang-orang yang mencurigakan itu benar-benar mendekatinya, menariknya bangun dan memaksa untuk membawanya ke sebuah bangunan kosong yang terletak tidak jauh dari kampus yang dulunya adalah bekas gedung sekolah dasar hingga menengah beberapa tahun yang lalu.

Krist sangat ketakutan, dia bahkan tidak bisa berteriak atau bereaksi atas apa yang terjadi, dia hanya mengikuti mereka tanpa perlawanan dan tidak berpikir bahwa mungkin dia akan mati atau lebih buruk. Krist hanya merasa curiga tentang siapa mereka, apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka inginkan dengannya.

Di dalam gedung, tepatnya di salah satu ruangan yang hanya diterangi lampu portabel, mereka melepas semua pakaian Krist dan menggeledah tubuhnya, tetapi pada akhirnya tampak kecewa dan melemparkan pakaiannya kembali ke Krist.

Krist dengan cepat mengenakan pakaiannya kembali dan syok, tetapi dia lega karena mereka tidak melakukan apa pun padanya selain menonton.

"Dia...bersih!" Salah satu dari mereka melaporkan dengan gemetaran, dan langung ditendang oleh seorang pria tampan di sana yang sepertinya adalah bos atau pemimpin mereka, dan semacamnya.

"Bagaimana bisa kau melakukan kesalahan?!"

"K-karena, dia sepertinya memperhatikan kita saat di taman, jadi kupikir..."

Pria besar itu mencengkeram rahangnya dengan kuat dan berkata dengan sinis. "Karena kau bertsikap mencurigakan, itu sebabnya!"

"A-apa maksudmu?"

"Lihatlah dirimu di cermin, dan kau akan tahu apa yang kumaksud!" ia melempar orang itu dengan kasar ke lantai sambil mendengus kesal dan menoleh pada Krist.

"Siapa kau? Siapa namamu?!"

"K-krist..."

"Nama keluargamu!"

"R-rojnapat..." Krist menjawab dengan gugup, dia mencoba menebak siapa pria ini, meskipun ukuran tubuhnya rata-rata dibanding semua orang di sana, tetapi tampaknya ia memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk memerintah semua orang di sana.

Bahasa Indonesia - Last Chapter of My Story - ENDWhere stories live. Discover now