Chapter 28 - Gunfire

74.7K 2.2K 35
                                    


Saat ini Freya sedang membereskan semua pakaiannya dan memasukkannya kedalam koper. Lalu ia langsung menarik koper bewarna navy miliknya keluar kamar.

Ia menuruni anak tangga sambil menenteng 1 koper dan 1 tas slempang miliknya. Dia akan meninggalkan mansion ini. Hingga saat ia sudah berada dilantai satu, tiba-tiba ada tangan yang menarik pegangan koper itu.

"Fre, kumohon jangan seperti ini. Kita selesaikan semua ini dengan baik-baik" ucap Calvin dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Aku tidak bisa, jadi biarkan aku pergi dari sini" ucap Freya tanpa menatap mata Calvin.

"Tidak, kau tak boleh pergi dari sini. Fre..kumohon dengarlah penjelasanku" ucap Calvin dengan nada memohonnya.

"Biarkan aku pergi" ucap Freya masih dengan tidak menatap Calvin.

"Sudahlah biarkan dia pergi Vin, semuanya sudah jelas bukan? Jika kalian akan bercerai" ucap seseorang dari arah belakang Calvin.

Freya menatap wanita yang sekarang berada disamping Calvin sambil menggandeng tangannya. Ia sangat sakit hati melihat Freya menarik napasnya panjang lalu. "Mengenai surat perceraian, kau tak perlu mempermasalahkan itu. Pengacaraku akan tiba 3 hari lagi dihadapanmu" ucap Freya sambil berusaha kuat didepan dua orang ini. Padahal hatinya sangat hancur jika mengucapkan kata kata ini.

"Bagus, semakin kalian cepat bercerai. Semakin cepat pula aku menikah dengannya" ucap Lexa sambil tersenyum smirk.

Freya lalu pergi dari hadapan kedua orang itu. Dia berjalan keluar mansion dengan lesu. Dia tak tahu kemana tujuannya saat ini.

------

"Semua ini gara-gara kau Lexa! Semua kebahagianku diambil dengan semua kelicikanmu itu" ucap Calvin sambil mengepalkan tangannya.

"Apa maksudmu sayang? Ini memang kenyataannya jik-"

"Tutup mulut busukmu itu! Kau tak perlu mengelak. Aku sudah tahu semua kebusukanmu. Semua bukti sudah berada ditanganku. Kujamin kau tak akan bisa berkata-kata lagi jika tahu semua bukti ini" ucap Calvin sambil menunjukkan sebuah cip kecil yang bewarna hitam dihadapannya.

"Ini bukan cip yang berisikan bukti-bukti biasa. Ini bukti-bukti yang sangat luar biasa" ucap Calvin dengan wajah devilnya.

"A-apa maksudmu?" tanya Lexa yang mulai berbicara gelagapan dan berkeringat dingin.

"Masuk" ucap Calvin sambil menyuruh seseorang masuk kepembicaraan mereka berdua.

Lalu yang masuk adalah 'Kent'. Dengan keadannya yang sudah babak belur karna dipukuli oleh para bodyguard Calvin.

Lexa terkejut karna melihat Kent yang sudah sangat mengenaskan keadannya saat ini. Dia terlihat menjadi gemetaran karna melihat kejadian dihadapannya.

"B-bagaimana b..bisa?" gumam Lexa yang terdengar seperti pertanyaan ditelinga Calvin.

"Kau bertanya bagaimana bisa aku mengetahui semua ini? Itu sangatlah mudah bagiku, dengan melihat cip ini semua kebusukan kalian sudah tebongkar" ucap Calvin dengan nada arrogantnya.

"Apa kalian sudah merasa puas dengan semua ini!!?" ucap Calvin dengan meninggikan suaranya.

"Jika sudah, akan kuhabisi kalian berdua saat ini juga" ucap Calvin lalu sambil mengambil pistol yang ia simpan dibelakang pinggangnya.

"Apa ada kata-kata terakhir?" tanya Calvin sambil menodongkan pistolnya kearah kepala Kent.

"D-dasar! K..kalian s-...ssemua be..de..bah"

"Dorrrrrr" bunyi suara tembakan yang menggema diseluruh ruangan mansionnya.

Lexa terduduk lemas melihat semua ini. Ia tak tahu jika membuat masalah dengan Calvin, semuanya akan menjadi seperti ini. Dia sangat menyesal.

"Dan kau.. Akan menjadi yang selanjutnya" ucap Calvin dengan senyum devilnya.

"T-tidak jangan lakukan itu" ucap Lexa sambil memundurkan duduknya.

Lalu dengan tiba-tiba terlihat Freya yang membuka pintu mansion dengan tiba-tiba. Ia terlihat sangat tergesa-gesa karna mendengar bunyi tembakan yang berasal dari mansion yang baru saja ditinggalinya.

Freya pov

Aku sangat bingung harus kemana saat ini. Aku sudah lima menit berdiri diambang pintu pagar amnsion karna bingung harus kemana. Lalu saat aku menemukan tujuanku yaitu ke apartement dan hendak membuka pintu pagar, aku mendengar bunyi tembakan dari dalam mansion.

Aku pun sangat terkejut, apa sudah terjadi sesuatu dengannya karna aku meninggalkannya. Pikiranku sudah berkecamuk kemana-mana.

Lalu aku berlari masuk kedalam mansion dengan tergesa-gesa dengan meninggalkan koperku diambang pintu pagar. Aku tak peduli jika sata ini koperku akan hilang atau apa. Yang terpenting saat ini adalah Calvin, hanya dia yang ada didalam pikiranku.

Aku pun membuka pintu mansion dan semua mata tertuju kepadaku. Sontak aku terkejut karna yang kukira mati itu adalah Calvin, tetapi bukan, bukan Calvin yang tertembak tapi seorang pria yang sudah tersungkur dihadapannya.

Dan aku melihat Lexa yang sudah terduduk lemas disana. Calvin menatap kearahku, ia lalu tersenyum tanpa ada rasa bersalah pun karna telah menembak pria yang sudah tersungkur itu.

"Kau kembali Fre" ucap Calvin sambil menunjukkan senyum hangatnya.

Aku berjalan mendekat kearah mereka. Aku ingin melihat siapa orang yang telah dibunuh itu. Sata aku mendekati jasad itu, ternyata dia Kent. Aku sontak sangat terkejut. Dia saat ini sangatlah mengenaskan tidak hanya kepalanya saja yang sudah ditembaki. Tapi semua anggota tubuhnya kurasa telah dipukuli oleh beberapa bodyguard Calvin.

Freya pov end

"Kenapa kau melakukan ini semua?" tanya Freya sambil menatap Calvin.

"Aku hanya ingin membalas dendamku. Karna dia telah bekerja sama dengan wanita itu" ucap Calvin.

"M-maksudmu?" tanya Freya yang tak mengerti dengan perkataan Calvin.

"Ya, dia bekerja sama dengan wanita jala*g itu untuk menghancurkan hubungan kita" ucap Calvin sambil memandang rendah kearah Lexa.

Freya menutup kedua mulutnya. Ternyata Lexa benar-benar licik ternyata ia benar terpercaya akan semua tipuan ini.

"J-jadi semua ini ulahnya?" tanya Freya. Calvin hanya menganggukkan kepalanya.

Namun dengan tiba-tiba ntah sejak kapan Lexa sudah berdiri dibelakang Freya saat ini. Dia membekap tubuh Freya dari arah belakangnya dan menodongkan pistol kearah dikepalanya.

Para bodyguard pun langsung menodongkan pistolnya kearah dimana Lexa menyandra Freya.

"Jangan mendekat! Jika kau mendekat, dengan otomatis dia akan tertembak" ucap Lexa dengan senyum jahatnya sambil menyuruh Freya untuk berjalan mundur meniaki anak tangga.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan dia!" ucap Calvin sambil melangkah maju.

"Selangkah lagi kau maju, kujamin dia tak akan hidup, dan suruh anak buahmu untuk menjatuhkan senjatanya" ucap Lexa masih dengan menaiki anak tangga.

Calvin pun memberhentikan langkahnya lalu memberi aba-aba kepada bodyguardnya untuk menurunkan pistol mereka. Lalu para bodyguard dengan ragunya menurunkan pistol mereka secara bersamaan.

Calvin pun menatap Freya yang sudah dibanjiri dengan air matannya. Calvin tak tega melihat semua ini, istrinya tengah disandra, tetapi ia tak dapat berbuat apa-apa.

Lexa pun sampai dilantai dua masih dengan menodongkan pistolnya kearah Freya. "Jika kau ingin dia hidup, maka kau harus berjanji tidak akan membunuhku" ucap Lexa.

Calvin langsung mengiyakan ucapan Lexa, dia tak mau jika sesuatu yang buruk menimpa istrinya. "Baiklah, aku tidak membunuhmu. Kau boleh pergi dan aku tak akan mengganggumu atau mengusik kehidupanmu" ucap Calvin sambil menaruh pistolnya dibelakang pinggangnya.

Lexa pun tersenyum sumringah, lalu ia kembali membawa Freya menuju ambang tangga dan langsung mendorongnya. Calvin pun sangat terkejut lalu...

Dorr......dorr

To be countinued!

The Cold Husband✅Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu