xix. Song Hyeongjun: Starting slowly tonight (c)

119 26 0
                                    

AKU BUKANNYA tidak tahu, bahwa fakta Jeongin-hyung menyukai seseorang

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

AKU BUKANNYA tidak tahu, bahwa fakta Jeongin-hyung menyukai seseorang. Hanya saja aku baru yakin tatkala Jeongin-hyung mengutarakan hal tersebut secara terang-terangan. Felix-sunbaenim tampaknya tak sadar. Dan kupikir situasi Jeongin-hyung juga sama denganku. Perasaan kami sepihak. Sebab, kini aku yakin sembilan puluh sembilan persen, jikalau pemuda berhoodie gelap yang mencium Hyunjin-sunbaenim kemarin adalah Felix-sunbaenim. Semburat menghiasi wajahku tatkala teringat kejadian itu. Aku masih ingat jelas, bagaimana jemari Hyunjin-sunbaenim menelusup di antara lekukan leher hoodie Felix-sunbaenim, dan kedua jemari Felix-sunbaenim yang memegang pipi serta surai Hyunjin-sunbaenim. Adegan itu berputar cepat, sampai di titik Jeongin-hyung mencengkeram bahuku. Diam-diam aku memegang bahu, rasa sakitnya seakan tertinggal.

"Siapa?" Felix-sunbaenim bertanya dengan wajah hangat terselimuti jenaka. Aku tidak tahu, mengapa ia menginginkan jawaban yang sudah kentara sekali. Ia seolah membuat Jeongin-hyung terpojok, aku tidak suka melihatnya (kupikir juga, aku tidak menyukai sarat perih yang menggelilingi dadaku. Aku membencinya).

"Aku sukanya sama--"

"Minkyu-ah, tolong belikan minuman sama Hyeongjun ya," ucapan Jeongin-hyung dipotong secara terburu-buru oleh Ryujin-sunbaenim. Dia mengambil dompet yang berada di meja tamu, memberikan beberapa ribu won pada Minkyu-hyung. Raut Ryujin-sunbaenim berupa khawatir, kini Ryujin-sunbaenim yang biasanya mudah sekali ditebak, aku jadi tak mampu menebaknya.

"Ayo, Hyeongjun-ah." Minkyu-hyung menarik lenganku agar diriku bangkit. Lalu, aku pun mengikutinya.

.

.

.

Kami berjalan sekitar sepuluh menit, menemukan sebuah toko swalayan. Minkyu-hyung memencet tombol agar pintu kaca terbuka. Kami berangsur ke area minuman dingin yang terjejer rapi di dalam kulkas. Minkyu-hyung mengambil beberapa minuman soda, memberinya padaku.

"Pegang dulu ya," katanya dan aku mengangguk. Gerakannya berhenti sejenak, ia memandangku ragu. Barangkali ia ingin mengutarakan suatu hal dan takut menyangkut privasiku.

"Erm ... Minkyu-hyung ada yang mau dikatakan?" Ia terkejut sedikit, kemudian berusaha untuk tenang. Minkyu-hyung berdeham.

"Ini agak pribadi, engga apa-apa?"

Aku mengangguk.

"Sebenarnya, kamu suka sama Jeongin, ya?"

Sontak wajahku memerah. Ya ampun, bagaimana ia bisa mengetahuinya? Apakah terlalu jelas? Sebenarnya aku sendiri tidak mengetahui secara pasti perasaanku, tetapi andaikan aku benar-benar menyukai (iya diriku masih menyangka bahwa ini rasa kagum penuh puja yang berlebihan) Jeongin-hyung .... Apakah perasaanku sekentara itu?

"Memangnya kelihatan kayak gitu ya?" Hawa panas masuk lebih cepat daripada dugaanku, otakku tak mampu berfungsi dengan baik. Dan aku bertanya-tanya apakah ia akan meledak. Benakku masih dipenuhi oleh pertanyaan, apakah yang kutunjukkan sejelas itu? Tiba-tiba aku merasa malu.

"Iya." Minkyu-hyung mengangguk. Kami menuju kasir, membayar tiga botol minuman yang dua di antaranya ada cola serta satu sprite. Tiada konversasi yang muncul tatkala kami berada pada perjalanan kembali, sampai di detik rasa penasaranku muncul.

"Jeongin-hyung tahu engga?"

"Erm ... kayaknya engga."

"Hah?" lontarku terkejut.

"Kenapa kaget?"

"Bukannya Jeongin-hyung peka banget ya?"

"Ah ...," Minkyu-hyung menengadah sejenak, lalu mengacak surainya sendiri. "Dia memang peka banget kok. Tapi," aku meneguk ludah karena penasaran dan agak gugup dengan kata-kata selanjutnya, "Jeongin itu engga peka kalau ada yang suka sama dia, karena dia pikir enggak mungkin ada yang suka sama dia."

"Kenapa begitu?"

"Karena menurut Jeongin sendiri, dia itu enggak pantas disukai, untuk segala hal-hal mengenai cinta kepercayaan dirinya langsung merosot."

Seketika aku ingin memukul Jeongin-hyung. Apanya yang tidak pantas disukai? Justru karena Jeongin-hyung terlalu pantas, makanya aku menyukainya. Segala kelembutan serta ucapannya yang terus terang, caranya menyemangati diriku yang tengah terpuruk, dan kehangatannya. Seharusnya ia tahu, sulit sekali untuk tak jatuh padanya. Bahkan kini aku berpikir diriku yang tak pantas di sandingkan dengan dirinya.

"Jeongin-hyung bego," bisikku.

Minkyu-hyung tersenyum tipis. "Iya, Jeongin memang bego banget."

Kami tertawa ringan. Namun, tawaku berakhir dengan cepat tatkala mendapatkan kedua pemuda yang tengah berada di taman. Satunya duduk di ayunan, dan satunya sedang berdiri di depannya, Jeongin-hyung dan Felix-sunbaenim. Felix-sunbaenim menunduk, membiarkan bibirnya terpaut sejenak dengan bibir Jeongin-hyung. Keduanya dibiaskan oleh cahaya jingga kemerahan milik senja.

Yang mana membuat hatiku teriris melihatnya.

.

.

.

Flutter of Cherry Blossom ✓Where stories live. Discover now