xxiii. Song Hyeongjun: Dance like those petals waving in the breeze

193 28 15
                                    

AKU TIDAK tahu sejak waktu berapa tepatnya, aku terlelap memeluk bantal sofa milik ruang tamu Minkyu-hyung--serta tertidur di sofanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

AKU TIDAK tahu sejak waktu berapa tepatnya, aku terlelap memeluk bantal sofa milik ruang tamu Minkyu-hyung--serta tertidur di sofanya. Aku terbangun tatkala Minkyu-hyung menyelimutiku dengan sehelai selimut cokelat berbulu lembut. (Jeongin-hyung tidur di sofa kecil, meringkuk layak bayi, lucu. Sedangkan Ryujin-sunbaenim tidur di kamar Minkyu-hyung. Katanya Jeongin-hyung, Ryujin-sunbaenim tidak tahan dingin jadi jikalau bisa diberi tempat yang paling hangat.)

"Eumh ...." Aku mengucek netraku. Kini aku dapat membayangkan rautku bagaikan emotikon garis sambung, garis bawah, garis sambung. "Jam berapa, Hyung?"

"Dua." Minkyu-hyung berusaha membuatku tertidur, diam-diam aku bertanya apakah ia merasa bersalah sebab telah membangunkanku? "Tidur dulu ya." Ia menepuk-nepuk bahuku pelan, cara membujukku tuk tertidur layak ibuku dulu pada saat aku masih kecil. Nyaman. Netraku mulai tertutup.

"Hyung kayak Eomma," ujarku.

"Bagian mananya?"

"Dulu pas aku kecil, aku susah sekali tidur. Jadi Eomma selalu membawaku ke kamarnya, tidur bersama, lalu menepukku sampai tertidur. Sesekali mengusap rambutku." Tanpa kusadari senyumanku mengembang tatkala berujar demikian. Tangan Minkyu-hyung berada di puncak kepalaku, lalu mengelusnya.

"Begini?"

"Iya." Aku mengangguk.

"Hyeongjun kelihatannya senang banget." Aku dapat mendengar kelembutan nan hangat yang tersirat di dalam suaranya, aku menebak ekspresinya kini berupa senyuman. Ia tak tampak terganggu, walau aku membicarakan keluargaku. Mengingat kedua orang tua Minkyu-hyung baru saja bercerai.

"Habisnya masa anak-anak adalah masa terindahku. Aku memiliki apa pun yang kuinginkan di masa itu."

"Kalau aku ya ... masa awal kedua orang tuaku mulai tidak memperhatikanku itu masa SMP. Pas SD Eomma masih datang ke sekolah tuk ambil rapot, Appa masih bangga dengan segala prestasinya. Pada masa kanak-kanak, mungkin masa terbaikku bersama kedua orang tuaku. Tetapi ...."

"Hmm?" Aku membuka netraku.

"Menurutku kini bertemu dengan kalian adalah keajaiban. Mungkin memang kedua orang tuaku sudah memberikan masa terbaik pada saat kanak-kanak, tetap saja itu engga mengubah fakta mereka meninggalkanku. Aku kehilangan rumahku. Dan bertemu kalian, aku menemukan sebuah rumah baru. Rumah yang jauh lebih hangat ketimbang rumah sebelumnya. Dan aku bersyukur karena tidak semua orang yang kehilangan rumah dapat menemukan rumah baru dengan mudah. Oleh karena itu aku ingin memberikan sebuah rumah untuk orang-orang yang kehilangan sepertiku, tetapi aku engga yakin sebuah lagu bakal cukup." Minkyu-hyung tertawa canggung.

Seketika rasanya aku ingin memeluk Minkyu-hyung. Lalu menyampaikan rasa terima kasih karena menganggap diriku sebagai salah satu pemberi rumah yang hangat. Dulu, aku tidak menyangka akan ada saatnya diriku membantu seseorang. Aku selalu berteriak meminta tolong, ucapan tolong yang tak terucap. Aku selalu menganggap dirikulah yang butuh bantuan, hanya diriku. Tetapi kini segalanya berubah, bertemu mereka mengubahku. Aku tak hanya menerima bantuan, aku pun mampu mengulurkan tanganku tuk membantu seseorang.

Flutter of Cherry Blossom ✓Where stories live. Discover now