ii. Kim Minkyu: I am alone in the coldness

376 50 40
                                    

ADIK KELAS yang tadi berada di bus (aku bisa tahu ia adik kelas dari dasinya yang berwarna hijau)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ADIK KELAS yang tadi berada di bus (aku bisa tahu ia adik kelas dari dasinya yang berwarna hijau). Entah mengapa aku teringat dengannya. Kalian salah jikalau mengaitkan ini dengan cinta pandangan pertama. Sebab aku tidak percaya dengan hal itu. Adik kelas tadi, terlihat seperti memiliki beban hidup yang harus dipikul dan bebannya begitu berat. Berbincang kepadanya, bertanya ada apa, mungkin bisa membantunya dan meringankannya. Akan lebih baik jikalau aku mampu memberi solusi. Tapi aku sadar diri, aku belum tentu bisa memberi solusi, dan juga aku hanya orang asing. Tidak lebih.

Jeongin yang duduk di sampingku, menepuk bahuku. Mengalihkan pemikiranku tentang si adik kelas.

"Seonsaengnim memanggilmu dari tadi."

Lalu aku sadar setiap pasang mata menatapku, ada berbagai macam tatapan di sana. Ada yang bertanya kenapa, ada yang khawatir, ada juga yang menantikan hal untuk dilihat (siapa tahu aku akan dimarahi guru).

"Minkyu, kau kenapa? Biasanya kau yang paling antusias. Apakah kau sakit?" Betapa perhatiannya Choi-seonsaengnim. Setiap murid tahu, guru-guru pada umumnya pilih kasih. Jikalau terharap murid yang mereka tidak suka, mereka akan membentak beberapa akan bermain fisik. Tetapi jikalau kepada murid yang mereka suka, mereka akan perhatian. Terutama dengan murid yang memiliki tata krama dan prestasi yang baik. Dan aku memiliki keduanya.

"Tidak, seonsaengnim. Saya hanya sedikit kelelahan, tapi saya masih bisa mengikuti pelajaran seonsaengnim," jawabku tersenyum seraya menyipitkan netra. Tiada yang tahu bahwa aku berbohong.

"Kalau tidak baik-baik saja, ke UKS ya."

"Iya, seonsaengnim."

Lalu, pelajaran yang sempat terhentikan mulai dilanjutkan seperti biasa seakan tiada hal yang terjadi.

Aku menyobek kertas, menjadi bagian yang kecil. Menulis sejumlah aksara yang membentuk puisi, hanya isi otakku. Aku bahkan tidak tahu ini bisa dikategorikan dalam puisi atau tidak. Dan aku tidak tahu pula apa yang kurasakan sekarang. Setelah memikirkan tentang adik kelas tadi, aku merasa hampa. Padahal pelajaran sedang berlangsung, seharusnya sekarang aku menyimak: sebagaimana caranya perang dingin terhadap negara tetangga terjadi. Tapi aku memilih mengabaikan, mengisi kertas dengan berbagai kata pilihan. Belum tentu yang baca mengerti maksud dariku. Hei, apakah aku minta dimengerti? Tidak, aku tidak tahu. Aku hanya ingin menuang kehampaan ini. Memberitahu dunia lewat secarik kertas kecil. Haha, bagaimana cara kau menuang kehampaan? Hampa yang berarti kosong, tiada isi dan apa yang ingin kau tuang, Kim Minkyu? Aneh. Aku tidak mengerti perasaan ini. Kalau ingin menjabarkannya:

Aku merasa tersesat.

Padahal tiada yang aneh dariku. Tapi justru karena itulah makanya aneh. Nilai akademikku sempurna, non-akademik juga, secara fisik aku tidak ada yang cacat, keluargaku juga baik-baik saja, aku juga mampu melakukan segala hal dengan baik. Hanya saja aku merasa hilang. Kehadiranku seakan menipis.

Flutter of Cherry Blossom ✓Where stories live. Discover now