Chapter Eighteen - Jail of Love

1K 145 9
                                    

Krist mematung di depan pintu sel sejenak sebelum melangkah masuk dengan menyeret kakinya, ia memindai ruangan ukuran 3x2 m yang gelap itu dengan ekspresi blank, ini adalah pertama kalinya ia dipenjara atas permintaan sendiri, apakah ia benar- benar bodoh pikirnya.

"Kau menyesal?" tanya Singto yang membuatnya terenyak seketika.

"T-tidak..." sahut Krist cepat. "Siapa takut? Toh, bukan ke neraka ini, hanya penjara..." gumannya pelan sambil menggerutu, lalu berjalan dan duduk di atas ranjang, tetapi ia segera melompat bangun saat ranjang besi tersebut mengeluarkan bunyi, seolah – olah akan roboh.

"Kau baik – baik saja?" tanya Singto dengan cemas melihat reaksinya.

"Ya...a-aku sedang menyesuaikan diri...setidaknya tempat ini lebih baik dari bangunan sekolah..." ujar Krist mengomentari ruangan tersebut. "Kekurangannya hanyalah tempat ini sangat sempit, bahkan toilet di rumahku lebih besar, ditambah lagi kita harus tidur dengan menghirup aroma toilet sepanjang malam, yang benar saja?!" protesnya sambil menunjuk kloset duduk di dekat ranjang.

Singto kembali tertawa mendengar komentarnya.

"Maaf..." ujar Singto tiba - tiba.

"Aw, tidak perlu! Toh aku sendiri yang ingin dipenjara..."

"Aku minta maaf karena telah meninggalkanmu saat kau sedang terluka waktu itu tanpa pamit dan kupikir kita tidak akan bertemu lagi..."

Krist mematung sejenak dan menyipitkan matanya dan menatap Singto serius, lalu berkata.

"Kau mencampakkanku begitu saja dan pergi, sekarang kau berharap aku memaafkanmu hanya dengan sepatah kata 'maaf'?"

"Hah?" Singto mematung dengan ekspresi tercengang.

"Kau akan membayar untuk itu..."

"A-aku..."

Krist menghela nafas panjang dan melanjutkan. "Aku hanya bercanda! Lupakan itu!" ia tertawa.

"By the way bagaimana caranya kau bisa ada di rumah itu? Apakah mereka menculikmu atau menipumu?" Krist mengganti topik pembicaraan dan berpikir sejenak, ia merasa penasaran.

"Tunggu! Mr. Throngphasom adalah suami ibumu saat ini, apakah itu berarti kau mengenalnya? Karena itu kau memberitahukan koordinat padanya?"

Singto menceritakan pada Krist apa yang terjadi setelah ia memutuskan untuk pergi mencari lokasi koordinat sendirian, ia tidak menyangka bahwa dirinya diikuti, ia lalu ditangkap oleh beberapa orang yang mengaku polisi dan dibawa ke post, kemudian diinterogasi dengan kasar.

Selanjutnya ketika sadar, ia telah berada di kediaman Throngphasom dan bertemu Pakorn yang membantu merawat lukanya.

"Aku diberitahu bahwa Mr. Throngphasom menjaminku keluar penjara saat di Qiang Rai, dia juga berjanji akan mempertemukanku dengan ibuku dan mengembalikan identitasku..."

"Kau percaya padanya?"

"Aku tidak tau..."

"Well, motifnya sangat jelas! Dia mencarimu selama ini untuk mendapatkan koordinat lokasi helicopter, aku yakin setelah mendapatkan apa yang ia cari, selanjutnya ia akan menguburmu hidup – hidup!"

"Dia bisa saja membunuhku setelah mendapatkan koordinatnya, tetapi ia tidak melakukannya..."

"Well, mungkin saja dia punya rencana lain, siapa tahu?" Krist mengangkat alisnya dan merasa ada sesuatu yang mencurigakan, lalu mengganti topik pembicaraan. "Aku merasa, semua ini tidak sesederhana itu, apakah motif penculikan, pembunuhan, pengejaran, hanya untuk mencari...harta karun? Bukankah itu konyol?"

Bahasa Indonesia - Last Chapter of My Story - ENDWhere stories live. Discover now