vii. Song Hyeongjun: Can't put my energy against it (b)

170 38 2
                                    

APA YANG harus kulakukan sekarang? Mematung? Kabur? Atau justru memperkenalkan diri? Song Hyeongjun, kau boleh kabur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

APA YANG harus kulakukan sekarang? Mematung? Kabur? Atau justru memperkenalkan diri? Song Hyeongjun, kau boleh kabur. Karena kau bahkan tidak mengajukan diri. Ingat, kamu ditarik. Kamu dipaksa. Kamu tidak ingin bergabung. Tinggal membungkuk lalu pergi. Sekian.

"Ryujin-ah, kamu bilang mau beli air kok malah yang datang orang, mana airnya?" Yang tengah membuka suaranya adalah Yang Jeongin-sunbaenim, bassist. Baru kali ini aku mendengar suaranya dalam artian berbicara. Ini luar ekspetasiku, karena awalnya kuyakin ia bukan tipe yang berujar dengan suara datar, setelah mendengarkan ia bernyanyi tatkala pengenalan klub. Ini adalah pendapatku secara pribadi, kalau dihitung popularitas siswa. Jeongin-sunbaenim terhitung biasa, bahkan banyak yang bilang jikalau ia banyak dikenal karena berteman dengan Ryujin-sunbaenim dan Minkyu-sunbaenim. Mungkin juga karena faktor Jeongin-sunbaenim adalah orang yang paling tertutup di antara mereka bertiga, nilai akademiknya pun standar--aku beranggapan demikian karena Minkyu-sunbaenim selalu dipanggil atas nama salah satu murid terpintar, namanya selalu terdengar mulai dari rancauan para gadis pecinta lelaki tampan sampai pada guru yang menyukai siswa pintar. Jikalau Ryujin-sunbaenim, dia terkenal karena selalu melakukan berbagai tindakan untuk membuat Ketua OSIS dongkol. Tidak hanya itu, dia juga mudah bergaul memiliki banyak teman, kebalikan dariku. Sedangkan Jeongin-sunbaenim merupakan yang paling biasa di antara mereka.

"Diam kamu," Ryujin-sunbaenim mendesis. "Ini anggota baru kita hari ini! Namanya ...." Suaranya mulai bersemangat kembali, namum di kata terakhir dia terdengar bingung. Lalu, dia terkekeh pelan. "Namamu siapa ya?"

"So-Song Hyeongjun."

"Kalau begitu Hyeongjun-hoobae adalah anggota baru kita!"

Tidak, aku tidak ingin bergabung!

"Sunbae, sebenarnya aku tidak ingin--"

"Wuooh, kalau begitu kita sudah bisa tampil nih pas festival musim panas?" Kali ini Minkyu-sunbaenim menyahut. Sejujurnya baru kali ini aku melihat netra menyembur binaran antusias. Biasanya ia hanya tampak sempurna, terlalu sempurna bahkan. Kesempurnaan yang membentuknya seperti patung, namun kali ini ia terlihat bagai bocah. Lebih hidup dibandingkan yang kuketahui. Lebih asing. Aneh, tipikal asing yang membuatku yakin bahwa ia ini manusia pada umumnya.

"Iya! Sudah ada anggota keempat, dia juga bisa main piano lho! Dia bisa jadi keyboardist kita!" kata Ryujin-sunbaenim, aku dapat melihat merah membara di netranya. Memang benar kata orang-orang dari matalah seseorang itu kelihatan hidup atau tidak. Tapi, aku masih tidak ingin bergabung!

"Ta-tapi sunbae ...." Mereka tidak menghiraukanku. Ryujin-sunbaenim bercengkerama dengan Minkyu-sunbaenim untuk membuat iringan kibor yang sesuai dengan lagu mereka. Mereka keasikkan. Tidak memperhatikanku, bolehkah aku kabur saja? Ya, sekarang waktumu untuk kabur Song Hyeongjun!

Hendaknya aku pergi secara diam-diam. Kuurungkan niatku karena Jeongin-sunbaenim mendekatiku. Menatapku lurus. Aku tidak tahu makna dari tatapannya.

"Kamu enggak dipaksa sama dia, 'kan?" Jeongin-sunbaenim menunjuk Ryujin-sunbaenim.

Iya, aku dipaksa!

Seharusnya aku berkata seperti itu, nyata suaraku tersekat. Tiada yang keluar.

"Kalau kamu dipaksa, mau keluar enggak apa-apa. Tuh anak memang kayak gitu." Ia menepuk-nepuk punggungku, tampak seperti ingin menenangkanku. "Enggak apa-apa, kamu enggak usah bersalah kalau keluar. Toh, kamu dipaksa juga." Kurasa Jeongin-sunbaenim adalah tipikal orang yang dapat mengerti isi hati seseorang tanpa perlu bertanya. Rasanya menenangkan bersamanya.

"YAH!" Ryujin-sunbaenim datang dan mencekik Jeongin-sunbaenim dengan sikunya. "KALAU DIA KELUAR, NANTI NASIB BAND KITA GIMANA, BEGO!"

"Enggak usah teriak, sialan!" Jeongin-sunbaenim membentak. Lalu, Ryujin-sunbaenim menyentilnya. "Apaan sih?!"

"Pfft, katanya tante kalau Jeongin ngomong kasar, pukul saja."

"Itu kamu kali!"

Dan aku melihat aksi Tom dan Jerry tepat di depan wajah. Mereka mengelilingi satu ruangan. Aku baru sadar betapa bebasnya suasana ruang band ini. Grafiti di dinding berisi kata-kata motivasi, logo band bertulisan SPLASH!!! dengan warna hitam sekujur merah, dan salah satu dinding yang berisi segala warna pelangi. Aku yakin itu tak dilukis, segala warnanya seakan disiram menyatu.

"Itu kita pakai pistol air untuk ngehiasnya." Aku terkejut karena Minkyu-sunbaenim tiba-tiba berada di sampingku. "Soalnya Ryujin bilang ruangan ini terlihat membosankan, butuh pelangi." Ia tersenyum lembut, tetapi antusias masih terpancar di sana. "Halo, aku Kim Minkyu."

Ya, aku tahu.

"Selamat bergabung!" Ia tersenyum lebar, netranya menyipit, tanda bahagia. Aku menolak untuk percaya bahwa diriku mampu membuat seseorang bahagia dan aku ragu bahwa diriku yang membuatnya bahagia. Aku ragu. Hei, Song Hyeongjun sejak kapan kau tidak meragukan dunia?

Akhirnya Tom dan Jerry berhenti. Mereka mengerumuniku, layaknya semut bertemu tatap dengan gula. Ryujin-sunbaenim memegang tanganku, menatapku penuh harap.

"Jangan keluar ya." Aku seperti sedang berhadapan dengan anak anjing kecil yang memohon agar tidak ditinggalkan. Minkyu-sunbaenim memancarkan isi hati yang sama dengan Ryujin-sunbaenim, sedangkan Jeongin-sunbaenim ... kurasa sama juga dengan mereka. Lagi pula, bagaimana caranya aku keluar sedangkan masuk pun belum?

Ah ... kalau sudah dimohon sampai seperti ini, aku jadi tidak bisa menolak, 'kan?

.

.

.

Flutter of Cherry Blossom ✓Where stories live. Discover now