Chapter Four - Special Lunch

1.3K 186 20
                                    

Hari ini, kakak tertua Krist dan suaminya yang merupakan kepala polisi berkunjung untuk makan malam bersama keluarga.

Kane Theeradej, 45 tahun, diangkat sebagai kepala polisi setelah berhasil menumpas sekelompok pengedar narkoba dan membunuh kepala bandit di dekat Segitiga Emas Sungai Mekong sekitar 8 tahun yang lalu.

Setelah makan malam, abang iparnya datang untuk mengobrol dengan Krist sambil menunggu makanan penutup.

"Apa kabar?" tanyanya kepada Krist, lalu duduk di samping pemuda itu.

"Aku baik-baik saja, Phi!" Krist menjawab dengan melirik sekilas sambil asik memainkan ponselnya.

"Bagaimana kuliahmu?"

Krist mematikan layar ponselnya lalu menoleh pada pria itu. "Apakah kau bertanya tentang nilaiku?"

"Salah satunya..." ia tersenyum dan menambahkan. "Apakah kau menemukan...hal-hal yang tidak biasa di kampus?"

Krist mengangkat alisnya dan bingung. "Apa maksudmu dengan...hal-hal yang tidak biasa, by the way?"

"Maksudku...sesuatu atau seseorang yang biasanya tidak terlihat di lingkungan kampus..."

"Spesifiknya?"

Kane memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman dan mengganti pertanyaannya. "Aku dengar kau menolong seorang tunawisma satu bulan yang lalu, apakah kau mengenalnya?"

Krist mematung seketika, namun otaknya berputar sendiri mencoba menebak kenapa pria di depannya menanyakan hal itu tiba-tiba, apakah abang ipar ke-2 nya yang memberitahunya soal itu.

Krist ingat sekitar satu minggu yang lalu abang iparnya yang kedua juga menanyakan hal yang sama, ia memintanya untuk membawa Singto ke rumah sakit lagi untuk pemeriksaan lanjutan dengan alasan ia menemukan gejala yang tidak biasa dari hasil akhir diagnosis.

Kemudian keesokan harinya, Singto menghilang, karena itu ia mengira pria itu telah mati

"Apakah P'Pakorn yang memberitahumu?" Tanya Krist pria yang lebih tua.

"Anggap saja iya, jadi apakah kau benar-benar mengenal pria malang itu?" Kane mengulang pertanyaannya. "Apakah kau tahu di mana biasanya ia terlihat di sekitar kampus?"

"Tidak." Jawab Krist singkat. "Untuk apa kau menanyakannya?"

"Er ..." ia berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Krist. "Aku mendapat beberapa laporan yang mengatakan bahwa keberadaannya mengganggu bagi beberapa mahasiswa, jadi kupikir, aku perlu mengambil tindakan untuk menanggapi laporan..."

"Sungguh? Apa rencanamu setelah kau menemukannya?"

"Aku..." dia paused sejenak. "Mungkin aku bisa mengirimnya ke tempat penampungan bagi para tunawisma, memberinya pekerjaan, pelatihan, semacamnya...bagaimana menurutmu?"

"Itu ide bagus, tapi sayangnya aku hanya bertemu sekali dengannya dan tidak pernah melihatnya lagi, dan aku tidak berpikir keberadaannya adalah masalah atau ancaman, aku tidak pernah mendengar rumor soal itu itu di kampus, apakah kau yakin laporan yang kau terima itu benar?"

"Kenapa kau terdengar seperti mencoba melindunginya?"

"Panggilan sosial, bisa kubilang!" Sesumbar Krist dengan penuh percaya diri.

Tiba-tiba Krist ingat bahwa hari ketika Singto hilang adalah pada hari yang sama ketika sekelompok orang yang mencurigakan muncul di taman dan menculiknya.

"Apakah kau tahu bahwa akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang mencurigakan berkeliaran di sekitar taman dan menculik orang?"

"Sungguh? Aku tidak mendapatkan laporan apapun, apakah kau memiliki saksi?"

Bahasa Indonesia - Last Chapter of My Story - ENDWhere stories live. Discover now