Chapter Ten - Unplanned Date

1K 160 9
                                    

Setelah kembali ke rumah, hal pertama yang dilakukan oleh Krist adalah menggambar tato Singto di atas kertas, dan mencoba memecahkan codenya, ia mendapatkan nomor series acak '201440' dan '180852', namun ia tidak tau apa maksud dari nomor seri tersebut.

Krist kemudian mengetikkan nomor tersebut ke dalam search engine bar dan menekan enter, ia menemukan beberapa page acak yang berkaitan dengan kedua nomor seri tersebut, dan mencoba menganalisa hubungan hasil artikel dari kedua nomor seri tersebut, namun ia tidak menemukan petunjuk apapun.

Krist akhirnya menyerah dan melemparkan dirinya ke atas kasur, memejamkan matanya, mencoba mengingat – ingat, dimana ia pernah melihat pattern tato yang mirip seperti itu sebelumnya.

Sejenak kemudian, ia teringat pernah melihat pattern tersebut di dinding rumah lamanya, Ban Laem, Bang Plama Distrik, Propinsi Suphan Buri arah Barat laut dari Bangkok. Rumah tersebut merupakan peninggalan kakeknya, yang setelah pensiun dari tentara membeli sebidang tanah seluas ribuan hektar dan bercocok tanam, namun sayangnya setelah kakeknya meninggal, tanah tersebut berubah menjadi lahan liar.

Krist pun memutuskan untuk kembali mengunjungi kampong halamannya dan mencari petunjuk yang mungkin berhubungan dengan kakeknya.

Awalsnya Krist ingin menggunakan alasan projek kuliahnya untuk melakukan studi banding keluar kota, sayangnya ia tidak punya teman yang bisa di ajak kerjasama untuk berbohong. Krist akhirnya meminta bantuan Pat, karena satu – satunya orang yang ia percaya tidak memiliki niat jahat padanya hanyalah gadis itu, ditambah lagi mereka berasal dari kampung halaman yang sama.

"Kau ingin aku berbohong pada orang tuamu dengan mengajakmu ke Suphan Buri untuk mengunjungi kampong halamanku?" Pat bertanya tidak percaya.

"Well, kupikir itu alasan yang masuk akal, bukankah begitu?"

"Tetapi ini bukan musim liburan....alasan apa yang akan kukatakan pada kedua orang tuaku, jika tiba – tiba aku pulang kampong?"

"Bulan depan adalah festival Cheng Meng, bilang saja kau ingin mengunjungi kuburan kakek dan nenekmu!"

"Bukankah kakekmu juga di makamkan disana? Kenapa kau tidak menggunakan alasan itu?"

"Aku tidak kenal dengan kakekku, jika tiba – tiba aku bilang ingin menjiarahi makamnya, bukankah itu mencurigakan?"

"By the way, untuk apa kau kembali kesana?"

"Untuk menziarahi kakekku..."

Pat melongo dan terbengong – bengong, "A-aku tidak mengerti...tapi kau bilang kau tidak kenal dengan kakekmu..."

"Karena itulah aku ingin menziarahinya, kebetulan musim Cheng Meng, sejak pindah ke Bangkok, aku yakin tidak ada lagi yang merawat dan membersihkan kuburannya, bagaimana pun dia adalah kakekku, aku ingin mengenalnya!"

"Kenapa tiba – tiba?"

"Aku pernah mengatakan padamu bahwa aku ingin menjadi tentara, dan ternyata passion tersebut mengalir di dalam darahku, aku percaya itu berasal dari kakekku..." ia berhenti sejenak dan memasang wajah murung, "Meskipun orang - orang mengatakannya pengkhianat, tapi aku yakin kakekku adalah tentara yang hebat dulunya, sayang sekali aku tidak pernah mengenalnya..."

"Lalu kenapa kau tidak mengatakan alasan yang sebenarnya pada kedua orang tuamu?"

"Well, ayahku sangat membenci kakekku karena apa yang ia lakukan, jika aku mengatakan alasanku yang sesungguhnya, aku yakin ayahku pasti tidak akan mengijinkannya!"

Pat merespon dengan mengangguk.

"Tetapi..." tiba – tiba gadis itu tampak ragu – ragu sejenak. "Kau yakin alasan ini cukup masuk akal? Maksudku, tidak ada angina tidak ada hujan, tiba – tiba saja aku ingin berziarah ke makam kakek dan nenekku...ini..."

Bahasa Indonesia - Last Chapter of My Story - ENDWhere stories live. Discover now