Chapter Twenty Six - Final Investigation

965 121 13
                                    

Krist sudah menghilang selama lebih dari 36 jam, ponselnya tidak bisa dihubungi, dan tidak ada yang melihatnya. Singto seakan kehilangan akal sehatnya, ia sangat menyesal telah mengatakan hal – hal yang konyol tentang masa depan.

Singto memberikan hasil tes DNA Kwang pada Kane, yang akhirnya menjawab kecurigaan Kane kenapa Kwang terkesan berusaha melindungi keluarga Kasetsin. Singto juga memberitahu Kane semua yang ia ketahui. Ia sudah tidak perduli Kane berkongkol dengan Pakorn dan Kasetsin untuk menculiknya dulu, ia hanya ingin segera menemukan Krist.

Kane menduga seseorang telah menyandera Krist, ia pun kembali menemui Kwang dan mengabarkan berita kehilangan Krist padanya, sekaligus mencari petunjuk tentang siapa yang mungkin telah menculik Krist.

Kwang syok seketika saat mendengar berita tersebut, ia juga seakan kehilangan separoh jiwanya dan seketika di serang perasaan panic, namun ia berusaha untuk tidak menunjukkan emosinya untuk menghindari kecurigaan Kane.

Kane lalu menunjukkan hasil tes DNA pada Kwang untuk mengetahui responnya. Meskipun Kwang menunjukkan reaksi kaget, namun ia tidak menyangkal hal tersebut, ia pun menceritakan bagaimana ia menukar identitasnya dengan seorang gadis imigran yang bekerja di rumahnya, dan rencananya kawin lari bersama kekasihnya yang berujung tragedy.

Selain terjebak di camp, kekasihnya juga meninggalkannya dalam kondisi hamil, ia lalu melahirkan di dalam penjara dan kehilangan putranya di hari yang sama.

Kwang mendorong kursi rodanya ke sisi jendela dan memandang keluar sejenak, lalu memejamkan matanya dan menghirup nafas dalam – dalam, mencoba mengingat kembali trauma masa lalunya.

"Aku menunggu selama dua tahun di antara hidup dan mati, dan tidak berani berharap bahwa ia akan kembali menyelamatkanku apalagi bermimpi bisa kembali ke Bangkok, sampai Nattakan tiba..."

"Setelah menginjakkan kakimu kembali di Bangkok apakah kau tidak mencoba mencarinya?"

"Aku menderita luka bakar serius saat di selamatkan oleh sekelompok petani ganja dari sungai Mekhong, sebelum Nattakan menemukanku dan membawaku ke Bangkok untuk mendapatkan perawatan intensive..."

Ia menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan.

"Setelah sembuh, aku mengalami trauma dan kondisi mentalku tidak stabil, aku tidak yakin Aung Min masih mengingatku atau senang bertemu denganku dengan kondisi seperti, atau sebaliknya ia berharap aku sudah mati..."

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Karena ia tidak ingin ada yang mengetahui rahasia kami..."

"Rahasia...kalian?"

Kwang menimbang sejenak lalu mencoba berdiri dengan susah payah, Kane hendak menolongnya, namun ia segera menepis tangan pria itu. Sambil bertumpu pada sisi jendela, ia kemudian memutar tubuhnya membelakangi Kane.

Kane mengangkat alisnya bingung, mencoba menebak apa yang ingin dilakukan wanita itu.

"Jangan mendekat!" pintanya pada Kane, dan tampak ragu sejenak sebelum menggerakkan tangannya yang gemetaran ke arah pinggang, dan menarik turn celananya hingga ke lutut, menunjukkan tato bekas luka seperti seperti di cap dengan besi panas di bokongnya, seperti Singto.

Kane membelalakkan mata lebar dan terkejut.

"A-apakah Nattakan yang melakukan itu padamu?" tebak Kane sambil menelan ludahnya berat.

Kwang menggelengkan kepalanya dan membalas. "Aku mendapatkan tato bekas luka ini aku saat berada di camp, Pakorn juga memilikinya namun dengan angka yang berbeda..."

"Maksudmu..."

"Ini adalah nomor identitas yang berfungsi sebagai kode registrasi mulai dari pengisian narkoba ke dalam tubuh sandera hingga proses transaksi selesai, sekaligus untuk memudahkan pelacakan seandainya sandera tiba – tiba melarikan diri..."

Bahasa Indonesia - Last Chapter of My Story - ENDWhere stories live. Discover now